Surabaya (antarasulteng.com) - Jangan formal dan jangan rasional, begitu saran budayawan Sujiwo Tejo yang juga mantan wartawan itu saat menyemarakkan "STIKOSA-AWS Awards 2013" di Surabaya, baru-baru ini.
"Wartawan itu jangan bersikap formal dan terlalu rasional, karena sikap begitu akan membuat hubungan antara pemerintah dan rakyat atau antara wakil rakyat (DPR) dengan rakyat menjadi tidak formal dan akrab," ucapnya.
Budayawan yang kelahiran Jember, Jawa Timur itu menyebut Gus Ipul (panggilan akrab untuk Wagub Jatim H Saifullah Yusuf) sebagai contoh pejabat yang akrab dengan siapapun.
"Gus Ipul nggak formal, sehingga hubungan dengan siapapun menjadi cair dan akrab. Gus Ipul tidak formal, karena dia bilang bahwa wagub itu wakil yang boleh mewakili gubernur, kecuali dua hal yakni gubernur ke toilet atau gubernur kawin lagi. Itu nggak formal," tuturnya.
Dalang yang suka menjungkirbalikkan cerita pewayangan itu berpendapat semakin formal seseorang justru akan semakin korup.
"Jadi, wartawan jangan terlalu formal dan rasional, sehingga hubungan di masyarakat tidak semakin formal. Dengan cara itu, rakyat akan tahu bahwa pejabat itu pelayannya dan anggota DPR itu wakilnya, sehingga hubungan rakyat dengan pelayan dan wakilnya akan akrab," paparnya.
Apalagi, tukasnya, wartawan merupakan profesi yang enak. "Saya sedih menjadi wartawan, karena menjadi wartawan itu bisa melakukan apa saja tanpa takut disalahkan," ujarnya, tersenyum.
Pandangan Sujiwo Tejo itu dibenarkan Gus Ipul yang saat itu duduk di barisan terdepan dalam acara penerimaan "STIKOSA-AWS Awards 2013" yang merupakan anugerah ala "Pulitzer" yang diberikan sekolah jurnalistik itu.
"Wartawan itu mahluk yang aneh dan khusus, karena dia bisa membuat orang yang tidak bekerja menjadi kelihatan bekerja dan sebaliknya orang yang bekerja pun bisa menjadi kelihatan seperti tidak bekerja, karena tidak diberikan," timpal Gus Ipul.
Oleh karena itu, Gus Ipul yang juga pernah menjadi wartawan itu menilai wartawan itu merupakan profesi yang mulia, apalagi di era demokrasi saat ini yang membuat wartawan bisa merdeka untuk menulis apa saja.
"Karena itu, saya setuju dengan Ketua STIKOSA-AWS Ismoyo Herdono yang mengupayakan agar wartawan semakin berkualitas, profesional, dan kompeten, sehingga wartawan tidak asal tulis, karena hakekat tulisan wartawan itu untuk publik, bukan untuk wartawan sendiri," kilahnya.