Jakarta (ANTARA) - Laporan terbaru Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan bahwa sektor pariwisata akan menjadi pemicu kebangkitan kembali ekonomi di kawasan Asia Tenggara, China dan India pada 2023.
Berdasarkan laporan berjudul "Reviving Tourism Post-Pandemic", kembalinya para wisatawan akan menjadi kunci untuk mendukung perekonomian lebih lanjut di tengah ketidakpastian dan permintaan eksternal yang lemah.
Laporan juga menyatakan berbagai upaya perlu dilakukan pelaku industri pariwisata untuk memperkuat daya saing yaitu dengan melaksanakan digitalisasi agar produktivitas menjadi lebih baik serta menyediakan sistem dukungan sosial yang memadai.
Oleh sebab itu, pelaksanaan diversifikasi serta perluasan pasar dengan upaya menangani kesenjangan dalam infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, keamanan siber dan keterampilan digital dapat membantu membangkitkan kembali pariwisata.
Selain itu, pandemi juga diperkirakan telah mengubah preferensi wisatawan dengan tumbuhnya minat yang lebih besar kepada perjalanan lokal, destinasi alam maupun pengalaman yang fokus kepada kesehatan dan kebugaran.
Laporan OECD tersebut sejalan dengan rencana yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menarik kembali kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2023 seiring dengan adanya pelonggaran aktivitas dan kegiatan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Maret 2023 menyatakan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 735,95 ribu pada Januari 2023 atau naik 503,34 persen dibandingkan 121,98 ribu kunjungan pada Januari 2022. Jumlah ini sejalan dengan target kunjungan 7,4 juta wisman pada akhir tahun.
Sementara itu, menjelang periode libur Lebaran pada akhir April, pemerintah saat ini sedang menyiapkan pembenahan maupun antisipasi pada berbagai sektor jasa pariwisata yang diperkirakan akan melibatkan 300-350 juta pergerakan wisatawan dalam negeri.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memastikan cuti bersama dan hari libur yang ditetapkan tujuh hari bakal dimanfaatkan secara maksimal dengan perkiraan sekitar 25 persen pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dari target 1,2 miliar-1,4 miliar pergerakan wisnus pada 2023 terjadi pada mudik Lebaran.
Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan perangkat daerah dan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk memastikan potensi wisatawan saat libur Lebaran dapat berjalan maksimal, termasuk memperhatikan aspek-aspek berkaitan dengan Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainabillity (CHSE) serta keselamatan dan keamanan.
Sandiaga pun memproyeksikan dampak ekonomi pada masa mudik Lebaran 2023 berkisar antara Rp100 triliun-Rp150 triliun dengan perkiraan sebanyak 123,8 juta masyarakat akan melakukan perjalanan mudik serta berlibur dalam periode ini.
Ia juga mengharapkan potensi lonjakan penumpang maupun kunjungan wisatawan domestik yang hampir mencapai 50 persen selama periode ini tidak terganggu oleh layanan yang kurang prima dari sisi transportasi maupun jasa angkutan lainnya.
Tidak kalah pentingnya, Sandiaga meminta masyarakat yang melakukan perjalanan ke kampung halaman maupun ke kawasan wisata untuk berkontribusi kepada ekonomi lokal dengan mengonsumsi kuliner daerah maupun membeli produk ekonomi kreatif.
Oleh karena itu, lulusan Universitas George Washington tersebut ikut mengajak dan mendorong perantau yang mudik memanfaatkan momen Idul Fitri 1444 hijriah untuk mengunjungi desa-desa wisata yang telah dikemas oleh pemerintah daerah.
Libur panjang
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menilai akan ada potensi kecenderungan para pelaku perjalanan memperpanjang masa liburan selama lima hari libur cuti bersama Lebaran.
Biasanya peningkatan ketersediaan hunian kamar mulai terjadi sepekan sebelum libur Lebaran karena banyak pelaku perjalanan yang sudah merencanakan destinasi favorit yang akan dikunjungi selama musim libur.
Maulana pun memperkirakan destinasi yang ramai akan atraksi dapat menarik perhatian para pelaku perjalanan sehingga dapat turut mendongkrak okupansi atau tingkat ketersediaan hunian kamar hotel pada periode ini hingga di atas 90 persen.
Di Jawa khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta umumnya selalu mencapai tingkat tertinggi okupansi, termasuk pula Bogor dan Bandung. Selain itu, ada pula Bali maupun Sumatera yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu destinasi lintas-provinsi di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Tidak adanya pembatasan kegiatan pada libur Lebaran kali ini serta adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik juga memberikan banyak pilihan bagi masyarakat, sehingga tren mudik atau berwisata menggunakan kendaraan pribadi akan meningkat.
Selanjutnya, ia memastikan wisata kuliner akan mengalami kenaikan peminatan pada libur Lebaran karena masyarakat yang pulang ke kampung halaman atau berwisata ke daerah lain hampir selalu memburu makanan khas yang ada di daerah tersebut.
Menurut dia, kuliner Indonesia berpotensi menjadi alat promosi wisata jika melihat praktik yang telah dilakukan negara lain. Thailand, Vietnam dan China, misalnya, banyak membuka restoran di luar negaranya sehingga masyarakat asing mengenal ragam kuliner dari negara-negara tersebut.
Tidak hanya itu, berbagai platform perjalanan maupun akomodasi seperti tiket.com maupun OYO serta maskapai penerbangan juga memberikan promo sebagai kemudahan kepada konsumen yang ingin menyelenggarakan perjalanan selama periode Lebaran.
Berbagai diskon tersebut tentu memberikan angin segar bagi pelaku perjalanan yang ingin menikmati kembali aroma petualangan ke berbagai daerah maupun destinasi wisata eksotis di Indonesia yang sempat tertunda akibat adanya pandemi.
Setelah Lebaran, geliat pariwisata juga dipastikan akan meningkat seiring dengan makin banyaknya kegiatan seperti konser musisi terkemuka serta event olahraga berskala internasional seperti Piala Dunia Basket pada akhir Agustus dan MotoGP pada Oktober.
Selain itu, rencana kedatangan pesawat berbadan lebar Airbus A380 milik maskapai internasional Emirates ke Bali pada Juni 2023 semakin meyakinkan bahwa sektor pariwisata sedang bangkit dan siap kembali terbang tinggi untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri.
Berdasarkan laporan berjudul "Reviving Tourism Post-Pandemic", kembalinya para wisatawan akan menjadi kunci untuk mendukung perekonomian lebih lanjut di tengah ketidakpastian dan permintaan eksternal yang lemah.
Laporan juga menyatakan berbagai upaya perlu dilakukan pelaku industri pariwisata untuk memperkuat daya saing yaitu dengan melaksanakan digitalisasi agar produktivitas menjadi lebih baik serta menyediakan sistem dukungan sosial yang memadai.
Oleh sebab itu, pelaksanaan diversifikasi serta perluasan pasar dengan upaya menangani kesenjangan dalam infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, keamanan siber dan keterampilan digital dapat membantu membangkitkan kembali pariwisata.
Selain itu, pandemi juga diperkirakan telah mengubah preferensi wisatawan dengan tumbuhnya minat yang lebih besar kepada perjalanan lokal, destinasi alam maupun pengalaman yang fokus kepada kesehatan dan kebugaran.
Laporan OECD tersebut sejalan dengan rencana yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menarik kembali kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2023 seiring dengan adanya pelonggaran aktivitas dan kegiatan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Maret 2023 menyatakan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 735,95 ribu pada Januari 2023 atau naik 503,34 persen dibandingkan 121,98 ribu kunjungan pada Januari 2022. Jumlah ini sejalan dengan target kunjungan 7,4 juta wisman pada akhir tahun.
Sementara itu, menjelang periode libur Lebaran pada akhir April, pemerintah saat ini sedang menyiapkan pembenahan maupun antisipasi pada berbagai sektor jasa pariwisata yang diperkirakan akan melibatkan 300-350 juta pergerakan wisatawan dalam negeri.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memastikan cuti bersama dan hari libur yang ditetapkan tujuh hari bakal dimanfaatkan secara maksimal dengan perkiraan sekitar 25 persen pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dari target 1,2 miliar-1,4 miliar pergerakan wisnus pada 2023 terjadi pada mudik Lebaran.
Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan perangkat daerah dan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk memastikan potensi wisatawan saat libur Lebaran dapat berjalan maksimal, termasuk memperhatikan aspek-aspek berkaitan dengan Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainabillity (CHSE) serta keselamatan dan keamanan.
Sandiaga pun memproyeksikan dampak ekonomi pada masa mudik Lebaran 2023 berkisar antara Rp100 triliun-Rp150 triliun dengan perkiraan sebanyak 123,8 juta masyarakat akan melakukan perjalanan mudik serta berlibur dalam periode ini.
Ia juga mengharapkan potensi lonjakan penumpang maupun kunjungan wisatawan domestik yang hampir mencapai 50 persen selama periode ini tidak terganggu oleh layanan yang kurang prima dari sisi transportasi maupun jasa angkutan lainnya.
Tidak kalah pentingnya, Sandiaga meminta masyarakat yang melakukan perjalanan ke kampung halaman maupun ke kawasan wisata untuk berkontribusi kepada ekonomi lokal dengan mengonsumsi kuliner daerah maupun membeli produk ekonomi kreatif.
Oleh karena itu, lulusan Universitas George Washington tersebut ikut mengajak dan mendorong perantau yang mudik memanfaatkan momen Idul Fitri 1444 hijriah untuk mengunjungi desa-desa wisata yang telah dikemas oleh pemerintah daerah.
Libur panjang
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menilai akan ada potensi kecenderungan para pelaku perjalanan memperpanjang masa liburan selama lima hari libur cuti bersama Lebaran.
Biasanya peningkatan ketersediaan hunian kamar mulai terjadi sepekan sebelum libur Lebaran karena banyak pelaku perjalanan yang sudah merencanakan destinasi favorit yang akan dikunjungi selama musim libur.
Maulana pun memperkirakan destinasi yang ramai akan atraksi dapat menarik perhatian para pelaku perjalanan sehingga dapat turut mendongkrak okupansi atau tingkat ketersediaan hunian kamar hotel pada periode ini hingga di atas 90 persen.
Di Jawa khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta umumnya selalu mencapai tingkat tertinggi okupansi, termasuk pula Bogor dan Bandung. Selain itu, ada pula Bali maupun Sumatera yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu destinasi lintas-provinsi di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Tidak adanya pembatasan kegiatan pada libur Lebaran kali ini serta adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik juga memberikan banyak pilihan bagi masyarakat, sehingga tren mudik atau berwisata menggunakan kendaraan pribadi akan meningkat.
Selanjutnya, ia memastikan wisata kuliner akan mengalami kenaikan peminatan pada libur Lebaran karena masyarakat yang pulang ke kampung halaman atau berwisata ke daerah lain hampir selalu memburu makanan khas yang ada di daerah tersebut.
Menurut dia, kuliner Indonesia berpotensi menjadi alat promosi wisata jika melihat praktik yang telah dilakukan negara lain. Thailand, Vietnam dan China, misalnya, banyak membuka restoran di luar negaranya sehingga masyarakat asing mengenal ragam kuliner dari negara-negara tersebut.
Tidak hanya itu, berbagai platform perjalanan maupun akomodasi seperti tiket.com maupun OYO serta maskapai penerbangan juga memberikan promo sebagai kemudahan kepada konsumen yang ingin menyelenggarakan perjalanan selama periode Lebaran.
Berbagai diskon tersebut tentu memberikan angin segar bagi pelaku perjalanan yang ingin menikmati kembali aroma petualangan ke berbagai daerah maupun destinasi wisata eksotis di Indonesia yang sempat tertunda akibat adanya pandemi.
Setelah Lebaran, geliat pariwisata juga dipastikan akan meningkat seiring dengan makin banyaknya kegiatan seperti konser musisi terkemuka serta event olahraga berskala internasional seperti Piala Dunia Basket pada akhir Agustus dan MotoGP pada Oktober.
Selain itu, rencana kedatangan pesawat berbadan lebar Airbus A380 milik maskapai internasional Emirates ke Bali pada Juni 2023 semakin meyakinkan bahwa sektor pariwisata sedang bangkit dan siap kembali terbang tinggi untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri.