Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memaparkan sejumlah kebijakan moneter untuk membantu pemulihan ekonomi nasional dalam Pertemuan ke-24 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 yang berlangsung secara virtual.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pernyataan di Jakarta, Selasa, mengatakan kebijakan ini juga bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
"BI telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5 persen yang merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Ia menambahkan BI juga melakukan kebijakan quantitative easing untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar serta melakukan stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar.
Menurut dia, untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik BI telah menerapkan berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan mendorong percepatan digitalisasi ekonomi dan pasar keuangan.
Sementara itu pertemuan yang ikut dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati ini menyambut baik penguatan kerja sama keuangan yang dituangkan dalam Amandemen Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) yang mulai berlaku sejak 31 Maret 2021.
Penguatan kerja sama CMIM mencakup peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari 30 persen menjadi 40 persen, dan pemberian fleksibilitas dalam pemanfaatan kerja sama CMIM dalam mata uang lokal dengan prinsip voluntary and demand driven.
Selain itu negara-negara anggota juga menyambut baik ditandatanganinya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Agreement sebagai milestone pendorong perdagangan dan investasi di kawasan.
Negara-negara anggota mengharapkan agar perjanjian tersebut dapat segera berlaku efektif untuk semakin mendukung integrasi ekonomi kawasan.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa lembaga internasional, yaitu ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai mitra ASEAN+3.
Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional maupun global, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi dampak dari pandemi COVID-19.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pernyataan di Jakarta, Selasa, mengatakan kebijakan ini juga bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
"BI telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5 persen yang merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Ia menambahkan BI juga melakukan kebijakan quantitative easing untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar serta melakukan stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar.
Menurut dia, untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik BI telah menerapkan berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan mendorong percepatan digitalisasi ekonomi dan pasar keuangan.
Sementara itu pertemuan yang ikut dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati ini menyambut baik penguatan kerja sama keuangan yang dituangkan dalam Amandemen Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) yang mulai berlaku sejak 31 Maret 2021.
Penguatan kerja sama CMIM mencakup peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari 30 persen menjadi 40 persen, dan pemberian fleksibilitas dalam pemanfaatan kerja sama CMIM dalam mata uang lokal dengan prinsip voluntary and demand driven.
Selain itu negara-negara anggota juga menyambut baik ditandatanganinya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Agreement sebagai milestone pendorong perdagangan dan investasi di kawasan.
Negara-negara anggota mengharapkan agar perjanjian tersebut dapat segera berlaku efektif untuk semakin mendukung integrasi ekonomi kawasan.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa lembaga internasional, yaitu ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai mitra ASEAN+3.
Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional maupun global, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi dampak dari pandemi COVID-19.