Palu (ANTARA) - Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Andy Sembiring menyatakan, mitigasi atau upaya mengurangi dampak akibat bencana yang terjadi jangan hanya dilakukan lewat sosialisasi, tapi perlu aksi nyata.
"Mitigasi yang dilakukan jangan hanya berupa sosialisasi atau workhsop di dalam ruangan. Saat ini mitigasi di sebagian besar daerah di Sulteng masih lemah, karenanya perlu aksi yang dilakukan secara nyata," katanya dihubungi di Palu, Rabu.
Ia menyatakan, mitigasi yang penting dilakukan oleh pemerintah daerah utamanya oleh BPBD kabupaten dan kota dibantu oleh lembaga kemanusiaan non pemerintah atau non government organization (NGO) bersama masyarakat berupa praktek di lapangan.
Jika tidak seperti itu, ia yakin sampai kapanpun masyarakat tidak akan tahu bagaimana cara memitigasi diri dan orang-orang di sekitarnya dari ancaman bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
"Penanganan bencana tidak cukup dengan sosialisasi tetapi perlu dengan aksi," ujarnya.
Andi mengatakan, jika semua pihak dan masyarakat memiliki bekal mitigasi di lapangan, maka kapanpun bencana terjadi, masyarakat akan panik siap menghadapi dengan bekal-bekal penanganan yang telah dimiliki sehingga dampak akibat bencana yang terjadi tidak signifikan dan tidak menimbulkan korban jiwa.
Selain itu mitigasi yang dilakukan harus dilaksanakan secara komprehensif mulai dari hulu sampai ke hilir, bukan dilaksanakan seadanya.
"Saat ini mitigasi belum menjadi sesuatu yang sangat seksi untuk dilakukan. Harapannya ke depan semua pihak dapat sadar akan pentingnya mitigasi dan mempersiapkan diri dari ancaman bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi," tambahnya.