Jakarta (ANTARA) - Kepala Suku Dinas Kelautan, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Seribu Devi Lidya mengatakan pemerintah terus menambah luas kebun terumbu karang untuk menaungi kehidupan ikan-ikan kecil, udang-udangan hingga plankton.
Pusat Budidaya dan Konservasi Laut (PBKL) Dinas KPKP DKI bersama Sudin KPKP Kepulauan Seribu dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat program Coral Stock Center dengan menaruh 30 rak terumbu karang berjenis acropora dekat Dermaga Barat Pulau Lancang di Kelurahan Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Minggu (11/6).
Sebelumnya, program coral stock center juga sudah dilaksanakan di Pulau Tidung dan Pulau Pari.
"Saat ini luas coral stock center di Pulau Lancang sudah hampir 500 meter, diharapkan semakin meluas. Tentunya terumbu karang ini akan dirawat dan dikelola oleh Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak) Pulau Lancang," kata Devi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Sedangkan hiu paus atau juga disebut hiu tutul dikenal sebagai pemangsa alami plankton, udang kecil dan ikan kecil. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Oseanografi BRIN Fahmi kepada wartawan di Jakarta Utara menjelaskan kemunculan sekelompok hiu paus (dalam Latin: Rhincodon Typus) itu tidak berbahaya bagi manusia.
Hiu tutul menyenangi perairan tropis. Mereka senang berenang di berbagai perairan tropis di seluruh dunia. Hiu tutul juga mampu berenang berkilo-kilo meter untuk mencari makan.
Hiu tutul memiliki jangka hidup yang cukup lama. Hiu ini bisa hidup puluhan tahun hingga mencapai 150 tahun lamanya.
Hiu tutul bukan perenang yang aktif. Mereka lebih senang berenang lambat. Kecepatan berenang mereka bahkan tidak lebih dari lima kilometer per jam.
Fahmi menduga fenomena kemunculan sekelompok hiu paus berukuran dua hingga empat meter di perairan Teluk Jakarta, Penjaringan, Jakarta Utara terjadi karena tersedianya mangsa dalam jumlah melimpah.
"Dari panjangnya, kemungkinan itu anakan. Apakah itu merupakan salah satu keberhasilan dari pemerintah terkait perlindungan (ekosistem) terkait paus ini," kata Fahmi.
Dalam video yang tersebar di sosial media, tampak wisatawan yang sedang bermain jet ski histeris melihat penampakan hiu paus di perairan Teluk Jakarta tersebut.
Lantas seorang pengendara jet ski pun langsung mengabadikan momen langka tersebut dengan ponsel lalu disebarkan ke media sosial.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA, penampakan segerombolan hiu paus yang terjadi pada Sabtu (3/6/2023) di sisi luar Pantai Marina Penjaringan, Jakarta Utara bukan pertama kalinya.
Sebelumnya, hiu paus sempat pula ditemukan oleh pelatih Pelatda Selancar Angin Jakarta yang sedang berlatih di perairan Ancol, Jakarta Utara pada 22 Agustus 2021 pukul 12.00 WIB.
Namun kemunculan hiu paus di perairan Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (3/6) dinilai menarik oleh Fahmi, karena biasanya mereka tidak menjelajah lautan secara mengelompok.
"Kemunculan ikan hiu paus secara bergerombol di teluk Jakarta ini menjadi fenomena yang menarik, karena memang bukan sifat dasar hiu paus ini berkelompok," kata Fahmi.
Pusat Budidaya dan Konservasi Laut (PBKL) Dinas KPKP DKI bersama Sudin KPKP Kepulauan Seribu dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat program Coral Stock Center dengan menaruh 30 rak terumbu karang berjenis acropora dekat Dermaga Barat Pulau Lancang di Kelurahan Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Minggu (11/6).
Sebelumnya, program coral stock center juga sudah dilaksanakan di Pulau Tidung dan Pulau Pari.
"Saat ini luas coral stock center di Pulau Lancang sudah hampir 500 meter, diharapkan semakin meluas. Tentunya terumbu karang ini akan dirawat dan dikelola oleh Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak) Pulau Lancang," kata Devi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Sedangkan hiu paus atau juga disebut hiu tutul dikenal sebagai pemangsa alami plankton, udang kecil dan ikan kecil. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Oseanografi BRIN Fahmi kepada wartawan di Jakarta Utara menjelaskan kemunculan sekelompok hiu paus (dalam Latin: Rhincodon Typus) itu tidak berbahaya bagi manusia.
Hiu tutul menyenangi perairan tropis. Mereka senang berenang di berbagai perairan tropis di seluruh dunia. Hiu tutul juga mampu berenang berkilo-kilo meter untuk mencari makan.
Hiu tutul memiliki jangka hidup yang cukup lama. Hiu ini bisa hidup puluhan tahun hingga mencapai 150 tahun lamanya.
Hiu tutul bukan perenang yang aktif. Mereka lebih senang berenang lambat. Kecepatan berenang mereka bahkan tidak lebih dari lima kilometer per jam.
Fahmi menduga fenomena kemunculan sekelompok hiu paus berukuran dua hingga empat meter di perairan Teluk Jakarta, Penjaringan, Jakarta Utara terjadi karena tersedianya mangsa dalam jumlah melimpah.
"Dari panjangnya, kemungkinan itu anakan. Apakah itu merupakan salah satu keberhasilan dari pemerintah terkait perlindungan (ekosistem) terkait paus ini," kata Fahmi.
Dalam video yang tersebar di sosial media, tampak wisatawan yang sedang bermain jet ski histeris melihat penampakan hiu paus di perairan Teluk Jakarta tersebut.
Lantas seorang pengendara jet ski pun langsung mengabadikan momen langka tersebut dengan ponsel lalu disebarkan ke media sosial.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA, penampakan segerombolan hiu paus yang terjadi pada Sabtu (3/6/2023) di sisi luar Pantai Marina Penjaringan, Jakarta Utara bukan pertama kalinya.
Sebelumnya, hiu paus sempat pula ditemukan oleh pelatih Pelatda Selancar Angin Jakarta yang sedang berlatih di perairan Ancol, Jakarta Utara pada 22 Agustus 2021 pukul 12.00 WIB.
Namun kemunculan hiu paus di perairan Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (3/6) dinilai menarik oleh Fahmi, karena biasanya mereka tidak menjelajah lautan secara mengelompok.
"Kemunculan ikan hiu paus secara bergerombol di teluk Jakarta ini menjadi fenomena yang menarik, karena memang bukan sifat dasar hiu paus ini berkelompok," kata Fahmi.