Palu (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah Bartholomeus Tandigala berharap jajaran BPBD di seluruh kabupaten/kota tanggap menghadapi kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor karena dalam beberapa hari terakhir dan ke depan, cuaca ekstrem masih membayangi sejumlah wilayah di provinsi ini.
"Selama Juli 2020 ini sudah ada beberapa kali terjadi bencana alam di Sulteng," katanya di Palu, Sabtu.
Banjir bandang pertama kali terjadi pada awal Juli 2020 di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa yang mengakibatkan jalur darat dari Kota Palu menuju Kulawi, Kabupaten Sigi, tepatnya antara Desa Omu dan Tuva, sempat putus diterjang banjir.
Kemudian beberapa hari lalu, banjir menerjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Torabelo di Desa Sidera, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi. Banjir bandang pada hari yang sama juga menerjang Kabupaten Morowali dan Morowali Utara serta Parigi Moutong.
Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Morowali Utara pada Jumat (10/7) mengakibatkan jalur Trans Sulawesi dari Poso menuju Morowali Utara dan Morowali sempat putus selama beberapa jam. Banyak kendaraan bari dari arah Morowali menuju Palu dan sebaliknya sempat terperangkap banjir.
Banjir yang melanda wilayah Morowali Utara dikarenakan air sungai meluap hingga ke badan jalan dan permukiman warga serta lahan pertanian yang ada di sepanjang daerah aliran sungai.
Semua bencana alam banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sulteng, kata Bartholomeus, dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi selama beberapa hari terakhir ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan ke depan ini masih akan melanda wilayah Sulteng sehingga diminta masyarakat untuk waspada kemungkinan terjadi kembali banjir dan longsor di wilayah-wilayah yang selama ini rawan bencana alam dan tingkat curah hujannya yang tinggi.
Sigi, kata Bartholomeus, salah satu kabupaten di Sulteng yang memiliki tingkat curah hujan di atas normal sehingga perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Pemerintah melalui jajaran BPBD di seluruh kabupaten/kota di Sulteng tentu telah mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana alam banjir dan tanah longsor di masing-masing daerah dengan menyediakan stok logistik , termasuk bahan makanan dan lainnya untuk disalurkan kepada masyarakat terdampak bencana alam.
Juga menyiapkan tim reaksi cepat (TRC) yang sewaktu-waktu langsung bergerak cepat ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan dan melakukan evakuasi bagi masyarakat yang terdampak banjir.
Petugas mengamankan barang-barang dari dalam ruang perawatan yang digenangi lumpur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Torabelo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (10/7/2020) . ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pras (ANTARAFOTO/BASRI MARZUKI)
"Selama Juli 2020 ini sudah ada beberapa kali terjadi bencana alam di Sulteng," katanya di Palu, Sabtu.
Banjir bandang pertama kali terjadi pada awal Juli 2020 di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa yang mengakibatkan jalur darat dari Kota Palu menuju Kulawi, Kabupaten Sigi, tepatnya antara Desa Omu dan Tuva, sempat putus diterjang banjir.
Kemudian beberapa hari lalu, banjir menerjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Torabelo di Desa Sidera, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi. Banjir bandang pada hari yang sama juga menerjang Kabupaten Morowali dan Morowali Utara serta Parigi Moutong.
Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Morowali Utara pada Jumat (10/7) mengakibatkan jalur Trans Sulawesi dari Poso menuju Morowali Utara dan Morowali sempat putus selama beberapa jam. Banyak kendaraan bari dari arah Morowali menuju Palu dan sebaliknya sempat terperangkap banjir.
Banjir yang melanda wilayah Morowali Utara dikarenakan air sungai meluap hingga ke badan jalan dan permukiman warga serta lahan pertanian yang ada di sepanjang daerah aliran sungai.
Semua bencana alam banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sulteng, kata Bartholomeus, dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi selama beberapa hari terakhir ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan ke depan ini masih akan melanda wilayah Sulteng sehingga diminta masyarakat untuk waspada kemungkinan terjadi kembali banjir dan longsor di wilayah-wilayah yang selama ini rawan bencana alam dan tingkat curah hujannya yang tinggi.
Sigi, kata Bartholomeus, salah satu kabupaten di Sulteng yang memiliki tingkat curah hujan di atas normal sehingga perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Pemerintah melalui jajaran BPBD di seluruh kabupaten/kota di Sulteng tentu telah mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana alam banjir dan tanah longsor di masing-masing daerah dengan menyediakan stok logistik , termasuk bahan makanan dan lainnya untuk disalurkan kepada masyarakat terdampak bencana alam.
Juga menyiapkan tim reaksi cepat (TRC) yang sewaktu-waktu langsung bergerak cepat ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan dan melakukan evakuasi bagi masyarakat yang terdampak banjir.