Palu,  (antarasulteng.com) - Perajin kayu hitam (ebony) di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah hingga kini masih tetap produksi berbagai hasil kerajinan, meski untuk mendapatkan bahan baku semakin sulit.

"Perajin di Poso dan Palu masih tetap membuat berbagai produk kerajinan yang terbuat dari kayu langka itu," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Abubakar Almahdali di Palu, Jumat.

Tetapi, kata dia, produksi para perajin kayu hitam tidak sebanyak beberapa tahun silam, ketika bahan baku mudah diperoleh.

Sekarang ini, kata dia, para perajin kayu hitam yang masih tetap bertahan memproduksi berbagai kerajinan dari bahan baku kayu hitam semakin berkurang.

Ia tidak merinci, kecuali sejak kesulitan bahan baku, para perajin banyak yang tidak lagi berproduksi.

Namun, ada juga perajin yang mengalihkan memproduksi kerajinan, termasuk membuat mebel bukan dari kayu hitam tetapi batang kelapa atau kayu keras lainnya.

Pemprov Sulteng melalui Disperidag, kata Almahdali terus mendorong dan melakukan pembinaan kepada para perajin kayu hitam di daerah itu untuk tetap mengembangkan usaha dengan tidak lagi memfokuskan pada hasil kerajinan kayu hitam.

"Kita lagi mendorong para perajin mengembangkan usaha kerajinan dari batang kepala dan kayu keras lainnya yang memang bahan baku banyak di kabupaten dan kota di Provinsi Sulteng," katanya.

Dan ada sejumlah perajin yang sekarang ini mengembangkan usaha tersebut karena memang bahan baku kayu hitam di Sulteng semakin sulit diperoleh.

Kebanyakan perajin yang masih memproduksi hasil kerajinan mendapatkan bahan baku secara ilegal. Selain ilegal, juga tentu stok tidak banyak karena resiko cukup besar, sebab kalau sampai didapat petugas urusannya bisa merugikan diri sendiri.

Karena itu, dari pada risikonya besar lebih baik menggunakan bahan baku lain seperti batang kelapa dan kayu lainnya yang tidak ada resiko dan bahan baku tidak sulit diperoleh sebab banyak tersedia di Sulteng.

Kepala Dinas Kehutanan Sulteng Nahardi membenarkan populasi kayu hitam di daerahnya semakin menurun.

Guna meningkatkan kembali populasi kayu khas Sulawesi itu di Sulteng, Dinas kehutanan provinsi dan kabupaten kembali mulai gencar melakukan penanaman kayu hitam, khususnya di daerah-daerah yang selama ini cocok bagi pembudidayaan kayu hitam.

Seperti yang telah dilakukan di Kabupaten Donggala pada 2015 ini telah dibudidayakan tanaman kayu hitam sebanyak 50.000 pohon.

Kayu hitam Sulteng merupakan terbaik di dunia. "Itu sebabnya harganyapun mahal," katanya tanpa merinci.

Kayu hitam memang butuh waktu hingga ratusan tahun baru bisa dipanen.

Di Sulteng lokasi penyebaran kayu hitam antara lain Poso, Parigi Moutong,Morowali, Tojo Una-Una dan Donggala.  

Pewarta : Anas Masa
Editor : Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2024