Palu, (antarasulteng.com) - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi menyatakan bahwa kelompok sipil bersenjata di Poso provinsi Sulawesi Tengah, masih memiliki lima buah senjata pabrikan dan sejumlah senjata rakitan.
"Dari kekuatan senjata api yang mereka gunakan, tersisa 5 buah jenis pabrikan, sementara senjata rakitan sementara ditelusuri," ungkapnya usai upacara 17 Agustus di halaman Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Rabu.
Salah satu senjata pabrikan yang terlihat oleh petugas Satgas operasi Tinombala yakni jenis M16, yang dibawa kabur oleh salah seorang terduga teroris dalam kontak senjata yang terjadi sekitar pukul 08.35 Wita, Rabu (17/8) di pegunungan wilayah Padopi, dekat perkampungan di Poso Pesisir.
"Satu orang meninggal dunia tertembak, diduga DPO (daftar pencarian orang) bernama Ibrahim, suku Uighur. Sementara satu lagi berhasil melarikan diri," ungkapnya.
Saat ini, jumlah DPO tinggal 14 orang. Adapaun motif kelompok tersebut mendatangi perkampungan, diduga karena kekurangan bahan makanan.
"Saat ini jenazah sedang di poso pesisir yang akan dievakuasi menuju RS Bhayangkara Palu," ujarnya.
Satgas operasi juga menyita satu buah bom lontong yang dilempatkan kepada pasukan, namun tidak berhasil meledak. Sehingga pihaknya terus melakukan pengejaran, dan tidak henti-hentinya menghimbau agar menyerahkan diri.
"Karena menyerahkan diri lebih baik dari pada dikerjar-kejar petugas, sehingga dapat diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," tutup Kapolda.
"Dari kekuatan senjata api yang mereka gunakan, tersisa 5 buah jenis pabrikan, sementara senjata rakitan sementara ditelusuri," ungkapnya usai upacara 17 Agustus di halaman Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Rabu.
Salah satu senjata pabrikan yang terlihat oleh petugas Satgas operasi Tinombala yakni jenis M16, yang dibawa kabur oleh salah seorang terduga teroris dalam kontak senjata yang terjadi sekitar pukul 08.35 Wita, Rabu (17/8) di pegunungan wilayah Padopi, dekat perkampungan di Poso Pesisir.
"Satu orang meninggal dunia tertembak, diduga DPO (daftar pencarian orang) bernama Ibrahim, suku Uighur. Sementara satu lagi berhasil melarikan diri," ungkapnya.
Saat ini, jumlah DPO tinggal 14 orang. Adapaun motif kelompok tersebut mendatangi perkampungan, diduga karena kekurangan bahan makanan.
"Saat ini jenazah sedang di poso pesisir yang akan dievakuasi menuju RS Bhayangkara Palu," ujarnya.
Satgas operasi juga menyita satu buah bom lontong yang dilempatkan kepada pasukan, namun tidak berhasil meledak. Sehingga pihaknya terus melakukan pengejaran, dan tidak henti-hentinya menghimbau agar menyerahkan diri.
"Karena menyerahkan diri lebih baik dari pada dikerjar-kejar petugas, sehingga dapat diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," tutup Kapolda.