Jakarta (ANTARA) - Motivator Merry Riana mengatakan lebih baik parno atau merasa takut daripada harus bertindak sembrono saat menghadapi pandemi COVID-19.
"Harus diingat, mal dan kantor kembali beroperasi bukan karena pandemi COVID-19 sudah selesai melainkan karena roda ekonomi harus terus berjalan," kata Merry dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang diikuti melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Selasa.
Merry mengatakan adaptasi kebiasaan baru untuk tetap produktif tetapi aman dari COVID-19 adalah untuk kebaikan bersama. Masa transisi di Jakarta yang dimulai pada Senin (15/6) dengan pembukaan mal dan kantor bukan berarti kemudian bisa bebas beraktivitas.
Kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan selama ini; seperti mengenakan masker saat keluar rumah, membawa cairan pembersih tangan, menyemprotkan disinfektan pada barang bawaan, dan pembatasan kapasitas kendaraan; tetap harus dilakukan.
"Mungkin itu hal-hal printilan, tetapi harus diperhatikan. Lebih baik parno daripada sembrono," ujarnya.
Untuk menghadapi pandemi COVID-19 dengan mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan baru, Merry mengajak untuk tetap bersemangat dan optimistis.
"Apa pun keadaan dan situasinya, berapa pun tanggalnya mau tanggal tua atau tanggal muda, ada pandemi atau tidak, kita tetap harus semangat dan optimistis," tuturnya.
Namun, berpikir positif saja tidak cukup. Merry mengatakan berpikir positif harus diikuti dengan berpikir kritis dan bertindak positif.
"Saya percaya, berpikir positif ada tempat dan batasnya serta harus dibarengi dengan tindakan yang positif," katanya.
Baca juga: Merry Riana sebut tidak cukup berpikir positif terhadap kebiasaan baru
Baca juga: Merry Riana: Pandemi COVID-19 ibarat masa ulat jadi kepompong
"Harus diingat, mal dan kantor kembali beroperasi bukan karena pandemi COVID-19 sudah selesai melainkan karena roda ekonomi harus terus berjalan," kata Merry dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang diikuti melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Selasa.
Merry mengatakan adaptasi kebiasaan baru untuk tetap produktif tetapi aman dari COVID-19 adalah untuk kebaikan bersama. Masa transisi di Jakarta yang dimulai pada Senin (15/6) dengan pembukaan mal dan kantor bukan berarti kemudian bisa bebas beraktivitas.
Kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan selama ini; seperti mengenakan masker saat keluar rumah, membawa cairan pembersih tangan, menyemprotkan disinfektan pada barang bawaan, dan pembatasan kapasitas kendaraan; tetap harus dilakukan.
"Mungkin itu hal-hal printilan, tetapi harus diperhatikan. Lebih baik parno daripada sembrono," ujarnya.
Untuk menghadapi pandemi COVID-19 dengan mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan baru, Merry mengajak untuk tetap bersemangat dan optimistis.
"Apa pun keadaan dan situasinya, berapa pun tanggalnya mau tanggal tua atau tanggal muda, ada pandemi atau tidak, kita tetap harus semangat dan optimistis," tuturnya.
Namun, berpikir positif saja tidak cukup. Merry mengatakan berpikir positif harus diikuti dengan berpikir kritis dan bertindak positif.
"Saya percaya, berpikir positif ada tempat dan batasnya serta harus dibarengi dengan tindakan yang positif," katanya.
Baca juga: Merry Riana sebut tidak cukup berpikir positif terhadap kebiasaan baru
Baca juga: Merry Riana: Pandemi COVID-19 ibarat masa ulat jadi kepompong