Istanbul (ANTARA) - Para peneliti Korea Selatan meluncurkan temuan baru berupa kreasi hibrida nasi yang mengandung daging sapi, yang menjadi sebuah terobosan baru dalam bidang daging hasil budidaya dan makanan pokok.
Nasi mengandung daging sapi tersebut dikembangkan dengan melapisi butiran beras dengan sel-sel hewani dan mengolahnya di piring laboratorium.
Inovasi “bergizi dan beraroma” ini menawarkan peningkatan kandungan protein dan lemak, sekaligus berpotensi menawarkan sumber protein yang berkelanjutan dan terjangkau.
Diterbitkan dalam jurnal Matter pada Rabu, penelitian tersebut menjelaskan beras memiliki jejak karbon yang lebih rendah dan lebih menghemat sumber daya dibandingkan produksi daging sapi tradisional.
“Untuk setiap 100 gram (0,2 pon) protein yang dihasilkan, beras hibrida melepaskan kurang dari 6,27kg (15 pon) CO2, sedangkan daging sapi melepaskan 49,89 kilogram,” kata pemimpin peneliti Sohyeon Park.
Hasil tersebut menunjukkan keuntungan lingkungan yang signifikan.
Dari segi biaya, para ilmuwan memperkirakan harga beras hibrida yang dikomersialkan bisa mencapai 2,23 dolar Amerika Serikat (sekitar Rp34.876) per kilogram, dibandingkan dengan harga daging sapi yang saat ini sebesar 14,88 dolar AS (sekitar Rp232.752).
Park membayangkan beragam penerapannya, mulai dari “bantuan kelaparan dan ransum militer hingga makanan luar angkasa.”
Namun, penelitian ini masih dalam tahap awal. Penelitian tambahan diperlukan untuk menilai rasa, skalabilitas, dan penerimaan konsumen sebelum nasi yang mengandung daging sapi menjadi kenyataan.
Konsep inovatif ini menawarkan gambaran menjanjikan tentang masa depan sumber protein yang berkelanjutan dan mudah diakses.
Sumber: Anadolu
Nasi mengandung daging sapi tersebut dikembangkan dengan melapisi butiran beras dengan sel-sel hewani dan mengolahnya di piring laboratorium.
Inovasi “bergizi dan beraroma” ini menawarkan peningkatan kandungan protein dan lemak, sekaligus berpotensi menawarkan sumber protein yang berkelanjutan dan terjangkau.
Diterbitkan dalam jurnal Matter pada Rabu, penelitian tersebut menjelaskan beras memiliki jejak karbon yang lebih rendah dan lebih menghemat sumber daya dibandingkan produksi daging sapi tradisional.
“Untuk setiap 100 gram (0,2 pon) protein yang dihasilkan, beras hibrida melepaskan kurang dari 6,27kg (15 pon) CO2, sedangkan daging sapi melepaskan 49,89 kilogram,” kata pemimpin peneliti Sohyeon Park.
Hasil tersebut menunjukkan keuntungan lingkungan yang signifikan.
Dari segi biaya, para ilmuwan memperkirakan harga beras hibrida yang dikomersialkan bisa mencapai 2,23 dolar Amerika Serikat (sekitar Rp34.876) per kilogram, dibandingkan dengan harga daging sapi yang saat ini sebesar 14,88 dolar AS (sekitar Rp232.752).
Park membayangkan beragam penerapannya, mulai dari “bantuan kelaparan dan ransum militer hingga makanan luar angkasa.”
Namun, penelitian ini masih dalam tahap awal. Penelitian tambahan diperlukan untuk menilai rasa, skalabilitas, dan penerimaan konsumen sebelum nasi yang mengandung daging sapi menjadi kenyataan.
Konsep inovatif ini menawarkan gambaran menjanjikan tentang masa depan sumber protein yang berkelanjutan dan mudah diakses.
Sumber: Anadolu