Palu (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, membantu pemerintah setempat mempromosikan Sulteng negeri seribu megalit dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah itu.

"UIN Datokarama sebagai mitra pemerintah tentu membantu mempromosikan Sulteng negeri seribu megalit," kata Rektor UIN Datokarama Profesor Sagaf S Pettalongi, dihubungi dari Palu, Ahad.

Profesor Sagaf Pettalongi mengemukakan promosi Sulteng negeri seribu megalit dilakukan oleh UIN Datokarama kepada komponen civitas akademik perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di seluruh Indonesia.

"Promosi itu dilakukan kepada kampus - kampus di Indonesia yang berada di bawah naungan Kementerian Agama," ujar Rektor.

Profesor Sagaf yang merupakan Guru Besar sekaligus Pakar Manajemen Pendidikan menilai gagasan Gubernur Rusdy Mastura mencanangkan Sulteng sebagai negeri seribu megalit, merupakan gagasan maju.

Menurut Rektor, pencanangan Sulteng negeri seribu megalit membuka pintu untuk para ilmuwan dan akademisi dari dalam dan luar negeri datang ke Sulteng melakukan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan peradaban manusia yang ditinjau dari aspek budaya dan sejarah megalitikum.

Dengan demikian, kata Rektor, gagasan Gubernur Rusdy Mastura perlu didukung dan diberikan penguatan agar posisi Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten poso dan Kabupaten Sigi yang memiliki potensi megalit dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas di tingkat mancanegara.

"Tentu para peneliti dan ilmuwan tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam di wilayah Sulteng," ujarnya.

"Dengan demikian UIN Datokarama akan ikut serta mengundang para akademisi di lingkungan perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di Poso dan Sigi, menyangkut dengan cagar budaya megalitikum," ucapnya.

Terdapat 349 buah batu dalam berbagai bentuk dan ukuran tersebar di Lembah Napu dan Bada, Kabupaten Poso.

Ukuran batu tertinggi menyerupai manusia setinggi empat meter dengan lebar rata-rata 1,5 sampai 2,5 meter.

Hasil penelitian arkeologi menyebutkan megalit tersebut diperkirakan berasal dari 3.000 tahun Sebelum Masehi dan yang termuda dibuat sekitar 1.300 tahun Sebelum Masehi.

Bentuk batu tersebut beragam antara lain berupa patung Arca, Kalamba, Tutu`na dan Dakon.

Oleh karena itu, ujarnya, potensi wisata cagar budaya megalitikum di Sulteng masuk dalam kategori wisata minat khusus, di mana para pengunjung tidak hanya sekedar menikmati suasana alam, sosial budaya, dan kuliner, tetapi juga melakukan pengembangan pengetahuan.

Di samping itu, kata Rektor, UIN Datokarama melalui program pengabdian kepada masyarakat juga akan melakukan pembinaan keterampilan dan wawasan masyarakat di daerah itu.

"Program ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari tuntutan Tri Dharma Perguruan Tinggi," ungkapnya.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Sulteng jumlah kunjungan wisatawan tahun 2022 sebanyak 1,3 juta jiwa. Target kunjungan wisatawan tahun 2023 sebanyak 2 juta. Pengunjung menikmati suasana alam objek wisata cagar budaya Pokekea, Behoa, di Kabupaten Poso. (ANTARA/Muhammad Hajiji)




 

Pewarta : Muhammad Hajiji
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024