Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat merancang pembangunan rumah sakit terpadu yang menyatukan pelayanan kesehatan dan pemandangan alam.
Penegasan itu disampaikan Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar pada rapat pembahasan dana hibah program Marasa di Kantor Merah Putih Gubernur Sulbar di Mamuju, Senin.
Rapat tersebut, katanya, dalam rangka membahas perencanaan pembangunan rumah sakit jiwa dan rumah sakit COVID-19 di Kabupaten Majene melalui konsep rumah sakit yang dipadukan dengan pemandangan alam.
"Kita inginkan rumah sakit yang kita bangun memiliki daya tarik keindahan pemandangan alam, sehingga pasien yang masuk di rumah sakit itu langsung sehat dan tidak memikirkan penyakitnya disebabkan panorama alam yang disuguhkan oleh rumah sakit kita nantinya," katanya.
Ia mengatakan rapat tersebut masih perlu ditindaklanjuti secara detail.
"Namun kita tidak boleh hanya diam dan berpangku tangan menunggu proses yang ada, tetapi saya harapkan rumah sakit ini dapat terus berjalan memberikan pelayanan yang maksimal kepada warga," tambahnya.
Ia menyampaikan rumah sakit tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 10 hingga 20 hektare.
Rumah sakit itu, katanya, nantinya juga menjadi pelayanan kesehatan terpadu dan pelayanan umum yaitu pelayanan rumah sakit COVID-19, rehabilitasi bagi para pecandu narkoba, rumah sakit disabilitas dan pelayanan pendidikan kesehatan atau diklat bagi para tenaga kesehatan
"Jadi masyarakat kita yang sudah direhabilitasi akibat narkoba nantinya akan kita carikan lahan pekerjaan yang diintegrasikan dengan Balai Latihan Kerja (BLK). Namun hal ini masih kita akan kaji lebih mendalam," katanya.
Direktur Rumah Sakit Regional dr Indahwaty Nur Syamsi mengemukakan berdasarkan hasil rapat, telah dibahas beberapa item perencanaan pembangunan dan rehabilitasi Rumah Sakit Regional.
"Sesuai keinginan Gubernur Sulbar, Rumah Sakit Regional yang menjadi salah satu rujukan dari para pasien COVID-19 direncanakan sebagai rumah sakit khusus ibu dan anak setelah pandemi tersebut dinyatakan benar-benar berakhir," ujarnya.
Hal itu, kata dia, perlu dikaji lebih lanjut mengingat Rumah Sakit Regional memiliki nilai lebih yang merujuk pada pelayanan infeksi center yang fokus pada model rumah sakit yang telah didesain bagi pasien penderita infeksi dan sudah dilengkapi peralatan memadai seperti laboratorium dan radiologi, sedangkan pelayanan pasien ibu dan anak telah disiapkan gedung khusus di bagian utama Rumah Sakit Regional Sulbar.
"Secara teknis, kiranya gedung pelayanan infeksi center dapat didukung penuh karena berdasarkan data, terbukti banyak sekali para pasien infeksi, sehingga Rumah Sakit Regional juga bisa menjadi rujukan yang tidak ada pada rumah sakit lain, seperti rumah sakit HIV itu tidak ada di rumah sakit Polewali Mandar dan hanya ada di rumah sakit ini," katanya.
Begitu juga dengan TBC resisten, katanya, hanya ada pelayanan di Rumah Sakit Regional.
"Jadi kalau ini kita kembangkan itu akan menjadi ikon dan nilai jual lebih bagi Sulawesi Barat," kata Indahwaty.
Penegasan itu disampaikan Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar pada rapat pembahasan dana hibah program Marasa di Kantor Merah Putih Gubernur Sulbar di Mamuju, Senin.
Rapat tersebut, katanya, dalam rangka membahas perencanaan pembangunan rumah sakit jiwa dan rumah sakit COVID-19 di Kabupaten Majene melalui konsep rumah sakit yang dipadukan dengan pemandangan alam.
"Kita inginkan rumah sakit yang kita bangun memiliki daya tarik keindahan pemandangan alam, sehingga pasien yang masuk di rumah sakit itu langsung sehat dan tidak memikirkan penyakitnya disebabkan panorama alam yang disuguhkan oleh rumah sakit kita nantinya," katanya.
Ia mengatakan rapat tersebut masih perlu ditindaklanjuti secara detail.
"Namun kita tidak boleh hanya diam dan berpangku tangan menunggu proses yang ada, tetapi saya harapkan rumah sakit ini dapat terus berjalan memberikan pelayanan yang maksimal kepada warga," tambahnya.
Ia menyampaikan rumah sakit tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 10 hingga 20 hektare.
Rumah sakit itu, katanya, nantinya juga menjadi pelayanan kesehatan terpadu dan pelayanan umum yaitu pelayanan rumah sakit COVID-19, rehabilitasi bagi para pecandu narkoba, rumah sakit disabilitas dan pelayanan pendidikan kesehatan atau diklat bagi para tenaga kesehatan
"Jadi masyarakat kita yang sudah direhabilitasi akibat narkoba nantinya akan kita carikan lahan pekerjaan yang diintegrasikan dengan Balai Latihan Kerja (BLK). Namun hal ini masih kita akan kaji lebih mendalam," katanya.
Direktur Rumah Sakit Regional dr Indahwaty Nur Syamsi mengemukakan berdasarkan hasil rapat, telah dibahas beberapa item perencanaan pembangunan dan rehabilitasi Rumah Sakit Regional.
"Sesuai keinginan Gubernur Sulbar, Rumah Sakit Regional yang menjadi salah satu rujukan dari para pasien COVID-19 direncanakan sebagai rumah sakit khusus ibu dan anak setelah pandemi tersebut dinyatakan benar-benar berakhir," ujarnya.
Hal itu, kata dia, perlu dikaji lebih lanjut mengingat Rumah Sakit Regional memiliki nilai lebih yang merujuk pada pelayanan infeksi center yang fokus pada model rumah sakit yang telah didesain bagi pasien penderita infeksi dan sudah dilengkapi peralatan memadai seperti laboratorium dan radiologi, sedangkan pelayanan pasien ibu dan anak telah disiapkan gedung khusus di bagian utama Rumah Sakit Regional Sulbar.
"Secara teknis, kiranya gedung pelayanan infeksi center dapat didukung penuh karena berdasarkan data, terbukti banyak sekali para pasien infeksi, sehingga Rumah Sakit Regional juga bisa menjadi rujukan yang tidak ada pada rumah sakit lain, seperti rumah sakit HIV itu tidak ada di rumah sakit Polewali Mandar dan hanya ada di rumah sakit ini," katanya.
Begitu juga dengan TBC resisten, katanya, hanya ada pelayanan di Rumah Sakit Regional.
"Jadi kalau ini kita kembangkan itu akan menjadi ikon dan nilai jual lebih bagi Sulawesi Barat," kata Indahwaty.