Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendukung upaya pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, melalui kegiatan “Banyuwangi Rebound”.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi M Yanuar Bramuda, di Banyuwangi, Minggu, mengatakan pihaknya mendapatkan dukungan sosialisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability) dalam kegiatan "Banyuwangi Rebound" yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beberapa waktu lalu.
“Pandemi COVID-19 mengubah strategi pengembangan pariwisata Banyuwangi,” katanya.
Saat ini pemerintah daerah memberlakukan dengan ketat protokol kesehatan berbasis CHSE serta jaga jarak, pembatasan pengunjung serta sertifikasi bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang telah memenuhi unsur-unsur tersebut di masa adaptasi kebiasaan baru.
“Timeline New Normal Tourism 2020 di Banyuwangi, tiga bulan pertama pada Mei hingga Juli 2020 kami sudah fokus pada pemulihan. September sudah ada target pembukaan semua destinasi dan pembukaan penerbangan Bali-Banyuwangi dengan pesawat ATR Citilink 72 kursi yang akan diisi oleh 50 persen dari kapasitas penerbangan," kata Bramuda.
Pandemi COVID-19, menurut dia, memberikan dampak yang besar terhadap sektor parekraf di Banyuwangi. Terjadi penurunan konsumen sekitar 73,8 persen, penurunan omzet sebesar 74,1 persen dan mengakibatkan usaha yang tutup sebesar 17,3 persen.
Pemkab Banyuwangi seiring dengan penanganan kesehatan, kata dia, saat ini juga fokus mempersiapkan sektor parekraf di era adaptasi kebiasaan baru dengan baik. Pariwisata ke depan tidak sekadar menyajikan "leisure" tetapi juga konsep wisata yang aman, sehat, bersih seperti protokol kesehatan berbasis CHSE dari Kemenparekraf.
Menurut hasil survei, kata Bramuda, Banyuwangi menjadi salah satu destinasi yang paling banyak diminati untuk dikunjungi setelah pandemi bersama dengan Lombok dan Labuan Bajo. Selama Juli 2020, Bramuda menyebut jumlah wisatawan ke Banyuwangi dalam jangka satu pekan sudah mencapai 8.000 pengunjung.
“Kepada para pengelola pariwisata, kami tekankan, jualan kita tak lagi sekadar harga murah dan suguhan wisata indah. Namun, harus memenuhi protokol kesehatan dan keamanan,” kata Bramuda.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Hari Santosa Sungkari mengatakan dalam penyesuaian kegiatan wisata di masa adaptasi kebiasaan baru perlu kedisiplinan dan ketegasan. Saat ini pemerintah fokus menggarap segmen wisatawan domestik hingga akhir tahun dan membuka destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara pascapandemi COVID-19.
"Kita harus berpikir positif bahwa vaksin COVID-19 segera ditemukan. Saya berharap Kemenparekraf sebagai 'best practice' dalam membantu membuka destinasi pariwisata dalam era adaptasi kebiasaan baru," kata Hari Santosa.
Sementara Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Kemenparekraf/Baparekraf Oni Yulfian mengatakan kegiatan “rebound” pada destinasi wisata Banyuwangi menjadi salah satu upaya yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf untuk membangkitkan kembali potensi pariwisata di Banyuwangi yakni membangun destinasi yang menerapkan protokol CHSE.
Lingkup kegiatan ini meliputi penguatan program sapta pesona, revitalisasi amenitas dengan pengadaan barang pendukung CHSE dan alat penunjang keamanan. Serta bimbingan teknis soal 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di setiap destinasi wisata di Banyuwangi.
"Kemenparekraf sangat mengapresiasi upaya Pemkab Banyuwangi dalam membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu dengan menerbitkan sertifikat kepada usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang telah mengikuti protokol kesehatan," ujarnya.
Selain sosialisasi, dalam kegiatan yang berlangsung pada 12-13 Agustus 2020, juga digelar aksi BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) di destinasi Grand Watu Dodol yang melibatkan lebih dari 50 pekerja parekraf dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Kemenparekraf/Baparekraf juga mendedikasikan peralatan dan perlengkapan pendukung seperti tempat cuci tangan, tempat sampah, toilet portabel, masker, "face shield", sarung tangan, baju APD, alat semprot, tenda. Ada pula tandu lipat serta “signage” (papan imbauan untuk mematuhi protokol pencegahan penularan COVID-19).
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi M Yanuar Bramuda, di Banyuwangi, Minggu, mengatakan pihaknya mendapatkan dukungan sosialisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability) dalam kegiatan "Banyuwangi Rebound" yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beberapa waktu lalu.
“Pandemi COVID-19 mengubah strategi pengembangan pariwisata Banyuwangi,” katanya.
Saat ini pemerintah daerah memberlakukan dengan ketat protokol kesehatan berbasis CHSE serta jaga jarak, pembatasan pengunjung serta sertifikasi bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang telah memenuhi unsur-unsur tersebut di masa adaptasi kebiasaan baru.
“Timeline New Normal Tourism 2020 di Banyuwangi, tiga bulan pertama pada Mei hingga Juli 2020 kami sudah fokus pada pemulihan. September sudah ada target pembukaan semua destinasi dan pembukaan penerbangan Bali-Banyuwangi dengan pesawat ATR Citilink 72 kursi yang akan diisi oleh 50 persen dari kapasitas penerbangan," kata Bramuda.
Pandemi COVID-19, menurut dia, memberikan dampak yang besar terhadap sektor parekraf di Banyuwangi. Terjadi penurunan konsumen sekitar 73,8 persen, penurunan omzet sebesar 74,1 persen dan mengakibatkan usaha yang tutup sebesar 17,3 persen.
Pemkab Banyuwangi seiring dengan penanganan kesehatan, kata dia, saat ini juga fokus mempersiapkan sektor parekraf di era adaptasi kebiasaan baru dengan baik. Pariwisata ke depan tidak sekadar menyajikan "leisure" tetapi juga konsep wisata yang aman, sehat, bersih seperti protokol kesehatan berbasis CHSE dari Kemenparekraf.
Menurut hasil survei, kata Bramuda, Banyuwangi menjadi salah satu destinasi yang paling banyak diminati untuk dikunjungi setelah pandemi bersama dengan Lombok dan Labuan Bajo. Selama Juli 2020, Bramuda menyebut jumlah wisatawan ke Banyuwangi dalam jangka satu pekan sudah mencapai 8.000 pengunjung.
“Kepada para pengelola pariwisata, kami tekankan, jualan kita tak lagi sekadar harga murah dan suguhan wisata indah. Namun, harus memenuhi protokol kesehatan dan keamanan,” kata Bramuda.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Hari Santosa Sungkari mengatakan dalam penyesuaian kegiatan wisata di masa adaptasi kebiasaan baru perlu kedisiplinan dan ketegasan. Saat ini pemerintah fokus menggarap segmen wisatawan domestik hingga akhir tahun dan membuka destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara pascapandemi COVID-19.
"Kita harus berpikir positif bahwa vaksin COVID-19 segera ditemukan. Saya berharap Kemenparekraf sebagai 'best practice' dalam membantu membuka destinasi pariwisata dalam era adaptasi kebiasaan baru," kata Hari Santosa.
Sementara Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Kemenparekraf/Baparekraf Oni Yulfian mengatakan kegiatan “rebound” pada destinasi wisata Banyuwangi menjadi salah satu upaya yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf untuk membangkitkan kembali potensi pariwisata di Banyuwangi yakni membangun destinasi yang menerapkan protokol CHSE.
Lingkup kegiatan ini meliputi penguatan program sapta pesona, revitalisasi amenitas dengan pengadaan barang pendukung CHSE dan alat penunjang keamanan. Serta bimbingan teknis soal 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di setiap destinasi wisata di Banyuwangi.
"Kemenparekraf sangat mengapresiasi upaya Pemkab Banyuwangi dalam membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu dengan menerbitkan sertifikat kepada usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang telah mengikuti protokol kesehatan," ujarnya.
Selain sosialisasi, dalam kegiatan yang berlangsung pada 12-13 Agustus 2020, juga digelar aksi BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) di destinasi Grand Watu Dodol yang melibatkan lebih dari 50 pekerja parekraf dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Kemenparekraf/Baparekraf juga mendedikasikan peralatan dan perlengkapan pendukung seperti tempat cuci tangan, tempat sampah, toilet portabel, masker, "face shield", sarung tangan, baju APD, alat semprot, tenda. Ada pula tandu lipat serta “signage” (papan imbauan untuk mematuhi protokol pencegahan penularan COVID-19).