Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Uni Eropa dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang bahaya dan upaya mencegah terorisme serta radikalisme melalui seminar Indo-Pacific.
"Seminar ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik melalui deteksi sinyal-sinyal terorisme dan berbagi informasi," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Seminar regional Indo-Pacific bertajuk "Preventing Terrorist Attacks and Fighting Radicalization Through Better Detection of Weak Signals and Information Sharing" tersebut berlangsung selama dua hari yakni 11 hingga 12 Mei 2022 di Jakarta.
Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar mengatakan seminar tersebut memiliki peran penting dalam memperkuat upaya penanggulangan terorisme.
"Seminar ini dapat meningkatkan kerja sama dalam penanggulangan terorisme yang selama ini telah dibangun Indonesia dengan Uni Eropa," kata Boy.
Tema yang diangkat, ujar dia, relevan untuk dibahas mengingat ancaman terorisme bergerak secara dinamis dengan memanfaatkan teknologi dan era disrupsi.
Seminar tersebut juga membahas pemutakhiran data dan informasi serta tantangan dalam menghadapi era disrupsi dan teknologi media digital (media sosial).
"Beberapa hal dibahas dan ini sangat relevan dalam memperluas pengetahuan dan pemahaman kita dalam penanggulangan terorisme," jelas dia.
Sementara itu, perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket mengatakan Uni Eropa telah menempatkan kejahatan terorisme sebagai prioritas utama.
Oleh karena itu, Uni Eropa berkomitmen dalam mengembangkan kerja sama yang baik dan efektif dalam menanggulangi ancaman terorisme termasuk di Indonesia.
"Kerja sama negara lintas benua sangat penting. Ada topik terkait terorisme yang patut dibahas bersama misalnya teknologi dan diseminasi konten terorisme di dunia online," jelasnya.
Senada dengan itu, Koordinator Uni Eropa Bidang Penanggulangan Terorisme Ilkka Salmi mengatakan setiap negara harus bisa meminimalisir pemanfaatan teknologi oleh kelompok terorisme, dan meningkatkan kemampuan penegak hukum dalam menanggulangi terorisme menggunakan kemajuan teknologi.
Negara, ujarnya, harus mengurangi pemanfaatan teknologi oleh kelompok terorisme. Pihak keamanan harus paham dengan teknologi baru guna melawan ancaman terorisme termasuk di bidang ancaman siber dan maritim.
"Seminar ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik melalui deteksi sinyal-sinyal terorisme dan berbagi informasi," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Seminar regional Indo-Pacific bertajuk "Preventing Terrorist Attacks and Fighting Radicalization Through Better Detection of Weak Signals and Information Sharing" tersebut berlangsung selama dua hari yakni 11 hingga 12 Mei 2022 di Jakarta.
Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar mengatakan seminar tersebut memiliki peran penting dalam memperkuat upaya penanggulangan terorisme.
"Seminar ini dapat meningkatkan kerja sama dalam penanggulangan terorisme yang selama ini telah dibangun Indonesia dengan Uni Eropa," kata Boy.
Tema yang diangkat, ujar dia, relevan untuk dibahas mengingat ancaman terorisme bergerak secara dinamis dengan memanfaatkan teknologi dan era disrupsi.
Seminar tersebut juga membahas pemutakhiran data dan informasi serta tantangan dalam menghadapi era disrupsi dan teknologi media digital (media sosial).
"Beberapa hal dibahas dan ini sangat relevan dalam memperluas pengetahuan dan pemahaman kita dalam penanggulangan terorisme," jelas dia.
Sementara itu, perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket mengatakan Uni Eropa telah menempatkan kejahatan terorisme sebagai prioritas utama.
Oleh karena itu, Uni Eropa berkomitmen dalam mengembangkan kerja sama yang baik dan efektif dalam menanggulangi ancaman terorisme termasuk di Indonesia.
"Kerja sama negara lintas benua sangat penting. Ada topik terkait terorisme yang patut dibahas bersama misalnya teknologi dan diseminasi konten terorisme di dunia online," jelasnya.
Senada dengan itu, Koordinator Uni Eropa Bidang Penanggulangan Terorisme Ilkka Salmi mengatakan setiap negara harus bisa meminimalisir pemanfaatan teknologi oleh kelompok terorisme, dan meningkatkan kemampuan penegak hukum dalam menanggulangi terorisme menggunakan kemajuan teknologi.
Negara, ujarnya, harus mengurangi pemanfaatan teknologi oleh kelompok terorisme. Pihak keamanan harus paham dengan teknologi baru guna melawan ancaman terorisme termasuk di bidang ancaman siber dan maritim.