Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas dapat mencegah terjadinya gelombang ke tiga COVID-19.
“Kita harus tetap antisipasi bahwa setiap ada liburan panjang, ada hari raya yang disertai dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, disertai kedisiplinan masyarakat terhadap Prokes yang rendah, biasanya akan membuat kasus di masyarakat meningkat kembali,” kata Reisa dalam diskusi virtual yang diikuti dari Jakarta, Rabu.
Reisa mengatakan masyarakat tak boleh bereuforia saat kasus COVID-19 di Indonesia melandai. Masyarakat diajak untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mempertahankan bahkan semakin menurunkan kondisi yang ada.
Menurutnya, pandemi COVID-19 masih terjadi dan virus terus bermutasi. Maka satu-satunya cara untuk mencegah menularnya varian virus baru yang bisa saja lebih berbahaya dan cepat menular dengan disiplin Prokes.
"Meskipun kasusnya sekarang sudah menurun, disiplin kita melaksanakan Prokes dan vaksinasi harus terus berjalan dengan baik. Dengan kebiasaan itu, situasi akan terus terjaga sampai pandemi bisa berakhir dan jadi budaya baru dalam pencegahan penyakit-penyakit baru,” kata Reisa.
Di samping itu, untuk mencegah masuknya varian baru, 3T (testing, tracing, dan treatment) harus dilakukan secara ketat, seiring dengan relaksasi pembukaan sejumlah fasilitas publik.
Keputusan pemerintah yang memberlakukan screening ketat seperti mesti melakukan PCR bagi pelaku perjalanan udara adalah untuk memitigasi sedini mungkin guna mencegah gelombang ketiga COVID-19 terjadi di Indonesia.
Demikian pula dengan aktivitas di ruang-ruang publik yang mesti dilakukan screening melalui PeduliLindungi. Kata Reisa, gelombang peningkatan COVID-19 pada pertengahan tahun harus menjadi pelajaran.
“Apa yang kita hadapi satu setengah tahun ini menjadi pelajaran agar tidak terjadi gelombang peningkatan seperti saat Juni lalu,” kata dia.
“Kita harus tetap antisipasi bahwa setiap ada liburan panjang, ada hari raya yang disertai dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, disertai kedisiplinan masyarakat terhadap Prokes yang rendah, biasanya akan membuat kasus di masyarakat meningkat kembali,” kata Reisa dalam diskusi virtual yang diikuti dari Jakarta, Rabu.
Reisa mengatakan masyarakat tak boleh bereuforia saat kasus COVID-19 di Indonesia melandai. Masyarakat diajak untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mempertahankan bahkan semakin menurunkan kondisi yang ada.
Menurutnya, pandemi COVID-19 masih terjadi dan virus terus bermutasi. Maka satu-satunya cara untuk mencegah menularnya varian virus baru yang bisa saja lebih berbahaya dan cepat menular dengan disiplin Prokes.
"Meskipun kasusnya sekarang sudah menurun, disiplin kita melaksanakan Prokes dan vaksinasi harus terus berjalan dengan baik. Dengan kebiasaan itu, situasi akan terus terjaga sampai pandemi bisa berakhir dan jadi budaya baru dalam pencegahan penyakit-penyakit baru,” kata Reisa.
Di samping itu, untuk mencegah masuknya varian baru, 3T (testing, tracing, dan treatment) harus dilakukan secara ketat, seiring dengan relaksasi pembukaan sejumlah fasilitas publik.
Keputusan pemerintah yang memberlakukan screening ketat seperti mesti melakukan PCR bagi pelaku perjalanan udara adalah untuk memitigasi sedini mungkin guna mencegah gelombang ketiga COVID-19 terjadi di Indonesia.
Demikian pula dengan aktivitas di ruang-ruang publik yang mesti dilakukan screening melalui PeduliLindungi. Kata Reisa, gelombang peningkatan COVID-19 pada pertengahan tahun harus menjadi pelajaran.
“Apa yang kita hadapi satu setengah tahun ini menjadi pelajaran agar tidak terjadi gelombang peningkatan seperti saat Juni lalu,” kata dia.