Poso (antarasulteng.com) – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro (PLTM) di sungai Tomasa, antara Desa Kuku dan Desa Panjoka, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso menjadi berkah bagi masyarakat setempat karena menyerap tenaga kerja dari warga desa setempat.
PLTM yang dibangun PT Arkora Indonesia dengan kapasitas 10 megawatt itu sudah seminggu berkantor di Desa Kuku. Kini mulai mengerjakan jalan menuju ke lokasi pembangunan PLTMH sekita lima kilometer dari Desa Kuku. Pekerjaan itu telah menyerap puluhan tenaga kerja buruh harian bahkan diperkirakan mencapai 100 orang.
Mereka akan dijadikan tenaga kerja dengan sistem kontrak. Sejumlah kios dan warung kopi juga berangsur mulai terbangun dan laris.
Manager PT Arkora Indonesia, Ruli mengatakan penyerapan tenaga kerja akan terus berlangsung hingga pekerjaan selesai sesuai rencana dua tahun.
“Sementara ini untuk penerimaan karyawan masih terbatas, namun ketika sudah berdiri kantor resmi akan banyak tenaga kerja yang kami dibutuhkan,” katanya di temui di Desa Kuku, Selasa (19/4/2016).
Sejumlah kios dan warung kopi juga berangsur mulai terbangun dan laris.
Ruli katakan, Arkora telah mensurvei lokasi pembangunan di sejumlah tempat di Indonesia, namun hasil survei mengatakan di Desa Kuku yang sangat tepat.
Selain menghasilkan pembangkit untuk penerangan dengan kapasitas 10 megawatt, masyarakat setempat juga mendapat sumber pendapatan baru dari pekerjaan itu.
Ruli mengatakan PLTMH itu berkapasita 10 megawatt akan mengaliri listrik di beberapa kabupaten khususnya di Kabupaten Poso.
“Dengan adanya bantuan PLTM ini, listrik kemungkinan besar tidak akan padam lagi seperti saat ini. Keuntungan lain Kabupaten Poso khusunya Desa Kuku tidak menutup kemungkinan dengan arus listrik yang baik akan mengundang investor indutri akan mendirikan proyek di Kuku atau Poso,” katanya.
Bagian Admintrasi PT Arkora Indonesia, Erwin, mengatakan penyerapan tenaga melalui kerja sama dengan pemerintah desa, diperkirakan mencapai ratusan orang.
Hingga saat ini warga Desa Kuku dan desa tetangga lainya mulai dipekerjakan dan sejumlah formulir pendaftaran juga sudah masuk ke perusahaan itu.
Desa Kuku memiliki lahan hampir 100 persen bercampur batu karang, sehingga menyulitkan petani membuka lahan kebun. Sementara mayoritas penduduk di desa itu hidup dari bertani, pencari rotan, pencari madu dan berharap pada buah durian yang panen setahun sekali. (fery/R007)