Padang (ANTARA) - Rektor Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Prof Yuliandri menegaskan, hingga saat ini nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila masih tetap relevan di tengah dinamika yang terjadi.
"Prinsip-prinsip Pancasila perlu kita jaga dalam seluruh aktivitas negara," kata Rektor Unand Prof Yuliandri membacakan ulang pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim di Padang, Kamis.
Di tengah padatnya kegiatan dalam melaksanakan berbagai tugas negara, Prof Yuliandri mengajak masyarakat untuk merefleksikan diri dan memahami filosofi yang menjadi nyawa Indonesia, yakni Pancasila.
Pancasila mengandung lima nilai universal dasar. Pertama, ketuhanan. Dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan harus melihat aspek spiritual yang selaras dengan budaya Indonesia.
Misalnya, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen menjamin hak seluruh peserta didik untuk mendapatkan pendidikan agama. Nilai selanjutnya ialah kemanusiaan dimana semua pihak harus mengangkat derajat manusia, dan mengutamakan harkat martabatnya dalam kebijakan serta pelaksanaan program negara.
Nilai ketiga, yakni kebinekaan yang memiliki makna Indonesia mencakup seluruh pulau dan suku bangsa. Oleh karena itu, perlu melihat kemajemukan tersebut sebagai satu kesatuan. Selanjutnya, nilai Pancasila yang berkaitan dengan demokrasi.
"Indonesia perlu membekali anak-anak bangsa untuk mampu berinteraksi, bersuara, dan berpendapat guna mengemukakan pemikirannya," kata dia.
Nilai universal terakhir ialah keadilan sosial. Artinya, negara harus memperlakukan siapapun secara setara, tanpa pandang bulu termasuk memastikan akses pendidikan yang inklusif gender dan disabilitas.
"Kemendikbudristek juga turut berupaya membuka kesempatan sekolah yang setara bagi siapa saja, terlepas dari latar belakang sosial-ekonomi melalui kebijakan bantuan sosial dan program-program afirmasi lainnya," ucap dia.
"Prinsip-prinsip Pancasila perlu kita jaga dalam seluruh aktivitas negara," kata Rektor Unand Prof Yuliandri membacakan ulang pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim di Padang, Kamis.
Di tengah padatnya kegiatan dalam melaksanakan berbagai tugas negara, Prof Yuliandri mengajak masyarakat untuk merefleksikan diri dan memahami filosofi yang menjadi nyawa Indonesia, yakni Pancasila.
Pancasila mengandung lima nilai universal dasar. Pertama, ketuhanan. Dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan harus melihat aspek spiritual yang selaras dengan budaya Indonesia.
Misalnya, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen menjamin hak seluruh peserta didik untuk mendapatkan pendidikan agama. Nilai selanjutnya ialah kemanusiaan dimana semua pihak harus mengangkat derajat manusia, dan mengutamakan harkat martabatnya dalam kebijakan serta pelaksanaan program negara.
Nilai ketiga, yakni kebinekaan yang memiliki makna Indonesia mencakup seluruh pulau dan suku bangsa. Oleh karena itu, perlu melihat kemajemukan tersebut sebagai satu kesatuan. Selanjutnya, nilai Pancasila yang berkaitan dengan demokrasi.
"Indonesia perlu membekali anak-anak bangsa untuk mampu berinteraksi, bersuara, dan berpendapat guna mengemukakan pemikirannya," kata dia.
Nilai universal terakhir ialah keadilan sosial. Artinya, negara harus memperlakukan siapapun secara setara, tanpa pandang bulu termasuk memastikan akses pendidikan yang inklusif gender dan disabilitas.
"Kemendikbudristek juga turut berupaya membuka kesempatan sekolah yang setara bagi siapa saja, terlepas dari latar belakang sosial-ekonomi melalui kebijakan bantuan sosial dan program-program afirmasi lainnya," ucap dia.