Palu (Antarasulteng.com) - Sulawesi Tengah saat ini merupakan provinsi di Indonesia yang paling banyak memiliki bandar udara, dan hal ini sangat menguntungkan dalam percepatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
"Ini sesuai dengan kondisi wilayah yang luas dan masih terbatasnya prasarana serta sarana perhubungan darat dan laut," kata Kepala Dinas Perhubungan Sulawesi Tengah Abdul Haris Renggah yang dihubungi di Palu, Kamis.
Bandara di Sulteng saat ini ada tujuh yakni Bandara Mutiara Sis-Aljufri di Kota Palu, Bandara Syukuran Aminuddin Amir di Luwuk, Kabupaten Banggai. Keduanya adalah bandara cukup besar yang didarati pesawat jet jenis Boeing 737.
Bandara lainnya adalah Bandara Kasiguncu di Kota Poso, Bandara Tanjng Api di Ampana, Bandara Pogogul di Buol, Bandara Sultan Bantilan Tolitoli serta Bandara Maleo, Morowali.
"Semua bandara ini telah dilayani dengan penerbangan reguler yang terhubung langusung dengan kota-kota penting di Indonesia seperti Jakarta, Makassar, Surabaya, Gorontalo, Manado, Balikpapan dan Tarakan," ujarnya.
Saat ini, Dishub sedang mempersiapkan pembangunan sebuah bandara baru di Kabupaten Banggai Laut untuk memperlancar akses perhubungan karena untuk menjangkau daerah itu, pengunjung harus menumpang kapal motor selama enam jam dari Kota Luwuk, Kabupaten Banggai.
"Proses saat ini adalah pembebasan tanah untuk kawasan bandara oleh Pemkab Banggai Laut, dan tahun depan sudah diusulkan untuk mendapat anggaran APBN Kemenhub untuk pematangan lahan dan pemagaran," ujar Haris Renggah.
Dishub Sulteng juga sudah mengusulkan pembukaan penerbangan langsung dari Bandara Mutiara Sis-Aldjufri Palu ke Bandara Maleo, Morowali dengan dukungan subsidi (penerbangan perintis) dari Kemenhub.
Pembukaan rute penerbangan Palu-Morowali sangat dibutuhkan karena jauhnya perjalanan darat yakni mencapai 550 kilometer dengan kondisi jalan yang sebagian masih rusak.
"Morowali dan Morowali Utara merupakan dua kabupaten yang saat ini menjadi sentral industri pertambangan nikel dan minyak sawit mentah. Para pengusaha yang akan mengunjungi daerah itu umumnya tidak melalui Kota Palu tetapi lewat Makassar atau Kendari (Sultra) karena akses daratnya lebih dekat dan murah," ujarnya.
Bandara Maleo, Morowali, saat ini diterbangi dua kali sepekan menggunakan pesawat ATR-42 dengan rute Morowali-Makassar.
"Ini sesuai dengan kondisi wilayah yang luas dan masih terbatasnya prasarana serta sarana perhubungan darat dan laut," kata Kepala Dinas Perhubungan Sulawesi Tengah Abdul Haris Renggah yang dihubungi di Palu, Kamis.
Bandara di Sulteng saat ini ada tujuh yakni Bandara Mutiara Sis-Aljufri di Kota Palu, Bandara Syukuran Aminuddin Amir di Luwuk, Kabupaten Banggai. Keduanya adalah bandara cukup besar yang didarati pesawat jet jenis Boeing 737.
Bandara lainnya adalah Bandara Kasiguncu di Kota Poso, Bandara Tanjng Api di Ampana, Bandara Pogogul di Buol, Bandara Sultan Bantilan Tolitoli serta Bandara Maleo, Morowali.
"Semua bandara ini telah dilayani dengan penerbangan reguler yang terhubung langusung dengan kota-kota penting di Indonesia seperti Jakarta, Makassar, Surabaya, Gorontalo, Manado, Balikpapan dan Tarakan," ujarnya.
Saat ini, Dishub sedang mempersiapkan pembangunan sebuah bandara baru di Kabupaten Banggai Laut untuk memperlancar akses perhubungan karena untuk menjangkau daerah itu, pengunjung harus menumpang kapal motor selama enam jam dari Kota Luwuk, Kabupaten Banggai.
"Proses saat ini adalah pembebasan tanah untuk kawasan bandara oleh Pemkab Banggai Laut, dan tahun depan sudah diusulkan untuk mendapat anggaran APBN Kemenhub untuk pematangan lahan dan pemagaran," ujar Haris Renggah.
Dishub Sulteng juga sudah mengusulkan pembukaan penerbangan langsung dari Bandara Mutiara Sis-Aldjufri Palu ke Bandara Maleo, Morowali dengan dukungan subsidi (penerbangan perintis) dari Kemenhub.
Pembukaan rute penerbangan Palu-Morowali sangat dibutuhkan karena jauhnya perjalanan darat yakni mencapai 550 kilometer dengan kondisi jalan yang sebagian masih rusak.
"Morowali dan Morowali Utara merupakan dua kabupaten yang saat ini menjadi sentral industri pertambangan nikel dan minyak sawit mentah. Para pengusaha yang akan mengunjungi daerah itu umumnya tidak melalui Kota Palu tetapi lewat Makassar atau Kendari (Sultra) karena akses daratnya lebih dekat dan murah," ujarnya.
Bandara Maleo, Morowali, saat ini diterbangi dua kali sepekan menggunakan pesawat ATR-42 dengan rute Morowali-Makassar.
Haris menambahkan bahwa bandara-bandara ini memberikan andil yag besar dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi daerah yang setiap tahun melampaui rata-rata nasional, bahkan beberapa tahun melebihi angka 10 persen.