Palu, (antarasulteng.com) - Para jenazah korban kecelakaan helikopter milik TNI Angkatan Darat di Poso pada Minggu petang, kini telah dievakuasi menuju Kota Palu, Minggu malam.
Jenazah tersebut diangkut menggunaan ambulans dengan pengawalan personel TNI dan Polri, setelah sebelumnya jenazah tersebut disemayamkan di Rumah Sakit Poso.
"Sekarang sudah melintas di Kelurahan Mapane, 11 kilometer arah selatan dari Kota Poso," kata Camat Poso Pesisir Muhlis Saing Dulla yang dihubungi dari Palu.
Dari balik telepon genggam Muhlis Saing terdengar sirene iring-iringan ambulans dan mobil pengawalan dari TNI dan Polri.
Iring-iringan kendaraan tersebut melintas di Mapane sekitar pukul 23.50 WITA sebanyak 13 ambulans dan sejumlah kendaraan patroli polisi dan TNI.
"Kelihatannya iring-iringan kendaraan lambat. Kemungkinan kalau begini lajunya, kira-kira lima sampai enam jam baru sampai di Palu," ucapnya.
Dia mengatakan normalnya perjalanan darat dari Poso ke Palu hanya tiga sampai empat jam dengan kecepatan rata-rata 70 sampai 80 kilometer per jam.
Sementara itu di lokasi kejadian dekat Bandara Udara Kasiguncu, Poso Pesisir, kata Muhlis masih dijaga gabungan aparat TNI dan Polri.
Dia mengatakan warga sekitarnya sudah meninggalkan lokasi, namun masih ada sebagian warga yang datang melihat lokasi kejadian jatuhnya heli milik TNI AD tersebut.
"Mereka bukan warga di sini. Mungkin dari jauh yang baru dapat kabar jatuhnya heli," ujarnya, menduga.
Dia menambahkan heli tersebut jatuh di saluran air, namun saluran tersebut tidak memiliki air kecuali saat hujan. Karena tidak adanya sumber air tersebut sehingga masyarakat dan aparat TNI dan Polri kesulitan memadaman api. Selain itu, warga juga takut dengan amunisi yang ikut meledak di lokasi tersebut.
Menurut Muhlis, warga yang membantu memadamkan api hanya menggunakan daun pisang dan pasir.
"Ada ledakan kecil-kecil. Kalau meledak lagi, masyarakat sembunyi lagi di balik pohon karena takut kena amunisi," ungkapnya.
Keterangan yang dihimpun Antara Palu menyebutkan helikopter jenis Helly Bell 412 EP No. HA-5171 itu sedang dalam penerbangan dari Desa Watutu, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso menuju Bandara Kasiguncu Poso dalam rangka tugas rutin Operasi Tinombala.
Pesawat itu membawa 13 personel TNI masing-masing Danrem 132/Tadulako Kol Inf Saiful Anwar, Kol Inf Ontang (Badan Intelijen Negara), Kol Inf Heri Setiaji (Bais TNI), Komanadan Detasemen Polisi Militer Palu Letkol CPM Teddy S Prapat, Kepala Kesehatan Kodim (Kakesdim) 1307 Poso Kapten CKM Yanto, dan Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 132/Tadulako Mayor Inf Faki dan ajudan Danrem Prada Kiki serta enam kru.
Jenazah tersebut diangkut menggunaan ambulans dengan pengawalan personel TNI dan Polri, setelah sebelumnya jenazah tersebut disemayamkan di Rumah Sakit Poso.
"Sekarang sudah melintas di Kelurahan Mapane, 11 kilometer arah selatan dari Kota Poso," kata Camat Poso Pesisir Muhlis Saing Dulla yang dihubungi dari Palu.
Dari balik telepon genggam Muhlis Saing terdengar sirene iring-iringan ambulans dan mobil pengawalan dari TNI dan Polri.
Iring-iringan kendaraan tersebut melintas di Mapane sekitar pukul 23.50 WITA sebanyak 13 ambulans dan sejumlah kendaraan patroli polisi dan TNI.
"Kelihatannya iring-iringan kendaraan lambat. Kemungkinan kalau begini lajunya, kira-kira lima sampai enam jam baru sampai di Palu," ucapnya.
Dia mengatakan normalnya perjalanan darat dari Poso ke Palu hanya tiga sampai empat jam dengan kecepatan rata-rata 70 sampai 80 kilometer per jam.
Sementara itu di lokasi kejadian dekat Bandara Udara Kasiguncu, Poso Pesisir, kata Muhlis masih dijaga gabungan aparat TNI dan Polri.
Dia mengatakan warga sekitarnya sudah meninggalkan lokasi, namun masih ada sebagian warga yang datang melihat lokasi kejadian jatuhnya heli milik TNI AD tersebut.
"Mereka bukan warga di sini. Mungkin dari jauh yang baru dapat kabar jatuhnya heli," ujarnya, menduga.
Dia menambahkan heli tersebut jatuh di saluran air, namun saluran tersebut tidak memiliki air kecuali saat hujan. Karena tidak adanya sumber air tersebut sehingga masyarakat dan aparat TNI dan Polri kesulitan memadaman api. Selain itu, warga juga takut dengan amunisi yang ikut meledak di lokasi tersebut.
Menurut Muhlis, warga yang membantu memadamkan api hanya menggunakan daun pisang dan pasir.
"Ada ledakan kecil-kecil. Kalau meledak lagi, masyarakat sembunyi lagi di balik pohon karena takut kena amunisi," ungkapnya.
Keterangan yang dihimpun Antara Palu menyebutkan helikopter jenis Helly Bell 412 EP No. HA-5171 itu sedang dalam penerbangan dari Desa Watutu, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso menuju Bandara Kasiguncu Poso dalam rangka tugas rutin Operasi Tinombala.
Pesawat itu membawa 13 personel TNI masing-masing Danrem 132/Tadulako Kol Inf Saiful Anwar, Kol Inf Ontang (Badan Intelijen Negara), Kol Inf Heri Setiaji (Bais TNI), Komanadan Detasemen Polisi Militer Palu Letkol CPM Teddy S Prapat, Kepala Kesehatan Kodim (Kakesdim) 1307 Poso Kapten CKM Yanto, dan Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 132/Tadulako Mayor Inf Faki dan ajudan Danrem Prada Kiki serta enam kru.