Palu (ANTARA) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Tengah berkoordinasi dengan Pemprov Sulteng terkait pelaksanaan program pencegahan radikalisme bertajuk "Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri" atau disingkat Kenduri untuk membangun desa damai cegah radikalisme.
"Koordinasi ini untuk memperkuat sinergitas dalam pencegahan radikalisme di daerah," kata Ketua FKPT Provinsi Sulteng, Muhd Nur Sangaji, di Palu, Senin.
Kenduri merupakan program nasional yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui FKPT. Dalam teknisnya, Kenduri melekat di Bidang Media dan Hubungan Masyarakat pada setiap FKPT.
Untuk Provinsi Sulawesi Tengah, kegiatan ini akan diselenggarakan pada Agustus 2023, dengan bentuk kegiatan meliputi pencanangan desa damai, dialog pencegahan radikalisme, makan bersama secara adat, dan modero atau tarian persaudaraan.
Nur Sangadji mengatakan kegiatan yang dilaksanakan oleh FKPT lebih menekankan pada aspek pencegahan, dengan sasaran meliputi pemerintah desa beserta perangkatnya, tokoh agama, tokoh adat, organisasi di tingkat desa, pemuda desa, perempuan desa, serta Babinsa dan Kamtibmas di desa.
"Pelajar di tingkat desa juga menjadi sasaran dalam upaya pencegahan radikalisme, agar generasi muda kita jangan sampai terpapar faham garis keras tersebut," ujarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022 menyatakan bahwa 77,02 persen dari total populasi 272.682.600 jiwa penduduk Indonesia (Tahun 2021) telah terkoneksi dengan internet. Tingkat penetrasi di internet banyak dilakukan oleh kalangan generasi muda (gen Z dan milenial), laki-laki, ibu rumah tangga serta pelajar dan mahasiswa.
Selanjutnya hasil survei yang dilakukan oleh BNPT tahun 2022 menunjukkan bahwa indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan dan generasi muda (gen Z dan milenial) serta mereka yang aktif di internet dan media sosial. Indeks potensi radikalisme pada perempuan mencapai 10,2 persen, pada milenials 10,3 persen, pada Gen Z 10,4 persen, pada pencari konten keagamaan di internet sebanyak 9,8 persen dan yang aktif menyebar konten keagamaan sebanyak 10,7 persen.
"Maka Kenduri sebagai salah satu pendekatan pencegahan radikalisme berbasis kearifan lokal, memberikan pemahaman dan membangun daya tangkal komponen masyarakat desa berbasis budaya dan kearifan lokal terhadap radikalisme," ungkapnya.
"Sehingga diharapkan kearifan lokal dapat diramu oleh para komponen masyarakat desa utamanya generasi muda, ke dalam narasi kontra radikalisme, yang kemudian disebarluaskan melalui platrform internet dan media sosial," kata Nur Sangadji.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulteng, Ma’mun Amir pada kesempatan itu menyambut hangat kehadiran FKPT dan memberikan apresiasi atas program pencegahan yang dilaksanakan itu.
Wagub Sulteng juga mendukung dan memberikan apresiasi atas rencana kegiatan FKPT bertajuk ‘Kenduri’ yang akan dilaksanakan di Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.
Pengurus FKPT Sulteng berkoordinasi dengan Wakil Gubernur Sulteng, Ma'mun Amir dan jajarannya, di Kantor Gubernur Sulteng, di Palu, Senin (5/6/2023). (ANTARA/HO-Biro Administrasi Pimpinan Setda Pemprov Sulteng)
"Koordinasi ini untuk memperkuat sinergitas dalam pencegahan radikalisme di daerah," kata Ketua FKPT Provinsi Sulteng, Muhd Nur Sangaji, di Palu, Senin.
Kenduri merupakan program nasional yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui FKPT. Dalam teknisnya, Kenduri melekat di Bidang Media dan Hubungan Masyarakat pada setiap FKPT.
Untuk Provinsi Sulawesi Tengah, kegiatan ini akan diselenggarakan pada Agustus 2023, dengan bentuk kegiatan meliputi pencanangan desa damai, dialog pencegahan radikalisme, makan bersama secara adat, dan modero atau tarian persaudaraan.
Nur Sangadji mengatakan kegiatan yang dilaksanakan oleh FKPT lebih menekankan pada aspek pencegahan, dengan sasaran meliputi pemerintah desa beserta perangkatnya, tokoh agama, tokoh adat, organisasi di tingkat desa, pemuda desa, perempuan desa, serta Babinsa dan Kamtibmas di desa.
"Pelajar di tingkat desa juga menjadi sasaran dalam upaya pencegahan radikalisme, agar generasi muda kita jangan sampai terpapar faham garis keras tersebut," ujarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022 menyatakan bahwa 77,02 persen dari total populasi 272.682.600 jiwa penduduk Indonesia (Tahun 2021) telah terkoneksi dengan internet. Tingkat penetrasi di internet banyak dilakukan oleh kalangan generasi muda (gen Z dan milenial), laki-laki, ibu rumah tangga serta pelajar dan mahasiswa.
Selanjutnya hasil survei yang dilakukan oleh BNPT tahun 2022 menunjukkan bahwa indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan dan generasi muda (gen Z dan milenial) serta mereka yang aktif di internet dan media sosial. Indeks potensi radikalisme pada perempuan mencapai 10,2 persen, pada milenials 10,3 persen, pada Gen Z 10,4 persen, pada pencari konten keagamaan di internet sebanyak 9,8 persen dan yang aktif menyebar konten keagamaan sebanyak 10,7 persen.
"Maka Kenduri sebagai salah satu pendekatan pencegahan radikalisme berbasis kearifan lokal, memberikan pemahaman dan membangun daya tangkal komponen masyarakat desa berbasis budaya dan kearifan lokal terhadap radikalisme," ungkapnya.
"Sehingga diharapkan kearifan lokal dapat diramu oleh para komponen masyarakat desa utamanya generasi muda, ke dalam narasi kontra radikalisme, yang kemudian disebarluaskan melalui platrform internet dan media sosial," kata Nur Sangadji.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulteng, Ma’mun Amir pada kesempatan itu menyambut hangat kehadiran FKPT dan memberikan apresiasi atas program pencegahan yang dilaksanakan itu.
Wagub Sulteng juga mendukung dan memberikan apresiasi atas rencana kegiatan FKPT bertajuk ‘Kenduri’ yang akan dilaksanakan di Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.