Palu (ANTARA) - Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, tahun ini berhasil memasarkan 300 ton daging durian yang telah dibekukan ke pengusaha di Jakarta.
Pengiriman dikemas dalam plastik dengan harga Rp65 ribu per 5 ons.
"Program ini baru dilaksanakan tahun ini ketika saya berusaha menghubungkan petani dengan pembeli di Jakarta, dan akan berlanjut tahun berikutnya," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno, di Poso, Minggu.
Pemasok durian terbesar berasal dari Kecamatan Pamona Selatan, Kecamatan Pamona Barat, dan sebagian dari Kecamatan Poso Pesisir.
Suratno menjelaskan durian yang telah matang dikupas atau dibelah, dan diambil daging yang bagus lalu dikemas lalu ditimbang dalam bentuk ukuran harga per 5 ons.
Dia mengatakan cara penjualan seperti itu sangat membantu para petani durian, harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak yang hanya melihat dari kerusakan kulit durian.
Akibatnya harga bisa berbeda-beda padahal isinya masih banyak yang bagus meskipun kulit terlihat luka atau seperti busuk.
"Kalau sebelumnya petani menjual per biji atau per gandeng, namun kalau kulit sebagian luka, maka harga akan turun. Nah sekarang harga tidak bisa lagi dipermainkan oleh tengkulak, karena isinya yang masih bagus akan diambil dan ditimbang," ujarnya.
Suratno mengatakan dalam memotivasi petani durian beku itu, Dinas Pertanian Poso telah menyiapkan alat mesin pendingin, namun akibat COVID-19 program penyediaan alat pendingin itu masih tertunda.
Meskipun belum adanya alat pendingin dari Dinas Pertanian Poso, tapi petani telah bersawadaya menyiapkan kulkas besar.
Dinas Pertanian telah melobi pengusaha durian beku di Jakarta, yang akan membangun mesin pendingin dengan ukuran besar di Kecamatan Pamona Selatan.
Sementara untuk harga durian beku akan dilakukan MoU dengan petani untuk disepakati harga dasar, agar mencegah permainan harga dari para tengkulak.
Pengiriman dikemas dalam plastik dengan harga Rp65 ribu per 5 ons.
"Program ini baru dilaksanakan tahun ini ketika saya berusaha menghubungkan petani dengan pembeli di Jakarta, dan akan berlanjut tahun berikutnya," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno, di Poso, Minggu.
Pemasok durian terbesar berasal dari Kecamatan Pamona Selatan, Kecamatan Pamona Barat, dan sebagian dari Kecamatan Poso Pesisir.
Suratno menjelaskan durian yang telah matang dikupas atau dibelah, dan diambil daging yang bagus lalu dikemas lalu ditimbang dalam bentuk ukuran harga per 5 ons.
Dia mengatakan cara penjualan seperti itu sangat membantu para petani durian, harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak yang hanya melihat dari kerusakan kulit durian.
Akibatnya harga bisa berbeda-beda padahal isinya masih banyak yang bagus meskipun kulit terlihat luka atau seperti busuk.
"Kalau sebelumnya petani menjual per biji atau per gandeng, namun kalau kulit sebagian luka, maka harga akan turun. Nah sekarang harga tidak bisa lagi dipermainkan oleh tengkulak, karena isinya yang masih bagus akan diambil dan ditimbang," ujarnya.
Suratno mengatakan dalam memotivasi petani durian beku itu, Dinas Pertanian Poso telah menyiapkan alat mesin pendingin, namun akibat COVID-19 program penyediaan alat pendingin itu masih tertunda.
Meskipun belum adanya alat pendingin dari Dinas Pertanian Poso, tapi petani telah bersawadaya menyiapkan kulkas besar.
Dinas Pertanian telah melobi pengusaha durian beku di Jakarta, yang akan membangun mesin pendingin dengan ukuran besar di Kecamatan Pamona Selatan.
Sementara untuk harga durian beku akan dilakukan MoU dengan petani untuk disepakati harga dasar, agar mencegah permainan harga dari para tengkulak.