Karawang (ANTARA) - Kabupaten Karawang, Jawa Barat, merupakan daerah lumbung padi atau lumbung pangan nasional kedua, setelah Kabupaten Indramayu.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Karawang, luas areal persawahan di daerah tersebut mencapai 97 ribu hektare. Sumber lain, yakni Keputusan Menteri (Kepmen) ATR/Kepala BPN Nomor 1589/Sk-Hk 02.01/XII/2021 disebutkan kalau saat ini Karawang memiliki Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) seluas 95.667,45 hektare.
Produksi padi di Karawang rata-rata per tahunnya mencapai 1,3 ton gabah kering panen, atau jika dikonversikan dengan beras mencapai 800 ribu ton beras per tahun.
Namun di tengah cuaca ekstrem seperti sekarang ini, masyarakat di daerah lumbung pangan nasional itu juga mengalami kenaikan harga kebutuhan pokok itu.
Sejumlah pedagang di Pasar Baru Karawang menyebutkan kalau harga beras di pasaran mulai naik sejak awal bulan Agustus 2023.
Pemerintah Kabupaten Karawang menyebutkan kalau pasokan air untuk mengairi areal persawahan pada musim kemarau tahun ini masih cukup dan aman hingga akhir tahun 2023. Hal itu mengemuka setelah Pemkab Karawang berkoordinasi berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur terkait dengan ketersediaan air untuk areal persawahan.
Walaupun ada penurunan debit air di saluran irigasi, penurunannya hanya 1 centimeter per hari. Dengan demikian, kemungkinan besar tidak akan ada kekurangan air untuk mengairi areal persawahan di daerah itu.
Persoalan yang ditemui di Karawang ini ialah terkait dengan sedimentasi lumpur dan sampah di saluran irigasi dan saluran pembuang. Karena itu, meski air di saluran irigasi cukup, petani tetap membutuhkan bantuan pompa untuk menyalurkan air ke areal sawah mereka.
Sementara Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi saat kunjungan kerja ke Karawang, 1 September 2023, menyebutkan kalau pada musim kemarau panjang sebagai dampak El Nino ini, terjadi perlambatan produksi beras di Indonesia.
Meski terjadi perlambatan produksi sebanyak 1,2 juta ton beras, persoalan itu masih dapat teratasi. Jadi produksi beras Indonesia masih tetap cukup dengan total 30 juta ton beras per tahun. Sehingga Kementan mencatat sampai saat ini ketahanan pangan di Indonesia masih aman.
Kaitan dengan fenomena El Nino, Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan langkah-langkah antisipasi, seperti gerakan percepatan tanam, penguatan alat mesin pertanian berupa pompa air dan sumur, serta penyebaran benih unggul yang tahan terhadap cuaca kemarau.
Sawah menganggur
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang menyebutkan areal sawah di sejumlah daerah sekitar Karawang selatan "menganggur" atau tidak bisa ditanami padi pada musim kemarau karena berkurangnya pasokan air.
Sawah-sawah yang sudah tidak bisa ditanami karena masalah air itu terjadi di wilayah Karawang selatan, seperti di Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru, dan Kecamatan Telukjambe Barat.
Hal tersebut terjadi karena areal sawah di daerah tersebut merupakan areal sawah tadah hujan, yang hanya mengandalkan air hujan untuk menanam. Sementara embung-embung yang ada di wilayah Karawang selatan sudah mengering pada musim kemarau ini.
Embung sendiri merupakan bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau air rembesan. karena itu, ke depan masih dibutuhkan pembuatan embung yang representatif untuk mendukung pengembangan sektor pertanian di daerah tersebut.
Sesuai dengan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, areal persawahan tadah hujan di daerah tersebut luasnya mencapai 3.273 hektare.
Berdasarkan laporan yang diterima Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, hingga akhir Agustus 2023, lebih dari 1.000 hektare areal persawahan mengalami kekeringan pada musim kemarau panjang sebagai dampak fenomena El Nino.
Areal sawah yang dilanda kekeringan tersebar di sejumlah kecamatan sekitar Karawang. Namun yang terbanyak berada di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya. Untuk areal sawah di kecamatan lain yang mengalami kekeringan hanya per titik sawah, seperti di Kecamatan Rawamerta, Rengasdengklok, Batujaya dan lain-lain.
Sementara sawah yang kekeringan di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya cukup luas, berada dalam satu kesatuan hamparan sawah.
Hama menyerang
Pada musim kemarau panjang di tahun ini, areal sawah di Karawang tidak hanya dihadapkan dengan persoalan sedimentasi saluran irigasi, namun juga serangan hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT).
Hingga awal Agustus ini tercatat, ratusan areal hektare areal persawahan di Karawang diserang hama tikus dan kupu-kupu putih.
Dinas Pertanian setempat menyampaikan untuk tanaman padi yang kini diserang hama tikus luasnya mencapai 240 hektare, dan yang terancam seluas 1.789 hektare.
Sementara luas tanaman padi yang terkena serangan hama kupu-kupu atau penggerek batang padi di wilayah Karawang seluas sekitar 315 hektare, dan yang terancam seluas 2.626 hektare.
Areal sawah yang terkena serangan OPT itu tersebar di sejumlah kecamatan sekitar Karawang selatan, seperti Kecamatan Jayakerta dan lain-lain.
Pengendalian hama atau organisme pengganggu tanaman menjadi kunci dalam menjaga produktivitas pertanian di musim kemarau panjang sebagai dampak dari fenomena El Nino.
Pemerintah Kabupaten Karawang kini tengah berupaya mengatasi serangan hama, yakni dengan melakukan pelestarian predator alami, yakni burung hantu, untuk mengatasi serangan hama tikus.
Untuk penanganan hama kupu-kupu putih, Pemkab Karawang berkoordinasi dengan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT). Hal tersebut dilakukan karena BBPOPT telah melakukan sejumlah inovasi dalam penanganan organisme pengganggu tanaman.
Meski kesulitan air dan serangan hama pada musim kemarau panjang tahun ini, Karawang sebagai daerah lumbung padi tetap optimistis bisa mencapai target produksi padi.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang mencatat sejumlah langkah antisipasi dampak El Nino sedang dan terus dilakukan. Karena itu pemerintah daerah optimistis target produksi padi tahun ini bisa tercapai.
Produksi padi di Karawang pada periode Januari hingga Juni 2023 sudah mencapai 632.843,08 ton gabah kering panen.
Dengan target produksi pada 2023 di Karawang sebesar 1,35 juta ton gabah kering panen, maka hingga pertengahan tahun ini realisasinya sudah mencapai sekitar 50 persen. Dari data itu, maka optimisme pemerintah daerah menunjukkan bukti bahwa masalah kekeringan dan serangan hama dapat diatasi dengan baik.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Karawang, luas areal persawahan di daerah tersebut mencapai 97 ribu hektare. Sumber lain, yakni Keputusan Menteri (Kepmen) ATR/Kepala BPN Nomor 1589/Sk-Hk 02.01/XII/2021 disebutkan kalau saat ini Karawang memiliki Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) seluas 95.667,45 hektare.
Produksi padi di Karawang rata-rata per tahunnya mencapai 1,3 ton gabah kering panen, atau jika dikonversikan dengan beras mencapai 800 ribu ton beras per tahun.
Namun di tengah cuaca ekstrem seperti sekarang ini, masyarakat di daerah lumbung pangan nasional itu juga mengalami kenaikan harga kebutuhan pokok itu.
Sejumlah pedagang di Pasar Baru Karawang menyebutkan kalau harga beras di pasaran mulai naik sejak awal bulan Agustus 2023.
Pemerintah Kabupaten Karawang menyebutkan kalau pasokan air untuk mengairi areal persawahan pada musim kemarau tahun ini masih cukup dan aman hingga akhir tahun 2023. Hal itu mengemuka setelah Pemkab Karawang berkoordinasi berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur terkait dengan ketersediaan air untuk areal persawahan.
Walaupun ada penurunan debit air di saluran irigasi, penurunannya hanya 1 centimeter per hari. Dengan demikian, kemungkinan besar tidak akan ada kekurangan air untuk mengairi areal persawahan di daerah itu.
Persoalan yang ditemui di Karawang ini ialah terkait dengan sedimentasi lumpur dan sampah di saluran irigasi dan saluran pembuang. Karena itu, meski air di saluran irigasi cukup, petani tetap membutuhkan bantuan pompa untuk menyalurkan air ke areal sawah mereka.
Sementara Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi saat kunjungan kerja ke Karawang, 1 September 2023, menyebutkan kalau pada musim kemarau panjang sebagai dampak El Nino ini, terjadi perlambatan produksi beras di Indonesia.
Meski terjadi perlambatan produksi sebanyak 1,2 juta ton beras, persoalan itu masih dapat teratasi. Jadi produksi beras Indonesia masih tetap cukup dengan total 30 juta ton beras per tahun. Sehingga Kementan mencatat sampai saat ini ketahanan pangan di Indonesia masih aman.
Kaitan dengan fenomena El Nino, Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan langkah-langkah antisipasi, seperti gerakan percepatan tanam, penguatan alat mesin pertanian berupa pompa air dan sumur, serta penyebaran benih unggul yang tahan terhadap cuaca kemarau.
Sawah menganggur
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang menyebutkan areal sawah di sejumlah daerah sekitar Karawang selatan "menganggur" atau tidak bisa ditanami padi pada musim kemarau karena berkurangnya pasokan air.
Sawah-sawah yang sudah tidak bisa ditanami karena masalah air itu terjadi di wilayah Karawang selatan, seperti di Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru, dan Kecamatan Telukjambe Barat.
Hal tersebut terjadi karena areal sawah di daerah tersebut merupakan areal sawah tadah hujan, yang hanya mengandalkan air hujan untuk menanam. Sementara embung-embung yang ada di wilayah Karawang selatan sudah mengering pada musim kemarau ini.
Embung sendiri merupakan bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau air rembesan. karena itu, ke depan masih dibutuhkan pembuatan embung yang representatif untuk mendukung pengembangan sektor pertanian di daerah tersebut.
Sesuai dengan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, areal persawahan tadah hujan di daerah tersebut luasnya mencapai 3.273 hektare.
Berdasarkan laporan yang diterima Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, hingga akhir Agustus 2023, lebih dari 1.000 hektare areal persawahan mengalami kekeringan pada musim kemarau panjang sebagai dampak fenomena El Nino.
Areal sawah yang dilanda kekeringan tersebar di sejumlah kecamatan sekitar Karawang. Namun yang terbanyak berada di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya. Untuk areal sawah di kecamatan lain yang mengalami kekeringan hanya per titik sawah, seperti di Kecamatan Rawamerta, Rengasdengklok, Batujaya dan lain-lain.
Sementara sawah yang kekeringan di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya cukup luas, berada dalam satu kesatuan hamparan sawah.
Hama menyerang
Pada musim kemarau panjang di tahun ini, areal sawah di Karawang tidak hanya dihadapkan dengan persoalan sedimentasi saluran irigasi, namun juga serangan hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT).
Hingga awal Agustus ini tercatat, ratusan areal hektare areal persawahan di Karawang diserang hama tikus dan kupu-kupu putih.
Dinas Pertanian setempat menyampaikan untuk tanaman padi yang kini diserang hama tikus luasnya mencapai 240 hektare, dan yang terancam seluas 1.789 hektare.
Sementara luas tanaman padi yang terkena serangan hama kupu-kupu atau penggerek batang padi di wilayah Karawang seluas sekitar 315 hektare, dan yang terancam seluas 2.626 hektare.
Areal sawah yang terkena serangan OPT itu tersebar di sejumlah kecamatan sekitar Karawang selatan, seperti Kecamatan Jayakerta dan lain-lain.
Pengendalian hama atau organisme pengganggu tanaman menjadi kunci dalam menjaga produktivitas pertanian di musim kemarau panjang sebagai dampak dari fenomena El Nino.
Pemerintah Kabupaten Karawang kini tengah berupaya mengatasi serangan hama, yakni dengan melakukan pelestarian predator alami, yakni burung hantu, untuk mengatasi serangan hama tikus.
Untuk penanganan hama kupu-kupu putih, Pemkab Karawang berkoordinasi dengan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT). Hal tersebut dilakukan karena BBPOPT telah melakukan sejumlah inovasi dalam penanganan organisme pengganggu tanaman.
Meski kesulitan air dan serangan hama pada musim kemarau panjang tahun ini, Karawang sebagai daerah lumbung padi tetap optimistis bisa mencapai target produksi padi.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang mencatat sejumlah langkah antisipasi dampak El Nino sedang dan terus dilakukan. Karena itu pemerintah daerah optimistis target produksi padi tahun ini bisa tercapai.
Produksi padi di Karawang pada periode Januari hingga Juni 2023 sudah mencapai 632.843,08 ton gabah kering panen.
Dengan target produksi pada 2023 di Karawang sebesar 1,35 juta ton gabah kering panen, maka hingga pertengahan tahun ini realisasinya sudah mencapai sekitar 50 persen. Dari data itu, maka optimisme pemerintah daerah menunjukkan bukti bahwa masalah kekeringan dan serangan hama dapat diatasi dengan baik.