Ankara (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan hanya empat rumah sakit yang beroperasi yang itu pun pada tingkat minimum sehingga hanya bisa memberikan perawatan sangat terbatas di Gaza utara.
WHO dan Misi PBB untuk Gaza utara mendapati Rumah Sakit Al-Ahli Arab sebagai "cangkang" dari rumah sakit sebelumnya karena kekurangan bahan bakar, staf dan pasokan, kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam X pada Kamis.
WHO dan mitra-mitra PBB menggelar "misi bersama berisiko tinggi" pada Rabu ke rumah sakit Al-Ahli Arab dan Al-Shifa di Gaza utara, kata Ghebreyesus.
Mereka memberikan obat-obatan, cairan infus dan perlengkapan untuk operasi, merawat orang yang terluka, dan membantu perempuan yang melahirkan, kata dia.
"Rumah Sakit Al-Ahli sudah kewalahan menangani pasien yang membutuhkan perawatan darurat. Di halaman rumah sakit, jenazah ditempatkan di dalam barisan karena mereka tak bisa dikuburkan dengan aman dan bermartabat," kata Ghebreyesus.
Hingga dua hari lalu, Al-Ahli adalah rumah sakit terakhir di Gaza utara yang masih berfungsi yang masih bisa mengoperasi orang terluka, katanya.
Namun, menurut informasi yang diperoleh tim WHO, ruang operasi Al-Ahli sudah tak lagi berfungsi akibat "kehabisan atau bahkan sama sekali tak memiliki spesialis, listrik, bahan bakar, air, makanan dan pasokan medis, kata Ghebreyesus.
"Hal itu membuat Gaza utara tidak memiliki lagi rumah sakit yang masih berfungsi," tambah dia.
Ghebreyesus menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dan menyatakan saat ini sangat membutuhkan upaya memperkuat dan mengisi kembali fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersisa dan memberikan pelayanan medis.
Israel menggempur Jalur Gaza sejak Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober, sampai menewaskan sedikitnya hampir 20 ribu warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 52.586 orang, kata otoritas kesehatan Palestina di Gaza.
Serangan Israel telah menghancurkan Gaza di mana setengah dari perumahan di wilayah pesisir itu rusak atau hancur, dan hampir dua juta penduduk mengungsi di daerah kantong padat penduduk tersebut sambil kekurangan makanan dan air bersih.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas akibat erangan Hamas, sementara hampir 130 orang masih disandera.
Sumber: Anadolu
WHO dan Misi PBB untuk Gaza utara mendapati Rumah Sakit Al-Ahli Arab sebagai "cangkang" dari rumah sakit sebelumnya karena kekurangan bahan bakar, staf dan pasokan, kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam X pada Kamis.
WHO dan mitra-mitra PBB menggelar "misi bersama berisiko tinggi" pada Rabu ke rumah sakit Al-Ahli Arab dan Al-Shifa di Gaza utara, kata Ghebreyesus.
Mereka memberikan obat-obatan, cairan infus dan perlengkapan untuk operasi, merawat orang yang terluka, dan membantu perempuan yang melahirkan, kata dia.
"Rumah Sakit Al-Ahli sudah kewalahan menangani pasien yang membutuhkan perawatan darurat. Di halaman rumah sakit, jenazah ditempatkan di dalam barisan karena mereka tak bisa dikuburkan dengan aman dan bermartabat," kata Ghebreyesus.
Hingga dua hari lalu, Al-Ahli adalah rumah sakit terakhir di Gaza utara yang masih berfungsi yang masih bisa mengoperasi orang terluka, katanya.
Namun, menurut informasi yang diperoleh tim WHO, ruang operasi Al-Ahli sudah tak lagi berfungsi akibat "kehabisan atau bahkan sama sekali tak memiliki spesialis, listrik, bahan bakar, air, makanan dan pasokan medis, kata Ghebreyesus.
"Hal itu membuat Gaza utara tidak memiliki lagi rumah sakit yang masih berfungsi," tambah dia.
Ghebreyesus menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dan menyatakan saat ini sangat membutuhkan upaya memperkuat dan mengisi kembali fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersisa dan memberikan pelayanan medis.
Israel menggempur Jalur Gaza sejak Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober, sampai menewaskan sedikitnya hampir 20 ribu warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 52.586 orang, kata otoritas kesehatan Palestina di Gaza.
Serangan Israel telah menghancurkan Gaza di mana setengah dari perumahan di wilayah pesisir itu rusak atau hancur, dan hampir dua juta penduduk mengungsi di daerah kantong padat penduduk tersebut sambil kekurangan makanan dan air bersih.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas akibat erangan Hamas, sementara hampir 130 orang masih disandera.
Sumber: Anadolu