Parigi, Sulteng (ANTARA) -
"Kebutuhan dasar logistik, air bersih perlengkapan bayi, obat-obatan harus diutamakan dalam kondisi darurat saat ini," kata Suharyanto saat rapat koordinasi penanggulangan banjir bandang Desa Torue, di Parigi Moutong, Minggu.
Ia mengemukakan pada situasi darurat, kebutuhan warga sangat terbatas dan serba kekurangan. Oleh karena itu, peran pemerintah melakukan intervensi sangat dibutuhkan memberikan jaminan perlindungan kemanusiaan secara kolektif yang dibantu relawan.
Menurutnya, peristiwa ini menandakan bahwa Parigi Moutong salah satu daerah rawan bencana, sebab dilihat dari histori peristiwa, daerah ini pernah dilanda tsunami pada 1938.
"Tinggal di daerah rawan bencana harus dikuatkan dengan mitigasi yang baik. Banjir bandang yang melanda daerah ini pada Kamis (28/7) malam, kami di Jakarta terus memantau perkembangannya," ujar Suharyanto.
Pada kesempatan itu, Suharyanto mengapresiasi kesigapan pemerintah dan relawan yang sudah melakukan tugas-tugas kemanusiaan pada hari pertama banjir, termasuk mendirikan posko tanggap darurat di lokasi bencana.
Ia menuturkan masa tanggap darurat di perpanjang atau tidak tergantung situasi di lapangan, tetapi paling tidak langkah awal dilakukan oleh semua pihak dan terlibat memastikan kebutuhan warga terdampak terpenuhi, termasuk melakukan pencarian terhadap korban hilang juga menjadi bagian prioritas.
Ia mengimbau penanggulangan bencana tidak berhenti di status tanggap darurat berlangsung selama dua pekan, masih banyak proses yang harus dilakukan setelahnya. Oleh karena itu, kekuatan data menjadi bagian penting dalam melakukan intervensi.
Bagi warga yang masih menumpang di rumah kerabat karena kehilangan tempat tinggal, segera dilaporkan untuk diintervensi, begitu juga jika kebutuhan hunian sementara (huntara) mendesak dibangun, pihaknya mendukung.
"Untuk tahap awal bisa menggunakan dana tak terduga. Setelah itu masuk pra-rehabilitasi atau rekonstruksi. Sebab, membangun huntara butuh waktu mengurus administrasi keuangan, sehingga penggunaan dana tak terduga dapat menjadi alternatif," tutur Suharyanto.
Setelah rapat koordinasi, Kepala BNPB beserta rombongan dijadwalkan meninjau lokasi banjir bandang di Torue sekaligus menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Prioritaskan kebutuhan dasar korban banjir di Parimo
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menginstruksikan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar korban banjir bandang di Desa Torue dan sekitarnya pada masa tanggap darurat.
"Kebutuhan dasar logistik, air bersih perlengkapan bayi, obat-obatan harus diutamakan dalam kondisi darurat saat ini," kata Suharyanto saat rapat koordinasi penanggulangan banjir bandang Desa Torue, di Parigi Moutong, Minggu.
Ia mengemukakan pada situasi darurat, kebutuhan warga sangat terbatas dan serba kekurangan. Oleh karena itu, peran pemerintah melakukan intervensi sangat dibutuhkan memberikan jaminan perlindungan kemanusiaan secara kolektif yang dibantu relawan.
Menurutnya, peristiwa ini menandakan bahwa Parigi Moutong salah satu daerah rawan bencana, sebab dilihat dari histori peristiwa, daerah ini pernah dilanda tsunami pada 1938.
"Tinggal di daerah rawan bencana harus dikuatkan dengan mitigasi yang baik. Banjir bandang yang melanda daerah ini pada Kamis (28/7) malam, kami di Jakarta terus memantau perkembangannya," ujar Suharyanto.
Pada kesempatan itu, Suharyanto mengapresiasi kesigapan pemerintah dan relawan yang sudah melakukan tugas-tugas kemanusiaan pada hari pertama banjir, termasuk mendirikan posko tanggap darurat di lokasi bencana.
Ia menuturkan masa tanggap darurat di perpanjang atau tidak tergantung situasi di lapangan, tetapi paling tidak langkah awal dilakukan oleh semua pihak dan terlibat memastikan kebutuhan warga terdampak terpenuhi, termasuk melakukan pencarian terhadap korban hilang juga menjadi bagian prioritas.
Ia mengimbau penanggulangan bencana tidak berhenti di status tanggap darurat berlangsung selama dua pekan, masih banyak proses yang harus dilakukan setelahnya. Oleh karena itu, kekuatan data menjadi bagian penting dalam melakukan intervensi.
Bagi warga yang masih menumpang di rumah kerabat karena kehilangan tempat tinggal, segera dilaporkan untuk diintervensi, begitu juga jika kebutuhan hunian sementara (huntara) mendesak dibangun, pihaknya mendukung.
"Untuk tahap awal bisa menggunakan dana tak terduga. Setelah itu masuk pra-rehabilitasi atau rekonstruksi. Sebab, membangun huntara butuh waktu mengurus administrasi keuangan, sehingga penggunaan dana tak terduga dapat menjadi alternatif," tutur Suharyanto.
Setelah rapat koordinasi, Kepala BNPB beserta rombongan dijadwalkan meninjau lokasi banjir bandang di Torue sekaligus menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Prioritaskan kebutuhan dasar korban banjir di Parimo