Palu (ANTARA) - Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah mengutamakan pendekatan pelestarian daerah aliran sungai (DAS) sebagai bentuk upaya pencegahan bencana alam banjir bandang dan longsor, yang sering menimpa wilayah di kabupaten itu.
"Iya, jadi ada tiga lapis upaya yang dilakukan dalam pelestarian DAS untuk pencegahan banjir bandang," kata Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi di Palu, Kamis.
Samuel menerangkan, dalam pelestarian DAS, lapis pertama atau langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah adalah normalisasi sungai.
Normalisasi sungai, Pemkab Sigi bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Pemerintah Provinsi Sulteng, agar sungai-sungai yang mengalami pendangkalan dapat dinormalkan kembali alurnya.
Langkah kedua, sebut dia, pembuatan talut atau dinding untuk mencegah terjadinya pengikisan air terhadap daratan. Selanjutnya, penanaman bambu di sepanjang sungai.
"Penanaman bambu ini merupakan program yang ditindaklanjuti hingga ke tingkat desa, jadi setiap desa harus menanam bambu di sepanjang sungai untuk mencegah banjir bandang," katanya.
Selain itu, Pemkab Sigi juga bekerja sama dengan beberapa mitra lembaga non-pemerintah seperti Yayasan Mercy Corps Indonesia.
"Atas nama pemerintah daerah kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, dalam pengurangan risiko bencana," ujar Samuel.
Ia menguraikan, berkat kerja sama dengan Mercy Corps, beberapa desa dampingan lembaga itu di Kecamatan Dolo Selatan telah memiliki sistem peringatan dini, dan telah terbentuk forum pengurangan risiko bencana.
Mercy Corps Indonesia melalui program pengurangan risiko bencana melalui pengembangan ekonomi masing-masing di Kecamatan Kulawi sebanyak empat desa dan Kecamatan Dolo Selatan enam desa.
Program Manager Pengelolaan Risiko Bencana Melalui Pengembangan Ekonomi (M-RED) Mercy Coprs Indonesia Sulteng, Dewi Hanifah mengemukakan sepuluh desa pendampingan tersebut, sebelumnya telah melewati proses kajian risiko bencana di antaranya meliputi kerentanan terhadap bencana, serta dukungan untuk mitigasi.
Alat berat mengeruk material lumpur dan kayu yang menghambat air mengalir, di Desa Rogo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi. (ANTARA/Muhammad Hajiji)
"Iya, jadi ada tiga lapis upaya yang dilakukan dalam pelestarian DAS untuk pencegahan banjir bandang," kata Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi di Palu, Kamis.
Samuel menerangkan, dalam pelestarian DAS, lapis pertama atau langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah adalah normalisasi sungai.
Normalisasi sungai, Pemkab Sigi bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Pemerintah Provinsi Sulteng, agar sungai-sungai yang mengalami pendangkalan dapat dinormalkan kembali alurnya.
Langkah kedua, sebut dia, pembuatan talut atau dinding untuk mencegah terjadinya pengikisan air terhadap daratan. Selanjutnya, penanaman bambu di sepanjang sungai.
"Penanaman bambu ini merupakan program yang ditindaklanjuti hingga ke tingkat desa, jadi setiap desa harus menanam bambu di sepanjang sungai untuk mencegah banjir bandang," katanya.
Selain itu, Pemkab Sigi juga bekerja sama dengan beberapa mitra lembaga non-pemerintah seperti Yayasan Mercy Corps Indonesia.
"Atas nama pemerintah daerah kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, dalam pengurangan risiko bencana," ujar Samuel.
Ia menguraikan, berkat kerja sama dengan Mercy Corps, beberapa desa dampingan lembaga itu di Kecamatan Dolo Selatan telah memiliki sistem peringatan dini, dan telah terbentuk forum pengurangan risiko bencana.
Mercy Corps Indonesia melalui program pengurangan risiko bencana melalui pengembangan ekonomi masing-masing di Kecamatan Kulawi sebanyak empat desa dan Kecamatan Dolo Selatan enam desa.
Program Manager Pengelolaan Risiko Bencana Melalui Pengembangan Ekonomi (M-RED) Mercy Coprs Indonesia Sulteng, Dewi Hanifah mengemukakan sepuluh desa pendampingan tersebut, sebelumnya telah melewati proses kajian risiko bencana di antaranya meliputi kerentanan terhadap bencana, serta dukungan untuk mitigasi.