Poso (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menggencarkan gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan di daerah itu.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng Dwiyanto Cahyo Sumirat mengatakan gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan tersebut bertujuan menurunkan inflasi Sulteng yang meningkat di atas rata-rata inflasi nasional.
“Mengingat penyebab utama inflasi Sulteng, salah satunya adalah konsumsi ikan air laut dan cabai non olahan yang tinggi. Jika pasokan ikan air laut dan cabai non olahan kurang sementara permintaan banyak maka harganya naik. Itulah yang menyebabkan inflasi di Sulteng,” katanya di Poso, Kamis.
Ia menyatakan jika masyarakat beralih mengonsumsi ikan air tawar saat pasokan ikan air laut kurang dan meningkatkan konsumsi cabai olahan saat ketersediaan cabai non olahan terbatas maka inflasi Sulteng dapat ditekan hingga berada di bawah rata-rata inflasi nasional.
“Kandungan gizi seperti sumber protein dalam ikan air tawar tidak kalah banyak dari ikan air laut. Ikan air tawar yang dapat dikonsumsi dan banyak ditemukan di Sulteng seperti ikan mujair, nila, dan mas Cabai non olahan yang dapat dibuat dan dikonsumsi seperti cabai bubuk yang bisa disimpan dalam kurun waktu lama,” katanya.
Sementara itu Ketua PKK Provinsi Sulteng Vera Rompas Mastura mengatakan mengerahkan seluruh anggota PKK hingga di tingkat desa untuk menggencarkan gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan.
Ia yakin lewat PKK gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan dapat terimplementasi secara merata di seluruh lapisan masyarakat dengan cepat sehingga inflasi Sulteng dapat segera turun.
“Kalau penggunaan cabai olahan dan konsumsi ikan air tawar dapat dimaksimalkan maka inflasi dapat ditekan. PKK memiliki anggota hingga di tingkat kelurahan dan desa. Mereka kita kerahkan untuk menggencarkan gerakan tersebut ,” kata Vera.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga September 2022 tingkat inflasi gabungan di Sulteng mencapai 6,73 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau berada diatas rata-rata nasional sebesar 5,95 (yoy).
Angka tersebut mencerminkan tingginya kenaikan harga secara tahunan yang mayoritas didorong oleh komoditas langganan inflasi seperti cabai non olahan dan ikan air laut seperti ikan cakalang.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng Dwiyanto Cahyo Sumirat mengatakan gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan tersebut bertujuan menurunkan inflasi Sulteng yang meningkat di atas rata-rata inflasi nasional.
“Mengingat penyebab utama inflasi Sulteng, salah satunya adalah konsumsi ikan air laut dan cabai non olahan yang tinggi. Jika pasokan ikan air laut dan cabai non olahan kurang sementara permintaan banyak maka harganya naik. Itulah yang menyebabkan inflasi di Sulteng,” katanya di Poso, Kamis.
Ia menyatakan jika masyarakat beralih mengonsumsi ikan air tawar saat pasokan ikan air laut kurang dan meningkatkan konsumsi cabai olahan saat ketersediaan cabai non olahan terbatas maka inflasi Sulteng dapat ditekan hingga berada di bawah rata-rata inflasi nasional.
“Kandungan gizi seperti sumber protein dalam ikan air tawar tidak kalah banyak dari ikan air laut. Ikan air tawar yang dapat dikonsumsi dan banyak ditemukan di Sulteng seperti ikan mujair, nila, dan mas Cabai non olahan yang dapat dibuat dan dikonsumsi seperti cabai bubuk yang bisa disimpan dalam kurun waktu lama,” katanya.
Sementara itu Ketua PKK Provinsi Sulteng Vera Rompas Mastura mengatakan mengerahkan seluruh anggota PKK hingga di tingkat desa untuk menggencarkan gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan.
Ia yakin lewat PKK gerakan makan ikan air tawar dan cabai olahan dapat terimplementasi secara merata di seluruh lapisan masyarakat dengan cepat sehingga inflasi Sulteng dapat segera turun.
“Kalau penggunaan cabai olahan dan konsumsi ikan air tawar dapat dimaksimalkan maka inflasi dapat ditekan. PKK memiliki anggota hingga di tingkat kelurahan dan desa. Mereka kita kerahkan untuk menggencarkan gerakan tersebut ,” kata Vera.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga September 2022 tingkat inflasi gabungan di Sulteng mencapai 6,73 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau berada diatas rata-rata nasional sebesar 5,95 (yoy).
Angka tersebut mencerminkan tingginya kenaikan harga secara tahunan yang mayoritas didorong oleh komoditas langganan inflasi seperti cabai non olahan dan ikan air laut seperti ikan cakalang.