Palu (ANTARA) - Komunitas warga Tionghoa di Kota Palu yang tergabung dalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sulawesi Tengah menciptakan alat pelindung wajah transparan agar terlindung dari virus corona atau COVID-19 saat beraktvitas di tengah wabah virus mematikan itu.
"Ini kami buat di tengah sulitnya kita mendapat alat pelindung diri seperti masker," kata Ketua PSMTI Sulawesi Tengah, Wijaya Candra, di Palu, Jumat.
Dia mengatakan alat pelindung wajah berbahan baku plastik mika tersebut pada tahap awal akan dibuat sebanyak 1.000 buah selanjutnya didistribusi ke pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Gagasan itu muncul kata Wijaya, setelah melihat kelangkaan masker atau alat pelindung wajah lainnya untuk keperluan penanganan dan pencegahan COVID-19.
"Kalaupun ada itu harganya mahal dan sulit diperoleh," katanya.
Buktinya kata Wijaya, PSMTI sudah hampir sebulan berusaha membeli APD dalam jumlah banyak, namun sayangnya barang sulit diperoleh dan terhambat masalah pengiriman barang.
"Kita sudah ada donasi dari teman-teman, sudah ada uangnya, sekarang kita sulit dapat barangnya," katanya.
Karena itulah kata Wijaya, komunitas Tionghoa di Palu berusaha menciptakan alat pelindung sendiri terbuat dari mika menggunakan ikatan berbahan karet dan dilapisi busa.
Alat itu kata dia tidak mengganggu atau mengurangi kenyamanan saat beraktivitas karena ukurannya disesuaikan dengan wajah, elastis, transparan, dan enteng penggunaannya.
"Kita sudah distribusi 100 buah ke beberapa rumah sakit dan puskesmas. Kita target buat 1.000 buah," katanya.
Alat tersebut juga telah digunakan Kapolres Palu AKBP Moh Sholeh dan beberapa aparat polisi lainnya dalam menjalankan tugas di lapangan.
"Ini kami buat di tengah sulitnya kita mendapat alat pelindung diri seperti masker," kata Ketua PSMTI Sulawesi Tengah, Wijaya Candra, di Palu, Jumat.
Dia mengatakan alat pelindung wajah berbahan baku plastik mika tersebut pada tahap awal akan dibuat sebanyak 1.000 buah selanjutnya didistribusi ke pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Gagasan itu muncul kata Wijaya, setelah melihat kelangkaan masker atau alat pelindung wajah lainnya untuk keperluan penanganan dan pencegahan COVID-19.
"Kalaupun ada itu harganya mahal dan sulit diperoleh," katanya.
Buktinya kata Wijaya, PSMTI sudah hampir sebulan berusaha membeli APD dalam jumlah banyak, namun sayangnya barang sulit diperoleh dan terhambat masalah pengiriman barang.
"Kita sudah ada donasi dari teman-teman, sudah ada uangnya, sekarang kita sulit dapat barangnya," katanya.
Karena itulah kata Wijaya, komunitas Tionghoa di Palu berusaha menciptakan alat pelindung sendiri terbuat dari mika menggunakan ikatan berbahan karet dan dilapisi busa.
Alat itu kata dia tidak mengganggu atau mengurangi kenyamanan saat beraktivitas karena ukurannya disesuaikan dengan wajah, elastis, transparan, dan enteng penggunaannya.
"Kita sudah distribusi 100 buah ke beberapa rumah sakit dan puskesmas. Kita target buat 1.000 buah," katanya.
Alat tersebut juga telah digunakan Kapolres Palu AKBP Moh Sholeh dan beberapa aparat polisi lainnya dalam menjalankan tugas di lapangan.