Palu, (Antaranews Sulteng) - Para pelaku usaha di Palu, Sulawesi Tengah keluhkan pelabuhan peti kemas yang terletak di Desa Pantoloan, KecamatanTaweli yang rusak diterjang gempa dantsunami pada 28 September 2018 hingga kini belum juga diperbaiki oleh pemerintah.
"Kami untuk sementara memasukan barang dari luar ke Kota Palu melalui jalur darat dan udara," kata Jemmy, seorang pelaku usaha di Palu, Jumat.
Ia mengatakan pelabuhan itu mengalami kerusakan cukup parah disapu gempa dan tsunami.
Sampai sekarang ini, belum ada bongkar muat di pelabuhan tersebut karena kapal tidak bisa sandar. "Ini tentu merugikan pemerintah dan pelaku usaha," kata dia.
Mengingat pelabuhan bongkar muat dan penumpang satu-satunya di Kota Palu itu sangat vital, seyogyanya mendapat perhatian pemerintah pusat dan daerah untuk segera melakukan pekerjaan perbaikan kembali agar bisa digunakan lagi.
Hal senada juga disampaikan Angki, seorang pelaku usaha di Palu. Ia mengaku sejak pelabuhan peti kemas rusak karena dihajar gempa dan tsunami, pasokan barang, termasuk kebutuhan stretegis seperti sembako dan bahan bangunan dilakukan lewat jalur darat dengan biaya angkutan lebih tinggi.
"Mau tidak mau ahal itu harus dilakukan agar stok sembako dan bahan bangunan serta barang dagangan lainnya tetap tersedia dalam jumlah medai di pasaran," kata dia.
Dia juga berharap, pemerintah pusat dan daerah segera memperbaiki kembali dermaga yang rusak akibat gempa dan tsunami tersebut agar kegiatan bongkar-muat kembali berjalan normal setelah hampir empat bulan terakhir ini terhenti.
Ketua Bidang Perdagangan Kadin Sulteng, Achrul Udaya juga mendesak pemerintah secepatnya membangun kembali dermaga yang rusak tersebut.
"Jangan dibiarkan berlarut-larut, sebab yang rugi juga pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat," kata dia.
Akibat pelabuhan peti kemas rusak sehingga kapal tidak bisa sandar, maka para pelaku usaha mendatangkan barang/bahan kebutuhan masyarakat melalui darat dengan biaya cukup mahal. Dan itu berarti berdampak terhadap harga penjualan akan disesuaikan dengan biaya transportasi.
"Kami untuk sementara memasukan barang dari luar ke Kota Palu melalui jalur darat dan udara," kata Jemmy, seorang pelaku usaha di Palu, Jumat.
Ia mengatakan pelabuhan itu mengalami kerusakan cukup parah disapu gempa dan tsunami.
Sampai sekarang ini, belum ada bongkar muat di pelabuhan tersebut karena kapal tidak bisa sandar. "Ini tentu merugikan pemerintah dan pelaku usaha," kata dia.
Mengingat pelabuhan bongkar muat dan penumpang satu-satunya di Kota Palu itu sangat vital, seyogyanya mendapat perhatian pemerintah pusat dan daerah untuk segera melakukan pekerjaan perbaikan kembali agar bisa digunakan lagi.
Hal senada juga disampaikan Angki, seorang pelaku usaha di Palu. Ia mengaku sejak pelabuhan peti kemas rusak karena dihajar gempa dan tsunami, pasokan barang, termasuk kebutuhan stretegis seperti sembako dan bahan bangunan dilakukan lewat jalur darat dengan biaya angkutan lebih tinggi.
"Mau tidak mau ahal itu harus dilakukan agar stok sembako dan bahan bangunan serta barang dagangan lainnya tetap tersedia dalam jumlah medai di pasaran," kata dia.
Dia juga berharap, pemerintah pusat dan daerah segera memperbaiki kembali dermaga yang rusak akibat gempa dan tsunami tersebut agar kegiatan bongkar-muat kembali berjalan normal setelah hampir empat bulan terakhir ini terhenti.
Ketua Bidang Perdagangan Kadin Sulteng, Achrul Udaya juga mendesak pemerintah secepatnya membangun kembali dermaga yang rusak tersebut.
"Jangan dibiarkan berlarut-larut, sebab yang rugi juga pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat," kata dia.
Akibat pelabuhan peti kemas rusak sehingga kapal tidak bisa sandar, maka para pelaku usaha mendatangkan barang/bahan kebutuhan masyarakat melalui darat dengan biaya cukup mahal. Dan itu berarti berdampak terhadap harga penjualan akan disesuaikan dengan biaya transportasi.