Baturaja, Sumsel (ANTARA) - Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia (JBI) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan mengkampanyekan gerakan menanam pohon kepada masyarakat untuk melestarikan lingkungan agar tetap hijau.
"Selain menghijaukan bumi, dengan menanam pohon juga dapat meminimalisir potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor," kata pendiri JBI OKU, Hendra Setyawan di Baturaja, Ahad.
Hendra mengaitkan bencana banjir bandang yang melanda tiga kabupaten di Sumsel meliputi Kabupaten OKU Selatan, Lahat dan Muaraenim pada Kamis (9/3) disebabkan karena lahan kritis akibat perambahan hutan secara liar oleh oknum masyarakat hingga menyebabkan catchment are atau daerah tangkapan air di wilayah itu banyak yang rusak.
Saat ini, kata dia, dari total luas kawasan hutan di Provinsi Sumsel seluas 3,46 juta hektare (ha), sekitar 700 ribu ha di antaranya termasuk daerah tangkapan air kondisinya sudah kritis sehingga rawan terjadi bencana alam.
Dia menjelaskan, Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber air di suatu daerah.
Sementara, daerah tangkapan air di Sumsel termasuk di tiga kabupaten tersebut khususnya di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak yang telah rusak akibat perambahan hutan secara liar hingga menimbulkan bencana banjir.
"Secara teknis bencana banjir yang merendam ratusan rumah penduduk beberapa hari lalu salah satu ciri telah rusaknya DAS akibat perambahan hutan liar. Jadi bukan masalah sampah saja," katanya.
Oleh sebab itu, untuk melestarikan alam sekitar, JBI mengampanyekan gerakan menanam pohon kepada masyarakat di Sumatera Selatan agar Bumi Sriwijaya tetap hijau dan lestari.
Pihaknya pun mendorong pemerintah daerah melalui dinas terkait di tiga kabupaten tersebut untuk melaksanakan gerakan menanam pohon di lahan kritis dan sepanjang DAS wilayah masing-masing.
"Gerakan menanam pohon ini sudah kami lakukan bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan JBI di beberapa kabupaten di Sumsel setiap tahun melalui gerakan menanam 1 miliar pohon. Seperti di Kabupaten Lahat dan Pagaralam sudah sebanyak 200 ribu bibit pohon yang kami tanam di lahan seluas 500 Ha sejak 2019 lalu," demikian Hendra Setyawan.
"Selain menghijaukan bumi, dengan menanam pohon juga dapat meminimalisir potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor," kata pendiri JBI OKU, Hendra Setyawan di Baturaja, Ahad.
Hendra mengaitkan bencana banjir bandang yang melanda tiga kabupaten di Sumsel meliputi Kabupaten OKU Selatan, Lahat dan Muaraenim pada Kamis (9/3) disebabkan karena lahan kritis akibat perambahan hutan secara liar oleh oknum masyarakat hingga menyebabkan catchment are atau daerah tangkapan air di wilayah itu banyak yang rusak.
Saat ini, kata dia, dari total luas kawasan hutan di Provinsi Sumsel seluas 3,46 juta hektare (ha), sekitar 700 ribu ha di antaranya termasuk daerah tangkapan air kondisinya sudah kritis sehingga rawan terjadi bencana alam.
Dia menjelaskan, Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber air di suatu daerah.
Sementara, daerah tangkapan air di Sumsel termasuk di tiga kabupaten tersebut khususnya di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak yang telah rusak akibat perambahan hutan secara liar hingga menimbulkan bencana banjir.
"Secara teknis bencana banjir yang merendam ratusan rumah penduduk beberapa hari lalu salah satu ciri telah rusaknya DAS akibat perambahan hutan liar. Jadi bukan masalah sampah saja," katanya.
Oleh sebab itu, untuk melestarikan alam sekitar, JBI mengampanyekan gerakan menanam pohon kepada masyarakat di Sumatera Selatan agar Bumi Sriwijaya tetap hijau dan lestari.
Pihaknya pun mendorong pemerintah daerah melalui dinas terkait di tiga kabupaten tersebut untuk melaksanakan gerakan menanam pohon di lahan kritis dan sepanjang DAS wilayah masing-masing.
"Gerakan menanam pohon ini sudah kami lakukan bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan JBI di beberapa kabupaten di Sumsel setiap tahun melalui gerakan menanam 1 miliar pohon. Seperti di Kabupaten Lahat dan Pagaralam sudah sebanyak 200 ribu bibit pohon yang kami tanam di lahan seluas 500 Ha sejak 2019 lalu," demikian Hendra Setyawan.