Palu (Antarasulteng.com) - Sehubungan dengan berita pada www.antarasulteng.com berjudul perusahaan hentikan sementara produksi minyak blok Tiaka dengan narasumber Field Manager JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Susanto,  Humas JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi meluruskan beberapa hal guna mencegah opini pembaca yang tidak benar dan salah kutip oleh media lain.

Kalimat-kalimat yang tidak benar adalah sbb: dalam berita itu disebutkan bahwa Susanto mengatakan cadangan minyak di pulau Tiaka masih mencapai sembilan juta kubik, namun untuk sementara belum memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun negara karena harga pasar yang masih buruk.

Yang benar adalah satuan produksi minyak adalah barrel. Lalu kalimat; '...untuk sementara belum memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun negara karena harga pasar yang masih buru...' tidak pernah disebutkan dan dapat menyesatkan.

Kalimat yang benar adalah; menurut Susanto, cadangan minyak di pulau Tiaka yang masih dapat diambil diperkirakan mencapai sembilan juta barrel, namun melihat kondisi harga minyak dunia yang mengalami penurunan dan mempertimbangkan faktor keekonomian lapangan yang kurang baik, maka atas persetujuan SKK Migas, lapangan Tiaka yang telah berproduksi sejak tahun 2005 terhitung bulan April 2016 dilakukan penutupan sementara (temporary shut-in). 

Penutupan ini dilakukan sampai keekonomian lapangan Tiaka dapat dipenuhi kembali yaitu jika harga minyak sudah kembali di atas US$ 60 per barrel, selain harus melakukan monetisasi gas Tiaka dan mengoperasikan lapangan Tiaka seefisien mungkin terutama menekan ongkos operasi langsung yang berasal dari sewa Floating Storage Offloading (FSO).

Soal LNG Senoro

Dalam berita itu disebutkan: Demikian halnya dengan produksi gas alam cair/LNG Senoro di Luwuk belum dapat dilanjutkan karena terkait harga. 

Menurut Humas JOB Pertamina Medco E&P Tomori Suawesi, kalimat; 'Demikian halnya dengan produksi gas alam cair/LNG Senoro di Luwuk, belum dapat dilanjutkan karena terkait harga...' itu tidak pernah disebut Susanto sehingga dapat menyesatkan karena sampai saat ini Kilang Donggi Senoro LNG (DSLNG) beroperasi normal dan stabil.

Terkait kalimat: Susanto mengatakan produksi gas Sinoro merupakan produksi ke enam terbesar di Indonesia dan memberikan pendapat negara sebesar USD 5,6 miliar dengan asumsi harga gas sebesar USD 70 ribu per barel juga tidak benar.

Yang benar adalah; berdasarkan data monitoring volume lifting migas Kementerian ESDM Juni 2016, produksi gas Senoro termasuk dalam peringkat keenam sebagai penghasil gas terbesar di Indonesia. Investasi industri hulu dan hilir di Kabupaten Banggai total mencapai 5,6 miliar yang bersumber dari JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi, Matindok Gas Development Project, Donggi Senoro LNG dan PT Panca Amara Utama.

Dalam berita tersebut juga disebutkan bahwa Susanto mengatakan produksi gas Senoro juga dapat diproduksi sekitar 25 persen untuk pembangunan energi listrik. Yang benar adalah .... total alokasi gas untuk PLN sebesar 25 MMSCFD yang bersumber dari JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi sebesar 5 MMSCFD dan Matindok Gas Development Project (MGDP) sebesar 20 MMSCFD.



Pewarta :
Editor : Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2024