Luwuk, Banggai (ANTARA) - Festival Sastra Banggai (FSB) Narasi Ketujuh yang digagas Yayasan Babasal Mombasa akan digelar pada 6-9 September 2023 sebagai perayaan untuk memantik pertumbuhan dan perkembangan aktivitas-aktivitas kesastraan, literasi, kesenian serta kebudayaan di kawasan Banggai Bersaudara. FSB 2023 yang menyentuh isu perubahan iklim dalam tema, “Mendedah Cuaca, Memperpanjang Usia Bumi,” akan mendatangkan sejumlah penulis dan pembicara dari luar Banggai.
Sejauh ini Babasal Mombasa terus mendapat banyak dukungan untuk kerja-kerja literasi yang dilakukan melalui FSB 2023. Termasuk dari PT Donggi-Senoro LNG yang sejak FSB pertama terus mendukung Babasal Mombasa.
Ketua Babasal Mombasa, Ama Gaspar, menyebutkan gema FSB semakin mengetuk kawan-kawan penulis, komunitas sastra, dan penerbit untuk hadir dan ambil bagian dalam menyukseskan FSB 2023. Salah satu figur yang akan hadir yaitu, Reda Gaudiamo; seorang seniman yang sangat mencintai kegiatan menulis dan bermusik. Kedatangan Reda Gaudiamo juga atas dukungan dua penerbit, Shira Media dan Post Press yang secara langsung ingin terlibat dan terkoneksi dengan kerja-kerja literasi di kawasan Banggai Bersaudara.
Sebelumnya Reda Gaudiamo adalah Pemimpin Redaksi majalah Cosmopolitan Indonesia dan direktur kreatif di beberapa biro iklan multinasional. Reda dikenal karena musikalisasi puisinya. Musikalisasi puisinya dari karya-karya Sapardi Djoko Damono, tak lekang oleh waktu. Di FSB 2023, Reda tak hanya membincangkan buku-bukunya, tetapi juga tampil dengan petik syahdu gitarnya di panggung Malam Budaya. Kedatangan Reda Gaudiamo tak lepas dari jejaring Babasal Mombasa dengan pendiri Patjarmerah, Windy Ariestanty, sebuah perkumpulan literasi yang menghimpun beberapa penerbit.
Hal menarik dari pelaksanaan tahun ini, juga hadirnya Dhinita Kusuma Pertiwi, seorang penulis yang juga Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi dan Media pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain penulis, Dhianita juga penerjemah dan editor yang berdomisili di Jakarta.
Ia menamatkan studi gelar ganda di jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang dan melanjutkan ke Magister Ilmu Susastra Universitas Indonesia dengan dukungan beasiswa LPDP. Tesisnya yang mengkaji lakon wayang purwa, Sesaji Raja Suya, dianugerahi penghargaan Nusantara Academic Award 2020. Karya terbarunya adalah ensiklopedia istilah Mengenal Orde Baru (EA Books, 2021) dan karya terjemahan Dark Academia: Matinya Perguruan Tinggi (Footnote Press, 2022). Bersama Ruang Perempuan dan Tulisan, riset dan tulisannya mengenai Charlotte Salawati terbit dalam buku, Yang Terlupakan dan Dilupakan (Marjin Kiri, 2021).
Pada 2023, ia menjadi anggota dewan juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Ia merupakan salah satu pendiri sekaligus redaktur Footnote Press, penerbit indie yang berfokus pada publikasi karya riset dalam format yang lebih populer untuk mendorong diseminasi pengetahuan. Setiap akhir pekan, Dhianita merilis artikel tentang sejarah dan isu sosial-politik Indonesia di laman Medium. Saat dihubungi, Dhianita mengaku sudah lama ingin berkunjung ke Banggai. “Saya sebenarnya sudah cukup lama ingin ke Banggai dan bertemu teman-teman di sana,” sebutnya.