Jakarta (ANTARA) - Gemuruh dari knalpot Vespa dengan emisi beraroma khas hasil pembakaran bensin dan oli samping mewarnai suasana bengkel Aphin Garage, yang terletak di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Di setiap sudut bengkel, terlihat tumpukan besi tua--yang bagi pemiliknya-- itu seperti harta karun. Ia berserak layaknya permata bernilai tinggi ketika dibutuhkan.

Deretan skuter klasik yang menampilkan kemegahan zaman itu mempertontonkan sejarah yang terukir dalam puluhan koleksi, melintasi rentang waktu dari tahun 60-an hingga 90-an.

Lantai di bengkel yang menyisakan banyak jejak telapak sandal dan lumuran oli itu seolah menyimpan rahasia langkah kehidupan dan jatuh bangun pemilik bengkel yang tak pernah lelah melayani para pecinta sepeda motor itu.

Berawal dari tahun 1985, Ci Aphin--sapaan mesra yang disematkan oleh pelanggan-- menapaki perjalanan usaha sebagai perempuan montir bersama sang kakak ipar di wilayah Cipinang.

Di sinilah Aphin sebagai seorang perempuan montir mulai menaruh minat dan mencintai dunia skuter legendaris itu. Ia memulai perjalanan belajarnya dengan menimba ilmu dari sesama montir di bengkel kakak iparnya.

“Waktu itu saya bilang, kok ini montir pintar ya, hebat ya, dari suara saja tahu di mana kerusakannya. Jadi, saya mau belajar,” tutur Aphin.

Pada tahun 1989, Aphin memulai perjalanan usaha bersama suaminya dengan mendirikan bengkel yang diberi nama Menang Jaya.

Dulu bengkelnya masih kecil banget. Ia ketemu suaminya juga di bengkel kakak ipar. Waktu itu dia pelanggannya. "Terus saya tanya, kalau mau nikah sama saya, mau enggak buka bengkel sendiri,” ungkapnya.

Pada tahun-tahun awal itu, langkah mereka dipenuhi dengan semangat dan tekad untuk menghadirkan suatu layanan yang istimewa, mewujudkan harapan pelanggan dengan modal secukupnya.

Dengan pengetahuan dikuasainya, Aphin menjalankan segala proses secara mandiri, mulai dari melakukan servis hingga membongkar mesin kendaraan itu.

Ia mampu menangani setiap detail pekerjaan dengan cermat dan menjadikan keterampilannya sebagai alat untuk merawat setiap bagian kendaraan dengan keahlian yang mumpuni.

Ia terus belajar, apalagi waktu itu montirnya cuma satu sehingga ia ikuti cara kerjanya.

Dalam perjalanan menjalankan bengkel, Aphin merasakan pasang surut yang meliputi berbagai kejadian, mulai dari pengalaman tertipu oleh karyawan hingga menghadapi kerusakan kendaraan yang disebabkan oleh karyawan di masa lalu.

Dengan penuh kesabaran dan konsistensi yang dipeliharanya, hasilnya pun mulai terasakan. Dari waktu ke waktu bengkel yang digerakkan oleh Aphin tumbuh perlahan hingga menjadi lebih besar.

“Semua karena Tuhan, karena pelanggan juga. Banyak pelanggan yang akhirnya bawa teman-temannya ke bengkel saya,” ungkapnya.

Perubahan tersebut tak hanya terwujud dalam dimensi fisik bengkel, tapi juga dalam perubahan identitasnya, dari bengkel awalnya bernama Menang Jaya, berubah hingga menjadi Aphin Garage.

Alasan mengubah nama tempat usaha karena dia ingin nama bengkelnya memiliki identitas yang kuat.

Aphin Garage saat ini telah menjelma bukan sekadar bengkel servis biasa, melainkan sebuah showroom yang memancarkan kesan kemewahan bagi para pecinta skuter itu, dengan menyajikan layanan tak hanya dalam hal perbaikan, tetapi juga dalam transaksi jual-beli yang menghadirkan pengalaman eksklusif bagi para pelanggannya.

Setiap kali terjadi kerusakan pada sepeda motor pelanggannya, Aphin selalu terlibat secara langsung sebagai montir utama.

Ia tak segan turun tangan sendiri untuk memeriksa secara mendetail setiap masalah yang terjadi pada kendaraan. Bahkan hanya melalui percakapan telepon, dia telah mampu memperoleh gambaran yang jelas mengenai kerusakan yang dialami oleh skuter tersebut.

Kepekaan dan pengetahuannya yang luas dalam hal mekanika memungkinkannya untuk memberikan diagnosis awal yang akurat, memastikan bahwa setiap perbaikan yang diperlukan bisa dilakukan dengan tepat.

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, saat ini Aphin telah mempekerjakan lima karyawan yang memiliki pengalaman mendalam dalam melakukan bongkar pasang sepeda motor itu berulang kali.

“Saat ini saya punya lima karyawan yang sudah bekerja cukup lama, ada yang 10 tahun, macam-macam pokoknya,” kata Aphin.

Aphine mengaku bahwa menjalankan bisnisnya tidak semata-mata untuk urusan finansial. Bagi dirinya, kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama.

Pendekatan pelayanan yang dilakukan dengan sepenuh hati menjadi fondasi kunci dari perjalanan suksesnya yang terus berlanjut hingga saat ini.

“Kita kan satu Vespa berjuta saudara, jadi menambah persaudaraan jauh lebih penting,” ungkapnya.

Saat ini Aphin telah melayani ragam pelanggan dengan beragam profesi dan latar belakang sosial, mulai dari kelas menengah ke bawah hingga mereka yang berasal dari institusi TNI, Polri, Bea Cukai, Pensiunan Jenderal, hingga pecinta Vespa dari berbagai wilayah di luar Pulau Jawa.

“Alhamdulillah banyak pelanggan yang sudah tujuh kali ganti bengkel, tapi ketika ketemu saya akhirnya menetap di Aphin Garage,” kata Aphin.

 

Montir Aphin membongkar mesin di bengkelnya di Jakarta. ANTARA/Rivan Awal Lingga


Peran untuk keluarga

Aphin memiliki seorang anak laki-laki yang sedang menempuh pendidikan di universitas di Jakarta.

Dari sumber yang mungkin terlihat tak bernilai seperti besi tua, Aphin berhasil memberikan akses pendidikan yang layak hingga anak semata wayangnya dapat mengenyam pendidikan tinggi.

Keberhasilan Aphin menunjukkan kemampuannya dalam mengubah hal-hal sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa, menciptakan keajaiban yang membawa dampak besar dalam kehidupan pribadi dan keluarganya.

Hal tersebut merupakan contoh konkret dari bagaimana perubahan kecil dapat memberikan kontribusi besar, membawa harapan dan masa depan yang cerah bagi generasi mendatang.

Vespa telah menjadi sebuah ideologi yang mengemban makna mendalam dalam kehidupan Aphin hingga saat ini.

Baginya, Vespa tidak hanya sekadar kendaraan, tapi sebuah simbol dari cinta pertamanya menjadikan sebuah ikatan emosional yang menggambarkan lebih dari sekadar kehadiran fisik, tapi juga menceritakan kisah akan kehangatan, kebersamaan, dan kenangan yang mendalam dalam perjalanan hidupnya.

“Saya sudah cinta banget sama Vespa, kalau saya libur dan tidak pegang mesin satu hari, badan terasa sakit,” ungkapnya.



 


Pewarta : Rivan Awal Lingga
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024