Jakarta (ANTARA) - Deputi Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden RI Bey Machmudin mengatakan Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito tertarik dengan Kebun Raya Bogor karena terkenang akan cerita dari orang tuanya.

Bey mengatakan bahwa Kaisar Naruhito sewaktu kecil mendengarkan cerita langsung dari orang tuanya, Kaisar Akihito bersama Permaisuri Michiko, yang saat itu ditemani Presiden Soekarno berjalan-jalan di Kebun Raya Bogor pada 1962.

"Bapak Presiden mendapat informasi bahwa Kaisar Naruhito tertarik pada Kebun Raya Bogor karena Naruhito kecil mendengarkan cerita langsung dari orang tuanya saat diantar jalan-jalan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962," kata Bey dalam keterangan resmi diterima di Bogor, Jawa Barat, Senin.

Mendengar cerita tersebut, Presiden Jokowi mengajak Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako mengunjungi Griya Anggrek yang berada di Kebun Raya Bogor.



Berbeda dengan kunjungan kenegaraan dari pemimpin negara lain yang hanya dipusatkan di Istana Kepresidenan Bogor, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana secara khusus mengajak Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako untuk melihat koleksi anggrek.

Presiden Jokowi tampak menyetiri mobil bogie dari Istana Bogor menuju Griya Anggrek, Kebun Raya Bogor, yang ditumpangi Ibu Iriana, Kaisar Naruhito. dan Permaisuri Masako.

"Jadi menanam pohon, ke Kebun Raya, dan 'joint press statement' menjadi rangkaian acara hari ini yang dihadiri Bapak Presiden Jokowi dan Ibu Iriana bersama Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako," kata Bey.

Kunjungan Kaisar bertepatan dengan Peringatan 65 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia dan Jepang serta Peringatan 50 Tahun Kerja Sama Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Jepang.

Kunjungan Kaisar Naruhito juga mengikuti jejak sang ayah dan sang kakek dalam membangun hubungan baik dengan Indonesia.

Sang ayah, Kaisar Akihito bersama Permaisuri Michiko berkunjung ke Indonesia pada 1991 dan diterima Presiden Soeharto bersama Ibu Tien Soeharto.

Sementara sang kakek, Kaisar Hirohito berkunjung ke Indonesia pada 1962 dan diterima Presiden Soekarno.
 

 

Pewarta : Mentari Dwi Gayati
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024