Poso, Sulteng, (antarasulteng.com) - Sekitar 8.000 warga Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, memadati lapangan sepak bola Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, untuk menyaksikan secara bersama-sama gerhana matahari total (GMT), Rabu, Dengan dipandu tim Bosscha ITB Bandung.
Lapangan sepak bola tersebut mulai dipadati warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten Poso pada pukul 06.00 WITA, meski fase pertama gerhana berupa sentuhan awal matahari dan bulan baru terjadi pukul 07.14 WITA.
Tak ayal lagi, arus lalu lintas di jalan trans-Sulawesi yang Parigi-Poso terjadi pelambatan karena banyak warga yang memadati desa Kalora dan jalan tersebut menjadi lokasi parkir kendaraan.
Tim dari lembaga penelitian astronomi dan observatorium ITB Bandung itu memasang empat teleskop untuk menyaksikan GMT yang dapat dipakai secara bergantian oleh warga yang hadir. Warga juga mendapat kaca mata filter untuk menyaksikan GMT meski jumlahnya sangat terbatas.
Tim tak henti-hentinya memberikan penjelasan lewat alat pengeras suara mengenai tata cara menggunakan teleskop dan penggunaan kacamata filter sinar matahari kepada ribuan pengunjung.
Sekitar pukul 07.14 WITA, pengunjung menyaksikan bulan mulai menutupi matahari. Pada saat itu seluruh pengunjung diserukan menggunakan kacamata khusus untuk menyiksanya.
Sejumlah warga yang tidak memiliki kacamata khusus tampak menggunakan film negatif untuk foto, film hasil rontgen dan pembungkus biskuit untuk menyaksikan fenomena alam langka tersebut. Warga pun juga saling meminjamkan kaca mata khusus untuk menyaksikan gerhana.
Sekitar pukul 08.15 WITA, suasana mulai berangsur gelap dan suhu udara yang semula panas, beralih sejuk. Lalu 30 detik sebelum terjadi gerhana maksimum, tim Bosscha ITB melakukan hitung mundur dan tepat pukul 08.38 WITA semua pengunjung diminta membuka kaca mata untuk menyaksikan langsung gerhana total.
Gerhana total ini berlangsung selama 2 menit dan 52 detik.
Bupati Poso Darmin Sigilipu dan ratusan warga memukul padengko, sejenis kentongan yang terbuat dari bambu, terdengar suara kentongan dan doa-doa serta seruan Allahuakbar dari warga sementara ada pula yang bertepuk tangan.
Seorang anggota tim Bosscha ITB mengaku bersyukur karena dengan acara memantau bersama gerhana matahari total ini membuktikan bahwa dengan ilmu pengetahuan, manusia bisa memprediksi secara tepat peristiwa alam yang langka dan dahsyat ini.
Sementara Bupati Poso Darmin Sigilipu mengaku bersyukur karena pemantauan GMT di Kalora berlangsung tertib, aman dan lancar serta disaksikan cukup banyak wisatawan mancanegara.
"Ini kesempatan bagus bagi Poso untuk menyatakan kepada dunia bahwa Poso ini sekarang adalah daerah yang aman dan damai serta indah dan memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Jadi jangan takut ragu-ragu datang ke Poso," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Poso Putra Botilangi mengaku lega karena hari ini cuaca di lokasi pemantauan GMT sangat cerah padahal beberapa hari terakhir selalu mendung terutama di pagi hari.
Lapangan sepak bola tersebut mulai dipadati warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten Poso pada pukul 06.00 WITA, meski fase pertama gerhana berupa sentuhan awal matahari dan bulan baru terjadi pukul 07.14 WITA.
Tak ayal lagi, arus lalu lintas di jalan trans-Sulawesi yang Parigi-Poso terjadi pelambatan karena banyak warga yang memadati desa Kalora dan jalan tersebut menjadi lokasi parkir kendaraan.
Tim dari lembaga penelitian astronomi dan observatorium ITB Bandung itu memasang empat teleskop untuk menyaksikan GMT yang dapat dipakai secara bergantian oleh warga yang hadir. Warga juga mendapat kaca mata filter untuk menyaksikan GMT meski jumlahnya sangat terbatas.
Tim tak henti-hentinya memberikan penjelasan lewat alat pengeras suara mengenai tata cara menggunakan teleskop dan penggunaan kacamata filter sinar matahari kepada ribuan pengunjung.
Sekitar pukul 07.14 WITA, pengunjung menyaksikan bulan mulai menutupi matahari. Pada saat itu seluruh pengunjung diserukan menggunakan kacamata khusus untuk menyiksanya.
Sejumlah warga yang tidak memiliki kacamata khusus tampak menggunakan film negatif untuk foto, film hasil rontgen dan pembungkus biskuit untuk menyaksikan fenomena alam langka tersebut. Warga pun juga saling meminjamkan kaca mata khusus untuk menyaksikan gerhana.
Sekitar pukul 08.15 WITA, suasana mulai berangsur gelap dan suhu udara yang semula panas, beralih sejuk. Lalu 30 detik sebelum terjadi gerhana maksimum, tim Bosscha ITB melakukan hitung mundur dan tepat pukul 08.38 WITA semua pengunjung diminta membuka kaca mata untuk menyaksikan langsung gerhana total.
Gerhana total ini berlangsung selama 2 menit dan 52 detik.
Bupati Poso Darmin Sigilipu dan ratusan warga memukul padengko, sejenis kentongan yang terbuat dari bambu, terdengar suara kentongan dan doa-doa serta seruan Allahuakbar dari warga sementara ada pula yang bertepuk tangan.
Seorang anggota tim Bosscha ITB mengaku bersyukur karena dengan acara memantau bersama gerhana matahari total ini membuktikan bahwa dengan ilmu pengetahuan, manusia bisa memprediksi secara tepat peristiwa alam yang langka dan dahsyat ini.
Sementara Bupati Poso Darmin Sigilipu mengaku bersyukur karena pemantauan GMT di Kalora berlangsung tertib, aman dan lancar serta disaksikan cukup banyak wisatawan mancanegara.
"Ini kesempatan bagus bagi Poso untuk menyatakan kepada dunia bahwa Poso ini sekarang adalah daerah yang aman dan damai serta indah dan memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Jadi jangan takut ragu-ragu datang ke Poso," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Poso Putra Botilangi mengaku lega karena hari ini cuaca di lokasi pemantauan GMT sangat cerah padahal beberapa hari terakhir selalu mendung terutama di pagi hari.