Palu, (antarasulteng.com) - Para pedang kuliner khas Palu di kawasan "Kampung Kaili" yang terletak di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, mengaku meraup keuntungan besar selama pelaksanaan Pekan Budaya Indonesia (PBI) III dan Fesival Pesona Palu Nomoni II, 22-28 September 2017.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Periwisata Pemkot Palu Arsid Nurdin di Palu, Senin, mengatakan selama berlangsungnya kegiatan seni dan budaya itu, para pedagang berbagai jenis makanan/minuman khas suku Kaili di kawasan obyek wisata ini memperoleh keuntungan sangat lumayan.
Ia mengatakan setiap hari pedagang kuliner yang berjualan di "Kampung Kaili" tersebut meraup pemasukan Rp1,5 juta s/d Rp2 juta.
Menurut dia, pendapatan sebesar itu sangat mengembirakan mereka, apalagi kuliner yang diperdagangkan rata-rata makanan/minuman khas yang ada di Lembah Palu.
Ternyata, kata Arsid, mantan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 6 Palu itu, kuliner khas Suku Kaili sangat diminati masyarakat, termasuk mereka yang datang menghadiri PBI maupun PPN.
Berbagai jenis makanan/minuman khas yang dijual selama kegiatan berlangsung antara lain uta kelor, uta dada, kaledo dan saraba.
Uta kelor terbuat dari campuran daun kelor yang dimasak dengan santan, yang secara sekilas makanan yang satu ini mirip dengan gulai daun singkong.
Uta kelo dapat disajikan dengan menambahkan bahan pendamping seperti pisang kapok, udang, ataupun terong. Rasa khas uta kelo terletak pada kombinasi rasa gurih yang dihasilkan oleh santan serta rasa pedas yang dihasilkan oleh cabai rawit yang menjadi salah satu bumbu utama dalam makanan satu ini.
Selain rasanya yang enak, daun kelor yang menjadi bahan utama dalam pembuatan uta kelo memiliki khasiat yang bagus untuk tubuh.
Daun kelor dipercaya dapat memulihkan tenaga sehingga uta kelo cocok dijadikan menu pilihan saat makan siang untuk mengembalikan tenaga yang terbuang selama beraktivitas.
Masyarakat suku Kaili sendiri mempunyai mitos unik tentang makanan satu ini, mereka percaya bahwa jika ada orang luar yang bukan berasal dari Suku Kaili datang mencicipi Uta Kelo, orang tersebut akan memiliki rasa rindu atau ingin kembali ke wilayah tempat Suku Kaili bermukim, juga akan datang kembali dan tinggal menetap di wilayah mereka tinggal.
Berikutnya, kaledo boleh digolongkan soup (makanan berkuah ) tulang sapi yang bening dengan bumbu cabe rawit yang telah dihaluskan, garam secukupnya dan asam jawa mentah yang terlebih dahulu direbus dan dilumatkan.
Rasa asam dan pedas inilah ciri khasnya, yang dipastikan membuat orang akan jatuh cinta sejak cicipan pertama. Kaldo disantap bersama ubi atau jagung rebus dan nasi. (skd)
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Periwisata Pemkot Palu Arsid Nurdin di Palu, Senin, mengatakan selama berlangsungnya kegiatan seni dan budaya itu, para pedagang berbagai jenis makanan/minuman khas suku Kaili di kawasan obyek wisata ini memperoleh keuntungan sangat lumayan.
Ia mengatakan setiap hari pedagang kuliner yang berjualan di "Kampung Kaili" tersebut meraup pemasukan Rp1,5 juta s/d Rp2 juta.
Menurut dia, pendapatan sebesar itu sangat mengembirakan mereka, apalagi kuliner yang diperdagangkan rata-rata makanan/minuman khas yang ada di Lembah Palu.
Ternyata, kata Arsid, mantan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 6 Palu itu, kuliner khas Suku Kaili sangat diminati masyarakat, termasuk mereka yang datang menghadiri PBI maupun PPN.
Berbagai jenis makanan/minuman khas yang dijual selama kegiatan berlangsung antara lain uta kelor, uta dada, kaledo dan saraba.
Uta kelor terbuat dari campuran daun kelor yang dimasak dengan santan, yang secara sekilas makanan yang satu ini mirip dengan gulai daun singkong.
Uta kelo dapat disajikan dengan menambahkan bahan pendamping seperti pisang kapok, udang, ataupun terong. Rasa khas uta kelo terletak pada kombinasi rasa gurih yang dihasilkan oleh santan serta rasa pedas yang dihasilkan oleh cabai rawit yang menjadi salah satu bumbu utama dalam makanan satu ini.
Selain rasanya yang enak, daun kelor yang menjadi bahan utama dalam pembuatan uta kelo memiliki khasiat yang bagus untuk tubuh.
Daun kelor dipercaya dapat memulihkan tenaga sehingga uta kelo cocok dijadikan menu pilihan saat makan siang untuk mengembalikan tenaga yang terbuang selama beraktivitas.
Masyarakat suku Kaili sendiri mempunyai mitos unik tentang makanan satu ini, mereka percaya bahwa jika ada orang luar yang bukan berasal dari Suku Kaili datang mencicipi Uta Kelo, orang tersebut akan memiliki rasa rindu atau ingin kembali ke wilayah tempat Suku Kaili bermukim, juga akan datang kembali dan tinggal menetap di wilayah mereka tinggal.
Berikutnya, kaledo boleh digolongkan soup (makanan berkuah ) tulang sapi yang bening dengan bumbu cabe rawit yang telah dihaluskan, garam secukupnya dan asam jawa mentah yang terlebih dahulu direbus dan dilumatkan.
Rasa asam dan pedas inilah ciri khasnya, yang dipastikan membuat orang akan jatuh cinta sejak cicipan pertama. Kaldo disantap bersama ubi atau jagung rebus dan nasi. (skd)