Palu (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah membentuk tim untuk menyelidiki maupun mempelajari epidemiologi dari temuan dua kasus yang diduga adalah gangguan ginjal akut.
"Kami membuat tim untuk melakukan penyelidikan terhadap epidemiologi pada dua anak yang sakit karena diduga terpapar ginjal akut," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sulteng, dr. Jumriani Djunus di Palu, Senin.
Dia menjelaskan pembentukan tim itu bertujuan untuk mempelajari distribusi, frekuensi, transisi dan determinan yang mempengaruhi penyakit dan masalah kesehatan tidak hanya terhadap anak tersebut, melainkan juga terhadap keluarga dekat.
Sekaligus tim tersebut, sambung Jumriani, akan melakukan koordinasi dengan pihak berwenang terhadap hasil temuan itu untuk menjadi upaya pencegahan bagi para orang tua anak-anak.
"Sekaligus tim tersebut nantinya akan bertugas menangani jika ada temuan kasus yang sama, dan secara masif melakukan sosialisasi untuk pencegahan," ucap Jumriani.
Selanjutnya, kata Jumriani, pihaknya juga meminta kepada seluruh Rumah Sakit (RS) baik milik pemerintah maupun swasta di wilayah Sulteng, agar ikut berperan aktif dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat.
"Dan juga melaporkan apabila ada temuan kasus serupa agar penanganan dapat dilakukan secara maksimal," ucap Jumriani.
Sebelumnya, terdapat dua pasien anak diduga memiliki gejala penyakit ginjal akut, satu di antaranya meninggal dunia.
"Beberapa waktu lalu ada dugaan, tapi dia juga terjangkit COVID-19 dan tidak bisa buang air kecil dan itu gejala ginjal akut, akan tetapi saat ini kondisi berangsur membaik," kata Jumriani.
Sementara satu pasien anak yang meninggal dunia, sambung Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sulteng itu, tidak terdeteksi Acute Kidney Injury (AKI).
"Kami membuat tim untuk melakukan penyelidikan terhadap epidemiologi pada dua anak yang sakit karena diduga terpapar ginjal akut," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sulteng, dr. Jumriani Djunus di Palu, Senin.
Dia menjelaskan pembentukan tim itu bertujuan untuk mempelajari distribusi, frekuensi, transisi dan determinan yang mempengaruhi penyakit dan masalah kesehatan tidak hanya terhadap anak tersebut, melainkan juga terhadap keluarga dekat.
Sekaligus tim tersebut, sambung Jumriani, akan melakukan koordinasi dengan pihak berwenang terhadap hasil temuan itu untuk menjadi upaya pencegahan bagi para orang tua anak-anak.
"Sekaligus tim tersebut nantinya akan bertugas menangani jika ada temuan kasus yang sama, dan secara masif melakukan sosialisasi untuk pencegahan," ucap Jumriani.
Selanjutnya, kata Jumriani, pihaknya juga meminta kepada seluruh Rumah Sakit (RS) baik milik pemerintah maupun swasta di wilayah Sulteng, agar ikut berperan aktif dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat.
"Dan juga melaporkan apabila ada temuan kasus serupa agar penanganan dapat dilakukan secara maksimal," ucap Jumriani.
Sebelumnya, terdapat dua pasien anak diduga memiliki gejala penyakit ginjal akut, satu di antaranya meninggal dunia.
"Beberapa waktu lalu ada dugaan, tapi dia juga terjangkit COVID-19 dan tidak bisa buang air kecil dan itu gejala ginjal akut, akan tetapi saat ini kondisi berangsur membaik," kata Jumriani.
Sementara satu pasien anak yang meninggal dunia, sambung Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sulteng itu, tidak terdeteksi Acute Kidney Injury (AKI).