Jakarta (ANTARA) - Berkarung-karung sampah anorganik berbagai jenis menumpuk setinggi dada di belakang rumah milik Sadiyah (46) yang berbatasan langsung dengan Kali Cakung di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Plang besi berwarna putih bertuliskan "Bank Sampah Suka Senang" berdiri kokoh tak jauh dari tumpukan karung-karung sampah yang tak mudah terurai tersebut.

Berbekal timbangan gantung digital dan pena, Sadiyah mendata setiap nasabah bank sampah yang menyetor residu untuk ditukar menjadi pundi-pundi Rupiah.

"Banyak bank sampah yang sekarang berdiri dikelola oleh RW, Dasawisma, atau PKK, jadi ketuanya adalah mereka yang berkecimpung di masyarakat. Tetapi, saya bukan, saya hanyalah orang biasa yang prihatin dengan kondisi lingkungan," kata Sadiyah, di sela aktivitasnya melayani nasabah Bank Sampah Suka Senang di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, pada pertengahan Februari 2023.

Ketika awal berdiri pada November 2019, Bank Sampah Suka Senang sudah memiliki nasabah 30 orang. Bank sampah itu hanya dikelola oleh keluarga Sadiyah yang beranggotakan empat orang, yakni dirinya yang bertugas memilah sampah, anaknya bagian menimbang sampah, bapaknya bagian mengikat sampah, dan suaminya bertugas memindahkan sampah tersebut.

Saat ini, jumlah nasabah Bank Sampah Suka Senang telah tumbuh menjadi 171 orang per Januari 2023. Volume sampah yang bisa dikelola juga meningkat seiring pertambahan jumlah nasabah dari sebelumnya hanya 72 kilogram pada Agustus 2021, melesat menjadi 805 kilogram pada November 2022.

Pertumbuhan jumlah nasabah dan volume sampah anorganik yang dikelola oleh Bank Sampah Suka Senang berkat sosialisasi yang dilakukan dari pintu ke pintu.

Jumlah sampah yang disetorkan oleh para nasabah dicatat ke dalam buku khusus. Mereka dapat mengambil uang dari hasil penyetoran sampah satu kali setahun, yakni bulan puasa.

Sri Mulyani (62), kini sudah mempunyai tabungan senilai Rp512.000 hanya dengan menyetor sampah selama hampir setahun. Ia mengaku akan memakai uang tersebut untuk membeli emas.

"Saya rencananya mau beli emas setengah gram. Tahun depan, kumpulkan lagi (emas hasil bank sampah)," ujarnya kepada Antara.

Kini berbekal semangat untuk mengurangi sampah anorganik, Sadiyah bersama keluarganya dan warga Kelurahan Semper Barat terus bergerak bergotong royong mengumpulkan, memilah, dan mengelola sampah-sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati.


Manfaat lingkungan

Kehadiran Bank Sampah Suka Senang membawa manfaat bagi lingkungan, khususnya bagi warga di Kelurahan Semper Barat.

Penduduk setempat suka meminum produk kemasan. Sampah minuman dibuang sembarangan yang lantas memenuhi got-got perlintasan air hujan.

Lokasi yang berada pesisir di dekat Kali Cakung membuat kawasan itu rawan banjir. Ketika banjir terjadi, bukan hanya air yang memenuhi rumah warga, melainkan juga sampah-sampah anorganik.

Setelah Bank Sampah Suka Senang berdiri, kian sedikit sampah yang mengambang di Kali Cakung, begitu pula lingkungan sekitar juga terpantau bersih. Seorang nasabah bank sampah memperlihatkan dua karung sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah Suka Senang di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (16/2/2023). (ANTARA/Sugiharto purnama)

Cerita serupa tentang pengelolaan sampah yang bermanfaat untuk lingkungan juga bisa dilihat pada Bank Sampah Jalak Green Collection (JGC) yang berlokasi di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Bank sampah yang telah berumur hampir satu dekade tersebut mampu memangkas rantai pengiriman sampah dari warga ke tempat pembuangan akhir atau TPA, sebab sampah yang dihasilkan oleh warga setempat langsung dibuat menjadi berbagai produk kerajinan, hingga pupuk kompos.

Baca juga: Palu gandeng sekolah sukseskan program kebersihan kota

Ketua Bank Sampah JGC Lasminah mengatakan pihaknya menjalankan konsep pengelolaan sampah lingkup rukun warga, dengan mekanisme penjemputan dan pengangkatan sampah terjadwal untuk sampah organik, residu, dan limbah B3.

Jumlah rumah yang sudah melakukan pemilahan sampah tercatat ada 50 unit pada Januari 2022. Kemudian, angka itu bertambah menjadi 342 rumah pada Januari 2023.

Bank Sampah JGC menampung sekitar 50 sampai 60 kilogram sampah organik rumah tangga dalam setiap pekan. Sampah organik itu dimasukkan ke dalam tong komposter untuk diubah menjadi pupuk kompos yang digunakan untuk menyuburkan tanaman di Kantor RW dan lingkungan sekitar.

Pengelola Bank Sampah  JGC sudah membagi tong komposter ke setiap RT sehingga warga bisa mandiri mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos.

Kini bank sampah adalah bukti nyata gerakan pengelolaan sampah dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (3R) yang mengubah perilaku dan cara pandang masyarakat tentang menangani masalah sampah di lingkungan mereka.

Baca juga: Pemkot Palu ajak Dharma Wanita kampanye pembatasan penggunaan plastik

Manfaat ekonomi

Puluhan ibu yang mengenakan kerudung seragam berwarna merah duduk membentuk lingkaran di Balai RW 02, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Mereka adalah pengurus sekaligus nasabah Bank Sampah Cucakrowo yang berkumpul menggelar pertemuan rutin Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak (ASKA). Dalam pertemuan dua pekan sekali tersebut, mereka membeli saham dengan nominal Rp25.000 per lembar.

Saham merupakan istilah yang mereka pakai saat menyetorkan uang ke koperasi itu. Minimal pembelian saham adalah satu lembar atau Rp25.000 dan maksimal lima lembar atau Rp125.000 dalam setiap pertemuan.

Baca juga: Pemkot Palu kelola sampah di TPA terapkan teknologi pemadatan sampah

Apabila ada yang membeli lima saham, maka dia dapat apresiasi tepuk tangan dari para anggota ASKA.
Ketua Bank Sampah Cucakrowo Dedeh Setiawati (43) mencatat saat ini ASKA telah memberikan manfaat ekonomi kepada warga sekitar, khususnya nasabah Bank Sampah Cucakrowo. Mereka bisa terbebas dari jerat pinjaman online sebab ASKA memberikan bunga rendah hanya 1 persen kepada para peminjamnya.

Para nasabah yang meminjam uang dari ASKA biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terkhusus pendidikan anak mereka, seperti membayar sumbangan pembinaan pendidikan atau SPP, membeli seragam, buku, dan sebagainya.

Pada Mei 2022, jumlah rata-rata tabungan setiap anggota ASKA sebesar Rp932 ribu. Kemudian, angka itu meningkat menjadi rata-rata Rp3,7 juta per anggota pada November 2022.

Total uang tabungan yang disimpan oleh Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak saat ini telah mencapai lebih dari Rp70 juta hanya dalam waktu sekitar 11 bulan.

Selain memberikan manfaat secara langsung dari penyetoran sampah anorganik ke bank sampah, nasabah juga mendapatkan keuntungan lain berupa tabungan dan kemudahan dalam meminjam.

Melalui beragam manfaat tersebut, bank sampah tidak lagi hanya sekedar wadah untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah melainkan kini sudah menjadi tempat untuk bersua membangun kolaborasi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, serta memperkuat fundamental ekonomi rakyat.
 

Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2024