Washington (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyeru pihak-pihak terkait untuk menahan diri setelah adanya serangan rudal Iran ke Suriah dan Irak.

“Kami sekali lagi mendesak untuk menahan diri secara maksimal dan menghindari eskalasi lebih lanjut di kawasan yang sudah bergejolak,” kata Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric pada Selasa (16/1).

Menurut dia, situasi saat ini dapat memicu "salah perhitungan" oleh pihak-pihak terkait, sehingga konsekuensinya bisa lebih buruk.

“Sekretaris Jenderal (Antonio Guterres) menggarisbawahi bahwa semua masalah keamanan antara Irak dan Iran harus ditangani melalui cara damai dan dialog sesuai dengan prinsip kedaulatan, integritas wilayah, dan hubungan bertetangga yang baik,” ujar Dujarric.

Sementara itu, Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengutuk serangan Iran terhadap Kota Erbil di Irak, dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga para korban.

Pernyataan itu dia sampaikan usai bertemu dengan Perdana Menteri Irak Mohammad Shia al-Sudani di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

“Kami mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Irak,” tulis Stoltenberg di X.

Pengusaha Irak Peshraw Dizayee dan putrinya, Zhina (1), tewas dalam serangan rudal Iran.

Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan pada Senin malam (15/1) bahwa mereka meluncurkan rudal balistik terhadap "kelompok teroris anti-Iran” dan pendukung mereka di Suriah dan Irak.

IRGC juga mengklaim telah menghancurkan markas besar agen mata-mata Israel Mossad di Erbil, sebagai tanggapan atas perannya dalam membunuh komandan IRGC dan merencanakan serangan teror di Iran.

Sedikitnya empat korban tewas dan enam orang lainnya luka-luka dalam serangan itu, menurut Pemerintah Daerah Kurdi di Irak utara.

Pemerintah Irak menyebut serangan tersebut sebagai tindakan agresi dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara.


Sumber: Anadolu

 

Pewarta : Yashinta Difa Pramudyani
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2024