Parigi (ANTARA) - Sedikitnya 138 jiwa korban banjir di Desa Boyantongo, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah saat ini masih bertahan mengungsi di rumah kerabat mereka.
"Data sementara sekitar 13 rumah hanyut di terjang banjir karena badan sungai Dolago tidak mampu menampung debit air yang cukup banyak akibatnya terjadi longsor bagian bibir sungai," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Parigi Moutong Nyoman Adi, di Parigi, Selasa.
Dia memaparkan, banjir yang melanda Desa Boyantongo sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu, pada Minggu (12/7) sekitar tujuh rumah di bantaran sungai itu hanyut terseret banjir.
Namun pada Selasa dini hari sejumlah rumah warga setempat yang berisiko tinggi kembali hanyut tersapu air.
"Kami sudah membuka posko dan dapur umum sejak beberapa waktu lalu. Sejumlah bantuan logistik juga sudah di terima masyarakat dari berbagai pihak," kata Nyoman menambahkan.
Kepala Desa Boyantongo Usman Kapimpu mengatakan, jika dilihat dari posisi alur sungai sedikitnya 20 rumah rentan tersapu banjir dengan risiko tinggi.
"Mungkin kasusnya sama dengan rumah lainnya yang sudah hanyut," ujar Usman.
Menurut dia, penanggulangan bencana alam ini harus dilakukan secara ekstra agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi saat ini sedang berada di musim penghujan, maka ancaman banjir tidak bisa dihindari.
Rencananya, warga yang kehilangan rumah akan direlokasi ke tempat lebih aman oleh pemerintah setempat mengingat bantaran sungai itu sangat rentan terhadap banjir.
Selain Desa Boyantongo, banjir juga merendam sejumlah wilayah di Parigi Moutong akiba tingginya intensitas hujan yang melanda kabupaten tersebut beberapa hari terakhir. Bahkan dilaporkan sejumlah rumah warga di Desa Olaya, Kecamatan Parigi mengalami rusak berat termasuk satu jembatan di desa itu putus.
Akibat peristiwa ini, arus lalu lintas di jalur Trans Sulawesi macet karena kepolisian setempat menutup jalur alternatif guna kepentingan keselamatan pengendara.
"Hari ini banyak titik banjir, sehingga kami berinisiatif membagi tim membantu mengevaluasi masyarakat sekaligus mengumpulkan data warga yang terdampak. Kami juga dibantu TNI/Polri dan instansi teknis terkait," kata Nyoman.
"Data sementara sekitar 13 rumah hanyut di terjang banjir karena badan sungai Dolago tidak mampu menampung debit air yang cukup banyak akibatnya terjadi longsor bagian bibir sungai," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Parigi Moutong Nyoman Adi, di Parigi, Selasa.
Dia memaparkan, banjir yang melanda Desa Boyantongo sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu, pada Minggu (12/7) sekitar tujuh rumah di bantaran sungai itu hanyut terseret banjir.
Namun pada Selasa dini hari sejumlah rumah warga setempat yang berisiko tinggi kembali hanyut tersapu air.
"Kami sudah membuka posko dan dapur umum sejak beberapa waktu lalu. Sejumlah bantuan logistik juga sudah di terima masyarakat dari berbagai pihak," kata Nyoman menambahkan.
Kepala Desa Boyantongo Usman Kapimpu mengatakan, jika dilihat dari posisi alur sungai sedikitnya 20 rumah rentan tersapu banjir dengan risiko tinggi.
"Mungkin kasusnya sama dengan rumah lainnya yang sudah hanyut," ujar Usman.
Menurut dia, penanggulangan bencana alam ini harus dilakukan secara ekstra agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi saat ini sedang berada di musim penghujan, maka ancaman banjir tidak bisa dihindari.
Rencananya, warga yang kehilangan rumah akan direlokasi ke tempat lebih aman oleh pemerintah setempat mengingat bantaran sungai itu sangat rentan terhadap banjir.
Selain Desa Boyantongo, banjir juga merendam sejumlah wilayah di Parigi Moutong akiba tingginya intensitas hujan yang melanda kabupaten tersebut beberapa hari terakhir. Bahkan dilaporkan sejumlah rumah warga di Desa Olaya, Kecamatan Parigi mengalami rusak berat termasuk satu jembatan di desa itu putus.
Akibat peristiwa ini, arus lalu lintas di jalur Trans Sulawesi macet karena kepolisian setempat menutup jalur alternatif guna kepentingan keselamatan pengendara.
"Hari ini banyak titik banjir, sehingga kami berinisiatif membagi tim membantu mengevaluasi masyarakat sekaligus mengumpulkan data warga yang terdampak. Kami juga dibantu TNI/Polri dan instansi teknis terkait," kata Nyoman.