Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia Chalim atau yang akrab disapa Nunik mendorong pemerintah untuk berupaya membangkitkan kejayaan udang Lampung sebagai salah satu sentra udang terbesar di Indonesia.

Hal itu menurut Chusnunia harus dilakukan lantaran kondisi ekspor udang asal Lampung sempat anjlok sepanjang tahun 2025 karena berbagai kombinasi faktor seperti geopolitik perdagangan, isu keamanan pangan, dan kenaikan biaya produksi.

Selain itu, dampak ketergantungan yang tinggi pada pasar Amerika Serikat juga mempengaruhi keberlangsungan perekonomian di sektor udang Lampung.

"Negara kompetitor seperti Ekuador dan India menawarkan harga yang lebih kompetitif. Ekuador, misalnya, memiliki biaya logistik yang lebih murah dan skala industri yang sangat efisien, sehingga udang asal Lampung sulit bersaing secara harga di pasar global," kata dia dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Dia melanjutkan untuk membangkitkan kembali kejayaan ekspor udang Lampung, pemerintah perlu melakukan langkah pembinaan.

Pembinaan itu mulai dari pembenahan di tingkat tambak hingga diplomasi perdagangan internasional.

"Lampung memiliki sejarah panjang sebagai pusat udang nasional meski demikian masih banyak tambak di Lampung menggunakan metode tradisional yang rentan penyakit,hal tersebut tentu harus diperbaiki dengan mendorong para petambak beralih ke teknologi yang lebih baik," jelasnya.

Dia juga menyarankan adanya penyatuan para petambak kecil ke dalam satu manajemen profesional sehingga mempermudah akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus sektor perikanan dengan bunga rendah untuk.

Selain itu, Nunik juga menyarankan agar mengalihkan fokus sebagian ekspor ke negara-negara dengan permintaan tinggi namun regulasi lebih longgar seperti China, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Uni Eropa.

"Kita harus terus memaksimalkan perjanjian dagang, misalnya skema Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara-negara mitra agar mengurangi ketergantungan terhadap AS," katanya.

 


Pewarta : Walda Marison
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2025