Garut (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengingatkan petani agar tidak menanam padi yang membutuhkan air banyak untuk menghindari kerugian dampak dari musim kemarau yang diperkirakan berlangsung lama atau sampai September 2023.
"Kami melakukan pendampingan kepada mereka (petani) yang sekarang awal tanam kita sarankan tidak menanam tanaman yang membutuhkan air banyak seperti padi," kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut Beni Yoga di Garut, Senin.
Ia menuturkan sejumlah daerah di Garut memiliki kawasan pertanian yang rawan dilanda kekeringan pada musim kemarau, sedangkan sumber air seperti sungai yang diandalkan petani terlalu jauh sehingga tidak bisa mengairi lahan pertanian.
Upaya mencegah kerugian yang besar dampak musim kemarau, kata Beni, salah satunya dengan menghindari dulu menanam padi maupun jenis tanaman lainnya yang membutuhkan banyak air.
"Sebaiknya menanam tanaman yang umurnya pendek, dan tidak membutuhkan banyak air," katanya.
Ia mengungkapkan saat ini sudah memasuki musim kemarau, meski begitu di beberapa daerah masih ada hujan dengan intensitas rendah.
Namun di daerah lainnya juga, kata Beni, ada beberapa desa dan kecamatan yang sudah hampir satu bulan tidak turun hujan sehingga areal pertanian kekurangan air.
"Ada daerah yang sudah 1 bulan lebih kering karena sudah tidak ada hujan," katanya.
Terkait luas lahan pertanian yang sudah dilanda kekeringan maupun puso, kata Beni, sampai saat ini belum dilaporkan yang puso, hanya ada pertanian yang berpotensi kering yakni seluas 57 hektare.
Untuk mengatasi dampak kekeringan lebih parah lagi, kata dia, pihaknya menerjunkan brigade atau petugas pertanian ke lapangan untuk menggunakan pompa air dan pemanfaatan sumur bor agar tanaman bisa diselamatkan. "Untuk beberapa titik, ada sumur bor," katanya.