Palu (antarasulteng.com) - Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2015 ini menanam sedikitnya 50.000 bibit pohon eboni atau kayu hitam (diospyros celebica) di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, dalam upaya meningkatkan populasi kayu langka dan mahal yang terancam punah itu.

Kepala Dinas Kehutanan Sulteng Ir. Nahardi mengemukakan di Palu, Kamis, populasi ebony di Sulteng terus menurun akibat pembalakan liar untuk kepentingan komersial.

Karena itu, katanya, sejak beberapa tahun terakhir, Dishut Sulteng menggencarkan kembali penanaman eboni di semua kabupaten/kota yang potensial melalui kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan di masing-masing daerah.

Khusus di Kota Palu, penanaman pohon eboni dilakukan di lokasi Taman Hutan Rakyat (Tahura) Poboya yang luas arealnya sekitar 7.000 hektare.

Di tahura tersebut terdapat berbagai jenis kayu endemik Sulawesi, termasuk eboni yang merupakan kayu paling mahal di pasaran dalam maupun internasional.

Ia menyebutkan bahwa tidak semua hutan di Sulteng memiliki tanaman eboni. Eboni hanya ditemukan di Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna, dan Morowali Utara.

Ebony adalah salah satu jenis kayu bernilai ekonomis tinggi di hutan-hutan Sulteng yang kini dikembangkan kembali melalui program rehabilitasi lahan dan hutan adalah jenis eboni.

Populasi eboni menurun karena terus dibabat untuk kepentingan bisnis mengingat harganya yang sangat mahal.

Harga kayu eboni di luar negeri bisa mencapai Rp30 juta/kubik. Sementara di dalam negeri berkisar antara Rp6 sampai Rp10 juta/kubik.

Menurut Nahardi, jika tanaman eboni terus dibiarkan ditebang untuk kepentingan komersial, maka tidak menutup kemungkinan kayu langka menjadi punah.

Data Dinas Kehutanan setempat mencatat luas areal tanaman eboni di Sulteng sekitar 1,2 juta hektare tersebar di hutan primer dan sekunder dengan estimasi volume kayu sekitar 3,1 juta meter kubik. (BK03/R007)

Pewarta : Anas Massa
Editor : Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2024