Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengatakan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan oleh perusahaan akibat pandemi COVID-19 di kota itu sangat rendah.
"Hingga empat bulan terakhir belum tidak ada permintaan mediasi karena kasus PHK antara perusahaan dan karyawan. Artinya situasi ini masih cukup stabil," kata Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Tenaga Kerja Kota Palu Setyo Susanto yang dihubungi di Palu, Minggu.
Pada tahun 2020 sektor usaha yang paling merasakan dampak pandemi yakni perhotelan, di mana saat itu hotel tutup sementara karena tidak ada kunjungan tamu karena terjadi pembatasan sosial yang masif.
Di tahun 2020, menurut data instansi terkait terdapat 54 karyawan yang terkena PHK dan 683 pekerja dirumahkan. Namun, saat ini para pekerja tersebut sudah bekerja kembali.
"Rata-rata perusahaan beroperasi di Palu distributor dan jasa sehingga kegiatan usaha tetap berjalan meski pandemi masih melanda" ucap Setyo.
Produk yang cukup tren saat ini yakni bahan pangan termasuk produk dalam kemasan, hanya saja untuk produk dalam kemasan frekuensi pembelian oleh konsumen tidak sebanyak seperti sebelum pandemi.
"Data yang dihimpun Serikat Pekerja, jumlah tenaga kerja swasta di Palu kurang lebih 15 ribu, dampak COVID-19 tidak berpengaruh terhadap aktivitas mereka, dan ada pun bersengketa, itu lanjutan dampak bencana alam 2018 lalu," katanya.
Aktivitas industri di kota Sulteng tetap berlangsung, karena inflasi Palu hanya berada di angka 0,08 persen menurut data Bank Indonesia (BI).
Ini mengindikasikan, daya beli masyarakat masih stabil, justru daerah yang berpengaruh atas dampak pandemi yakni daerah-daerah yang bergantung pada sektor pariwisata.
"Penyekatan larangan mudik Lebaran Idul Fitri 2021 beberapa waktu lalu tidak berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan," ujar Setyo.
Situasi ini diharapkan tetap terjaga sehingga kegiatan industri tetap berjalan agar pendapatan dan peningkatan ekonomi terus meningkat meskipun pandemi COVID-19 masih berkepanjangan.
"Hingga empat bulan terakhir belum tidak ada permintaan mediasi karena kasus PHK antara perusahaan dan karyawan. Artinya situasi ini masih cukup stabil," kata Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Tenaga Kerja Kota Palu Setyo Susanto yang dihubungi di Palu, Minggu.
Pada tahun 2020 sektor usaha yang paling merasakan dampak pandemi yakni perhotelan, di mana saat itu hotel tutup sementara karena tidak ada kunjungan tamu karena terjadi pembatasan sosial yang masif.
Di tahun 2020, menurut data instansi terkait terdapat 54 karyawan yang terkena PHK dan 683 pekerja dirumahkan. Namun, saat ini para pekerja tersebut sudah bekerja kembali.
"Rata-rata perusahaan beroperasi di Palu distributor dan jasa sehingga kegiatan usaha tetap berjalan meski pandemi masih melanda" ucap Setyo.
Produk yang cukup tren saat ini yakni bahan pangan termasuk produk dalam kemasan, hanya saja untuk produk dalam kemasan frekuensi pembelian oleh konsumen tidak sebanyak seperti sebelum pandemi.
"Data yang dihimpun Serikat Pekerja, jumlah tenaga kerja swasta di Palu kurang lebih 15 ribu, dampak COVID-19 tidak berpengaruh terhadap aktivitas mereka, dan ada pun bersengketa, itu lanjutan dampak bencana alam 2018 lalu," katanya.
Aktivitas industri di kota Sulteng tetap berlangsung, karena inflasi Palu hanya berada di angka 0,08 persen menurut data Bank Indonesia (BI).
Ini mengindikasikan, daya beli masyarakat masih stabil, justru daerah yang berpengaruh atas dampak pandemi yakni daerah-daerah yang bergantung pada sektor pariwisata.
"Penyekatan larangan mudik Lebaran Idul Fitri 2021 beberapa waktu lalu tidak berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan," ujar Setyo.
Situasi ini diharapkan tetap terjaga sehingga kegiatan industri tetap berjalan agar pendapatan dan peningkatan ekonomi terus meningkat meskipun pandemi COVID-19 masih berkepanjangan.