Palu (ANTARA) - Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT) membuka kegiatan pariwisata di Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, di tengah masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro.
"Berdasarkan surat edaran Bupati Tojo Una-Una melalui Dinas Pariwisata setempat , kegiatan kepariwisataan di daerah ini tetap beroperasi, termasuk destinasi pariwisata di Kepulauan Togean yang masuk dalam kawasan taman nasional," kata Kepala BTNKT Sulteng Bustang yang dihubungi dari Palu, Jumat.
Ia menjelaskan BTNKT masih tetap beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) yang ketat dengan melakukan pembatasan kunjungan maksimal 50 persen dari kapasitas, walaupun kenyataannya jumlah kunjungan masih minim tidak sampai satu persen.
"Menurut kami kalau pun ditutup, presentasinya sangat minim karena situasi pandemi COVID-19 belum kondusif, hal ini yang mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan relatif rendah," ucap Bustang.
Ia memaparkan selama enam bulan terakhir jumlah kunjungan wisatawan di Kepulauan Togean stagnan atau hanya berjumlah sekitar 132 orang, di antaranya 109 orang wisatawan nusantara (wisnus) dan 23 orang lainnya wisatawan mancanegara (wisman).
Ia menilai kurangnya minat kunjungan wisatawan di destinasi unggulan Sulteng ini sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor pariwisata, khususnya dari kawasan taman nasional Togean.
PNBP sektor pariwisata yang dikelola BTNKT, kata dia, disetor ke kas negara senilai Rp1,3 juta per bulan dalam periode Januari-Maret 2021 yang dianggap tidak maksimal dibandingkan sebelum masa pandemi COVID-19.
"Dampak COVID-19 sangat berpengaruh. Sejak tahun 2020 hingga 2021 jumlah kunjungan bukan meningkat, tapi justru semakin menurun drastis," ungkap Bustang.
Bahkan, kata dia, berdasarkan laporan yang diterimanya, ada sejumlah resort atau pelaku usaha pariwisata di destinasi wisata Kepulauan Togean terpaksa gulung tikar karena pendapatannya menurun, bahkan minus.
"Iya, ada sejumlah usaha terpaksa menutup resort. Kalau sudah begitu artinya situasi ini sudah kurang bagus terhadap pelaku usaha pariwisata di kawasan itu," katanya tanpa tidak merinci jumlah pelaku usaha pariwisata tersebut.
Pelaku usaha pariwisata, kata Bustang, saat ini berharap solusi pemerintah supaya kegiatan usaha sektor itu bisa kembali normal agar tidak terulang penutupan resort lainnya karena ketidakmampuan biaya operasional mereka.
"Kalau resort-resor yang besar hingga kini memang masih bertahan, namun omzet mereka juga semakin berkurang," demikian Bustang.
"Berdasarkan surat edaran Bupati Tojo Una-Una melalui Dinas Pariwisata setempat , kegiatan kepariwisataan di daerah ini tetap beroperasi, termasuk destinasi pariwisata di Kepulauan Togean yang masuk dalam kawasan taman nasional," kata Kepala BTNKT Sulteng Bustang yang dihubungi dari Palu, Jumat.
Ia menjelaskan BTNKT masih tetap beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) yang ketat dengan melakukan pembatasan kunjungan maksimal 50 persen dari kapasitas, walaupun kenyataannya jumlah kunjungan masih minim tidak sampai satu persen.
"Menurut kami kalau pun ditutup, presentasinya sangat minim karena situasi pandemi COVID-19 belum kondusif, hal ini yang mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan relatif rendah," ucap Bustang.
Ia memaparkan selama enam bulan terakhir jumlah kunjungan wisatawan di Kepulauan Togean stagnan atau hanya berjumlah sekitar 132 orang, di antaranya 109 orang wisatawan nusantara (wisnus) dan 23 orang lainnya wisatawan mancanegara (wisman).
Ia menilai kurangnya minat kunjungan wisatawan di destinasi unggulan Sulteng ini sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor pariwisata, khususnya dari kawasan taman nasional Togean.
PNBP sektor pariwisata yang dikelola BTNKT, kata dia, disetor ke kas negara senilai Rp1,3 juta per bulan dalam periode Januari-Maret 2021 yang dianggap tidak maksimal dibandingkan sebelum masa pandemi COVID-19.
"Dampak COVID-19 sangat berpengaruh. Sejak tahun 2020 hingga 2021 jumlah kunjungan bukan meningkat, tapi justru semakin menurun drastis," ungkap Bustang.
Bahkan, kata dia, berdasarkan laporan yang diterimanya, ada sejumlah resort atau pelaku usaha pariwisata di destinasi wisata Kepulauan Togean terpaksa gulung tikar karena pendapatannya menurun, bahkan minus.
"Iya, ada sejumlah usaha terpaksa menutup resort. Kalau sudah begitu artinya situasi ini sudah kurang bagus terhadap pelaku usaha pariwisata di kawasan itu," katanya tanpa tidak merinci jumlah pelaku usaha pariwisata tersebut.
Pelaku usaha pariwisata, kata Bustang, saat ini berharap solusi pemerintah supaya kegiatan usaha sektor itu bisa kembali normal agar tidak terulang penutupan resort lainnya karena ketidakmampuan biaya operasional mereka.
"Kalau resort-resor yang besar hingga kini memang masih bertahan, namun omzet mereka juga semakin berkurang," demikian Bustang.