Jakarta (ANTARA) - Pendiri sekaligus pemilik maskapai penerbangan Susi Air, Susi Pudjiastuti, mengklaim Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan, aman untuk dilakukan kegiatan penerbangan oleh maskapai-nya.
Hal tersebut disampaikan-nya merespons kasus pilot Susi Air Philip Mark Merthens yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) sesaat setelah mendarat di Lapangan Terbang Paro, Nduga.
"Zona merah yang menentukan itu adalah pemerintah, dan biasanya diinformasikan ke kami. Jadi authority daripada keamanan penerbangan itu pemerintah, dan kami menganggap Paro dari dulu karena ada rute perintis ya aman," kata Susi saat konferensi pers di Jakarta Timur, Rabu.
Mantan menteri Kelautan dan Perikanan itu menyebut tidak ada larangan terbang yang diterima maskapai-nya sebelum pesawat Susi Air dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya di Lapangan Terbang Paro, Nduga, pada 7 Februari lalu.
"Selama ini tidak ada alert yang under, istilahnya diam-diam saja, alert merah tidak ada," ujarnya.
Susi menyebut lapangan terbang Paro merupakan bandara perintis yang telah ditentukan Pemerintah. Ia mengatakan Susi Air mendapat kontrak perintis dari pemerintah sejak tahun 2012 untuk melayani rute perintis di wilayah Papua karena maskapai pesawat yang ada sebelumnya tidak lagi beroperasi.
"Jadi semua yang terbang adalah biasanya rute perintis dan rute yang aman. Jadi kalau Paro itu salah satu rute perintis dan kita terbang ke sana bertahun-tahun menerbangi rute perintis," ungkapnya.
Dia menyebut bahwa Susi Air pun memberikan layanan penerbangan rute perintis di Papua dengan memperhatikan keamanan yakni mencermati Notice to Airmen (NOTAM) yang dikeluarkan Pemerintah.
"Baik medan dan keamanan kita biasanya tak terbang ke tempat yang memang sudah ada indikasi, rumor, ketentuan, ada NOTAM resmi dari pemerintah," ucapnya.
Ia pun menyebut pilot yang bertugas melayani rute perintis di Papua memiliki kompetensi mumpuni untuk menerbangkan pesawat di medan pegunungan.
"Jadi biasanya yang Papua single pilot. Jadi (penerbangan jenis) porter itu yang sudah sangat qualified," imbuhnya.
Sebelumnya, Senin (27/2), Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa hingga kini TNI-Polri terus berupaya membebaskan pilot Susi Air dari tangan KKB pimpinan Egianus Kogoya.
KKB bersama sandera-nya selalu berpindah-pindah tempat sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui pasti posisinya, kata Mayjen TNI Saleh kepada ANTARA di Wamena.
"Mudah-mudahan pilot Philip Mark Merthens segera dapat dibebaskan dengan keadaan selamat," harap Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Saleh.
Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol. Fakhiri menyatakan, KKB pimpinan Egianus Kogoya meminta senjata api dan amunisi untuk dibarter atau ditukar dengan pilot Susi Air yang masih disandera.
Pilot Philip yang membawa pesawat Pilatus milik Susi Air disandera KKB sejak Selasa (7/2) setelah membakar pesawat tersebut di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga.
Hal tersebut disampaikan-nya merespons kasus pilot Susi Air Philip Mark Merthens yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) sesaat setelah mendarat di Lapangan Terbang Paro, Nduga.
"Zona merah yang menentukan itu adalah pemerintah, dan biasanya diinformasikan ke kami. Jadi authority daripada keamanan penerbangan itu pemerintah, dan kami menganggap Paro dari dulu karena ada rute perintis ya aman," kata Susi saat konferensi pers di Jakarta Timur, Rabu.
Mantan menteri Kelautan dan Perikanan itu menyebut tidak ada larangan terbang yang diterima maskapai-nya sebelum pesawat Susi Air dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya di Lapangan Terbang Paro, Nduga, pada 7 Februari lalu.
"Selama ini tidak ada alert yang under, istilahnya diam-diam saja, alert merah tidak ada," ujarnya.
Susi menyebut lapangan terbang Paro merupakan bandara perintis yang telah ditentukan Pemerintah. Ia mengatakan Susi Air mendapat kontrak perintis dari pemerintah sejak tahun 2012 untuk melayani rute perintis di wilayah Papua karena maskapai pesawat yang ada sebelumnya tidak lagi beroperasi.
"Jadi semua yang terbang adalah biasanya rute perintis dan rute yang aman. Jadi kalau Paro itu salah satu rute perintis dan kita terbang ke sana bertahun-tahun menerbangi rute perintis," ungkapnya.
Dia menyebut bahwa Susi Air pun memberikan layanan penerbangan rute perintis di Papua dengan memperhatikan keamanan yakni mencermati Notice to Airmen (NOTAM) yang dikeluarkan Pemerintah.
"Baik medan dan keamanan kita biasanya tak terbang ke tempat yang memang sudah ada indikasi, rumor, ketentuan, ada NOTAM resmi dari pemerintah," ucapnya.
Ia pun menyebut pilot yang bertugas melayani rute perintis di Papua memiliki kompetensi mumpuni untuk menerbangkan pesawat di medan pegunungan.
"Jadi biasanya yang Papua single pilot. Jadi (penerbangan jenis) porter itu yang sudah sangat qualified," imbuhnya.
Sebelumnya, Senin (27/2), Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa hingga kini TNI-Polri terus berupaya membebaskan pilot Susi Air dari tangan KKB pimpinan Egianus Kogoya.
KKB bersama sandera-nya selalu berpindah-pindah tempat sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui pasti posisinya, kata Mayjen TNI Saleh kepada ANTARA di Wamena.
"Mudah-mudahan pilot Philip Mark Merthens segera dapat dibebaskan dengan keadaan selamat," harap Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Saleh.
Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol. Fakhiri menyatakan, KKB pimpinan Egianus Kogoya meminta senjata api dan amunisi untuk dibarter atau ditukar dengan pilot Susi Air yang masih disandera.
Pilot Philip yang membawa pesawat Pilatus milik Susi Air disandera KKB sejak Selasa (7/2) setelah membakar pesawat tersebut di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga.