Kabupaten Belu (ANTARA) - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini bersyukur masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat antusias mengikuti operasi katarak gratis yang digelar Kementerian Sosial (Kemensos) pada peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI).
Operasi katarak yang digelar di Rumah Sakit Katolik Marianum Halilulik, Kabupaten Belu, Senin, mengundang antusias 780 calon peserta dari kalangan lanjut usia (lansia) dan keluarga prasejahtera.
Wilayah yang dijangkau adalah Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Alor.
Namun yang sudah lolos skrining sebanyak 200 calon pasien. Jumlah ini akan terus bertambah, kata dia, karena pendaftaran dan skrining masih dibuka hingga 20 Desember 2023.
"Saya bersyukur masyarakat di NTT ini kadang ada yang takut. Bahkan saya ada di beberapa daerah dengar isu nanti akan menjadi buta dan sebagainya. Tapi di sini lumayan antusiasmenya, jadi karena itu yang daftar banyak," ujar Mensos Risma.
Operasi katarak gratis ini diselenggarakan Kemensos bekerja sama dengan Himpunan Bersatu Teguh dan ERHA Klinik untuk memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional pada 20 Desember 2023.
Dalam kunjungannya Mensos Risma juga memberi arahan untuk mengecek keluarga pasien operasi katarak. Menurutnya, jika orang muda terkena katarak, artinya sangat tinggi potensi menurunkan penyakit tersebut. Ia mencontohkan di Kediri, Jawa Timur, ada 4 orang anggota keluarga, satu ibu dan 3 anak terkena katarak.
Sementara di Makassar, lanjutnya, ditemukan beberapa orang tua berusia produktif yang sudah terkena katarak. Setelah dicek, ternyata ada potensi katarak pada satu keluarga.
"Yang anak kan nggak ngerti, terutama yang masih kecil itu nggak ngerti dia kenapa nggak bisa lihat, dia nggak mau ngomong. Tapi setelah kita asesmen ternyata dia memang kena katarak," ujar Mensos Risma.
Selain katarak, Kemensos juga memfasilitasi operasi pterigium, penyakit mata yang ditandai dengan tumbuhnya selaput pada bagian putih bola mata yang bisa mencapai kornea. Sebanyak 21 pasien sudah mendapatkan tindakan operasi.
Untuk masyarakat dari luar Atambua, Kemensos menyiapkan penginapan di Aula Biara Spiritu santis Spiritu (SSpS) Halilulik dan di Gereja Katholik Paroki Roh Kudus Halilulik. Kemensos bersama Dinas Sosial dan Tagana Kabupaten Belu menyiapkan 170 velbed dan mendirikan dapur umum yang dapat memproduksi 500 bungkus.
Adapun Kemensos melalui Sentra Efata di Kupang menyiapkan tujuh kursi roda, satu ambulans, dan tiga tenda. Sementara itu RSKM menyiapkan delapan kursi roda.
Operasi katarak yang digelar di Rumah Sakit Katolik Marianum Halilulik, Kabupaten Belu, Senin, mengundang antusias 780 calon peserta dari kalangan lanjut usia (lansia) dan keluarga prasejahtera.
Wilayah yang dijangkau adalah Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Alor.
Namun yang sudah lolos skrining sebanyak 200 calon pasien. Jumlah ini akan terus bertambah, kata dia, karena pendaftaran dan skrining masih dibuka hingga 20 Desember 2023.
"Saya bersyukur masyarakat di NTT ini kadang ada yang takut. Bahkan saya ada di beberapa daerah dengar isu nanti akan menjadi buta dan sebagainya. Tapi di sini lumayan antusiasmenya, jadi karena itu yang daftar banyak," ujar Mensos Risma.
Operasi katarak gratis ini diselenggarakan Kemensos bekerja sama dengan Himpunan Bersatu Teguh dan ERHA Klinik untuk memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional pada 20 Desember 2023.
Dalam kunjungannya Mensos Risma juga memberi arahan untuk mengecek keluarga pasien operasi katarak. Menurutnya, jika orang muda terkena katarak, artinya sangat tinggi potensi menurunkan penyakit tersebut. Ia mencontohkan di Kediri, Jawa Timur, ada 4 orang anggota keluarga, satu ibu dan 3 anak terkena katarak.
Sementara di Makassar, lanjutnya, ditemukan beberapa orang tua berusia produktif yang sudah terkena katarak. Setelah dicek, ternyata ada potensi katarak pada satu keluarga.
"Yang anak kan nggak ngerti, terutama yang masih kecil itu nggak ngerti dia kenapa nggak bisa lihat, dia nggak mau ngomong. Tapi setelah kita asesmen ternyata dia memang kena katarak," ujar Mensos Risma.
Selain katarak, Kemensos juga memfasilitasi operasi pterigium, penyakit mata yang ditandai dengan tumbuhnya selaput pada bagian putih bola mata yang bisa mencapai kornea. Sebanyak 21 pasien sudah mendapatkan tindakan operasi.
Untuk masyarakat dari luar Atambua, Kemensos menyiapkan penginapan di Aula Biara Spiritu santis Spiritu (SSpS) Halilulik dan di Gereja Katholik Paroki Roh Kudus Halilulik. Kemensos bersama Dinas Sosial dan Tagana Kabupaten Belu menyiapkan 170 velbed dan mendirikan dapur umum yang dapat memproduksi 500 bungkus.
Adapun Kemensos melalui Sentra Efata di Kupang menyiapkan tujuh kursi roda, satu ambulans, dan tiga tenda. Sementara itu RSKM menyiapkan delapan kursi roda.