Bondowoso - Para seniman tradisional di Kabupaten Bondowoso, Jatim, tidak melakukan pementasan selama Ramadhan karena ingin menghormati umat Muslim yang berpuasa.
"Kebetulan kalau bulan puasa kan memang tidak ada orang yang nanggap atau mengundang kami untuk pentas. Selain itu, kami juga ingin menghormati bulan puasa," kata pimpinan Sanggar Gema Buana, Sugeng, di Bondowoso, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa sanggarnya yang membina kesenian tradisional singo ulung dan pojhian itu biasanya ramai tanggapan dari masyarakat satu pekan setelah Lebaran. Sebelum bulan puasa grup kesenian ini juga masih melayani undangan pentas.
Meskipun demikian, kata Sugeng, selama puasa, anggota sanggar yang bermarkas di Prajekan, sebelah timur Kota Bondowoso, ini masih tetap berlatih setiap satu pekan sekali, yakni pada malam Sabtu. Sementara di luar Ramadhan, mereka melakukan latihan dua kali dalam sepekan.
"Sekarang tetap latihan agar keterampilan teman-teman tetap terasah, hanya waktunya dikurangi. Latihannya setelah selesai shalat tarawih. Dengan tetap berlatih, maka kemampuan teman-teman tidak berkurang saat ada pementasan nantinya," kata alumni Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini.
Lelaki ini berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta, namun lebih suka mengaku sebagai orang Bondowoso asli ini mengemukakan bahwa pihaknya bertekad untuk melestarikan semua bentuk kesenian daerah yang dimiliki oleh Bondowoso.
"Saya masih terus menggali kesenian-kesenian yang sudah jarang dipentaskan di masyarakat. Biasanya ada pelosok-pelosok desa," katanya. (M026)
"Kebetulan kalau bulan puasa kan memang tidak ada orang yang nanggap atau mengundang kami untuk pentas. Selain itu, kami juga ingin menghormati bulan puasa," kata pimpinan Sanggar Gema Buana, Sugeng, di Bondowoso, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa sanggarnya yang membina kesenian tradisional singo ulung dan pojhian itu biasanya ramai tanggapan dari masyarakat satu pekan setelah Lebaran. Sebelum bulan puasa grup kesenian ini juga masih melayani undangan pentas.
Meskipun demikian, kata Sugeng, selama puasa, anggota sanggar yang bermarkas di Prajekan, sebelah timur Kota Bondowoso, ini masih tetap berlatih setiap satu pekan sekali, yakni pada malam Sabtu. Sementara di luar Ramadhan, mereka melakukan latihan dua kali dalam sepekan.
"Sekarang tetap latihan agar keterampilan teman-teman tetap terasah, hanya waktunya dikurangi. Latihannya setelah selesai shalat tarawih. Dengan tetap berlatih, maka kemampuan teman-teman tidak berkurang saat ada pementasan nantinya," kata alumni Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini.
Lelaki ini berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta, namun lebih suka mengaku sebagai orang Bondowoso asli ini mengemukakan bahwa pihaknya bertekad untuk melestarikan semua bentuk kesenian daerah yang dimiliki oleh Bondowoso.
"Saya masih terus menggali kesenian-kesenian yang sudah jarang dipentaskan di masyarakat. Biasanya ada pelosok-pelosok desa," katanya. (M026)