Dubai (ANTARA) - Saudi Aramco akan mengakuisisi 50 persen saham Royal Dutch Shell di perusahaan kilang pemurnian patungan mereka, Saudi Aramco Shell Refinery Co (SASREF), senilai 631 juta dolar AS, kedua perusahaan tersebut mengatakan pada Minggu (21/4/2019).
Pembelian, yang merupakan bagian dari strategi Aramco untuk memperluas operasi hilirnya, akan selesai pada akhir tahun ini, kata mereka dalam pernyataan bersama.
Saudi Aramco Shell Refinery Co, yang berbasis di Kota Industri Jubail di Arab Saudi, memiliki kapasitas penyulingan minyak mentah 305.000 barel per hari (bph).
"Saudi Aramco akan mengambil kepemilikan penuh dan mengintegrasikan kilang ke dalam portofolio hilirnya yang sedang tumbuh. SASREF akan terus menjadi fasilitas penting dalam bisnis penyulingan dan bahan kimia kami," kata Senior Wakil Presiden bidang Hilir Aramco, Abdulaziz al-Judaimi dalam pernyataan itu.
Aramco bertujuan untuk menjadi pemimpin global dalam bahan kimia dan perusahaan energi terintegrasi terbesar di dunia, dengan rencana akan memperluas operasi pemurnian dan produksi petrokimia.
Untuk Shell, "penjualan itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memfokuskan portofolio pengilangannya, berintegrasi dengan pusat perdagangan Shell dan bahan kimia," kata perusahaan itu.
Shell telah menjual lebih dari 30 miliar dolar AS aset dalam beberapa tahun terakhir karena mengalihkan fokusnya ke bisnis karbon yang lebih rendah seperti gas alam dan petrokimia.
Baca juga: Menlu Retno: Presiden Jokowi bertemu Menteri Energi Arab bahas kerja sama Aramco-Pertamina
Pembelian, yang merupakan bagian dari strategi Aramco untuk memperluas operasi hilirnya, akan selesai pada akhir tahun ini, kata mereka dalam pernyataan bersama.
Saudi Aramco Shell Refinery Co, yang berbasis di Kota Industri Jubail di Arab Saudi, memiliki kapasitas penyulingan minyak mentah 305.000 barel per hari (bph).
"Saudi Aramco akan mengambil kepemilikan penuh dan mengintegrasikan kilang ke dalam portofolio hilirnya yang sedang tumbuh. SASREF akan terus menjadi fasilitas penting dalam bisnis penyulingan dan bahan kimia kami," kata Senior Wakil Presiden bidang Hilir Aramco, Abdulaziz al-Judaimi dalam pernyataan itu.
Aramco bertujuan untuk menjadi pemimpin global dalam bahan kimia dan perusahaan energi terintegrasi terbesar di dunia, dengan rencana akan memperluas operasi pemurnian dan produksi petrokimia.
Untuk Shell, "penjualan itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memfokuskan portofolio pengilangannya, berintegrasi dengan pusat perdagangan Shell dan bahan kimia," kata perusahaan itu.
Shell telah menjual lebih dari 30 miliar dolar AS aset dalam beberapa tahun terakhir karena mengalihkan fokusnya ke bisnis karbon yang lebih rendah seperti gas alam dan petrokimia.
Baca juga: Menlu Retno: Presiden Jokowi bertemu Menteri Energi Arab bahas kerja sama Aramco-Pertamina