Jakarta (antarasulteng.com) - Kementerian Perindustrian dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia memfasilitasi sebanyak 13 industri perangkat lunak (software) dan konten dalam negeri untuk tampil di pameran internasional Centrum for Boroautomation, Informationstechnologie und Telekommunikation (CeBIT) 2017 di Hannover, Jerman.

"CeBIT merupakan pameran terbesar di dunia bidang informasi teknologi dan solusi telekomunikasi maupun perkantoran, yang menjadi barometer kemajuan era digital dan ajang pertarungan inovasi," kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan, melalui keterangan tertulis.

Selain mempromosikan kemampuan produk lokal di kancah global, partisipasi ini sekaligus untuk meningkatkan akses pasar ke Eropa.

Ke-13 peserta yaitu PT. Sydeco, PT. Solusi 247, PT. Data Aksara Matra, PT. Andaru Sakra Karsa (Cybermantra), PT. Tata Sarana Mandiri, Icon +, Agate Studio, Indigo Creative Nation, PT. Jojonomic Indonesia, PT. Digi Pedia Indonesia, PT. Orlantsoft Data System, PT. Aero Terra Indonesia, dan PT. Mitra Konsultansi Indonesia. 

Mereka terpilih melalui tahap seleksi "Open Call for CeBIT 2017" sejak 6 Februari lalu.

Pameran yang diselenggarakan oleh Deutsche Messe AG setiap tahun ini kerap dihadiri kalangan industri, pengusaha grosir dan ritel, pelaku perbankan, sektor jasa, instansi pemerintah, serta para pengguna teknologi digital.

Kegiatan ini akan berlangsung pada tanggal 20-24 Maret 2017 dan ditargetkan diikuti sekitar 3.000 peserta dari 70 negara dan 200.000 pengunjung dari 100 negara. 

Putu menyampaikan, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan di ajang CeBIT sejak tahun 2012.

"Kami selalu membawa produk baru dari berbagai industri software lokal ke ajang CeBIT tiap tahun untuk mendorong partnership yang potensial dengan pelaku bisnis lainnya," ujar Putu.

Salah satu produk unggulan yang dibawa ke CeBIT adalah smartcard produksi PT. Data Aksara Matra dengan software 100 persen tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) namun bisa dipakai di platform internasional. 

Dari keikutsertaan di CeBIT sebelumnya, telah terdapat perusahaan Indonesia yang mendapat proyek kerja sama dengan pihak luar negeri dalam bidang augmented reality, atau teknologi yang dapat menambahkan benda maya ke dalam proyeksi lingkungan nyata.

Menurut Putu, industri elektronika dan telematika nasional, terutama yang menghasilkan software, konten dan game telah mampu bersaing dengan produk luar negeri.

"Tidak hanya yang sudah mapan, para startup industri ini juga makin tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kebanyakan mereka yang menggeluti dunia ini adalah generasi muda sehingga bisa mendapat kesempatan menimba pengalaman di CeBIT," tuturnya. 

Putu optimistis, pengembangan industri software dan konten di Tanah Air masih prospektif karena pasarnya cukup besar.

"Ini yang harus kita manfaatkan. Kami juga akan melakukan kebijakan dalam pengamanan pasar dalam negeri, antara lain melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan penerbitan aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN)," sebutnya.

Putu pun menekankan, pelaku industri perlu menjalin kerja sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam pelaksanaan pendidikan vokasi.

"Hal ini merupakan arahan dari Bapak Presiden Jokowi agar SMK bisa link and match dengan industri sehingga lulusan SMK nantinya bisa langsung kerja sesuai kebutuhan industri," jelasnya.

Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) Hari Santosa Sungkari juga menyampaikan harapan akan naiknya kontribusi ekspor dari ekonomi kreatif, salah satunya melalui CeBIT 2017.

"Di 2019, kita menargetkan kontribusi ekonomi kreatif bisa meningkat dalam tiga hal, yakni PDB sebesar 12 persen, serapan tenaga kerja sebesar 13 persen dan ekspor 10 persen," paparnya. 

Ekonomi kreatif sendiri memiliki 5 rantai nilai, yaitu kreasi, produksi, distribusi, konsumsi dan konservasi. Keikutsertaan Indonesia dalam CeBIT tidak hanya untuk menyasar pasar Jerman saja, tetapi agar produk Indonesia bisa masuk ke jalur distribusi global dan berkolaborasi dengan perusahaan besar dunia.

"Dari pameran ini juga diharapkan ada Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk dan membiayai produk-produk Indonesia," ujar Hari.

Selanjutnya, para peserta dari Indonesia, papar Hari, akan mengikuti pertemuan bisnis pada 21 Maret 2017 yang merupakan ajang matchmaking antara calon pembeli dan investor.

Pembentukan technopark

Sementara itu, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, Achmad Rodjih Almanshoer mengatakan, industri software dan konten turut berperan dalam memacu pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Apalagi dengan berkembangnya era ekonomi digital saat ini.

Hal ini terlihat dari sebagian besar penduduk Indonesia memiliki lebih dari satu perangkat digital seperti ponsel, laptop, dan komputer yang merupakan pasar industri software dan konten. 

Menurut Rodjih, berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, industri elektronika dan telematika merupakan sektor andalan yang perlu ditumbuh kembangkan, termasuk di dalamnya adalah industri perangkat lunak, konten, dan permainan.

Sejauh ini, berdasarkan data asosiasi di Indonesia, telah ada sekitar 93 perusahaan industri software, 23 perusahaan industri permainan, dan 11 perusahaan industri animasi.

Untuk mendukung pengembangan sektor tersebut, Kemenperin juga memfasilitasi pembentukan Technopark di lima kota besar di Indonesia, yakni Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang/IKITAS), Makassar (Makassar Techno Park – Rumah Software Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel).

"Kelima Technopark ini merupakan bagian dari total 23 Technopark yang menjadi program prioritas Bapak Presiden Jokowi," ungkap Rodjih.

Menurutnya, masing-masing Technopark memiliki program unggulan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology/ICT), seperti Bandung Techno Park fokus pada pengembangan aplikasi, Pusat Desain Ponsel Batam pada pengujian dan desain ponsel serta animasi, TohpaTI Center pada bidang animasi, IKITAS dalam bidang pengembangan aplikasi dan animasi, serta Makassar Techno Park dalam bidang pengembangan aplikasi.

"Dengan bantuan Technopark, pebisnis startup akan diinkubasi, diedukasi, serta difasilitasi untuk mengembangkan usahanya sehingga nantinya menjadi mandiri dan bisa bersaing dengan industri lain yang sudah mapan," tutur Rodjih.

Ditambahkannya, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin luas diyakini akan menciptakan berbagai peluang bisnis baru yang berkaitan dengan perkembangan teknologinya, seperti penyediaan sarana dan prasarana berupa perangkat keras dan perangkat lunak.

Pewarta : Try Reza Essra
Editor : Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2024