Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menyebut Beijing tidak mendukung adanya usulan kerja sama Jepang dengan pakta keamanan AUKUS karena dapat meningkatkan risiko perlombaan senjata di kawasan Asia Pasifik.
"China tidak mendukung konfrontasi blok dan menentang hal apa pun yang meningkatkan risiko proliferasi nuklir dan memperburuk perlombaan senjata di Asia-Pasifik. Mengingat sejarah agresi militer Jepang yang tidak terlalu lama, tindakan militer dan keamanan Jepang juga masih diawasi secara ketat oleh negara-negara tetangganya di Asia dan komunitas internasional," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Selasa (9/4).
Diketahui tiga anggota AUKUS mengatakan sedang mempertimbangkan untuk dapat bekerja sama dengan Jepang dalam pakta keamanan AUKUS.
AUKUS adalah perjanjian trilateral yang diumumkan pada September 2021 antara Amerika Serikat, Inggris, Australia, di mana Canberra akan mendapatkan tiga kapal selam bertenaga nuklir kelas Virginia buatan AS.
AUKUS dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan masing-masing negara untuk mendukung kepentingan keamanan dan pertahanan, membangun hubungan bilateral yang berkelanjutan.
"Negara-negara harus memenuhi kewajiban internasional mereka dan menahan diri dari tindakan yang mengganggu perdamaian dan stabilitas di kawasan dan sekitarnya," tambah Mao Ning.
Jepang, menurut Mao Ning, perlu secara serius memikirkan ulang soal sejarah agresinya, menghentikan keterlibatan dalam kelompok kecil militer dan keamanan dan benar-benar memulai jalan menuju pembangunan yang damai.
"Tujuan sebenarnya dari AUKUS adalah untuk menghasut perpecahan blok dan konfrontasi militer melalui kerja sama militer untuk lingkaran eksklusif. Ini adalah mentalitas khas Perang Dingin," tegas Mao Ning.
Mao Ning juga mempertanyakan apa yang sebenarnya dilakukan Amerika Serikat dengan mengaitkan rencana kapal selam AUKUS dengan Taiwan.
"China bertekad untuk tetap menegakkan kedaulatan dan integritas wilayah. Tidak seorang pun boleh meremehkan atau salah menilainya. Tidak ada satu pun negara AUKUS yang merupakan pihak yang berkepentingan langsung terhadap masalah Laut Cina Selatan dan mereka tidak boleh ikut campur untuk menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi dan konsultasi," tambah Mao Ning.
Meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan baru-baru ini maupun konfrontasi di kawasan, menurut Mao Ning, terkait dengan upaya AS untuk mengkooptasi sekutu-sekutunya.
"China adalah kekuatan perdamaian dunia, kontributor pembangunan global, dan mendukung ketertiban tatanan internasional. Dalam masalah perdamaian dan keamanan, China memiliki rekor terbaik di antara negara-negara besar," ungkap Mao Ning.
Dalam kesepakatan AUKUS sendiri, kapal selam bertenaga nuklir yang akan diberi nama SSN AUKUS akan dilengkapi sejumlah kemampuan mutakhir dibanding kapal selam konvensional.
Di antaranya kapasitas untuk beroperasi dalam waktu lama tanpa perlu naik ke permukaan, sehingga menjadikan SSN AUKUS seperti "siluman" yang sulit terdeteksi.
Pakta ini menuai kritikan dari berbagai pihak. Indonesia turut bersuara soal rencana AUKUS. Kemlu RI telah meminta Australia untuk mematuhi kesepakatan non-proliferasi senjata nuklir dan Pengamanan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA).
"China tidak mendukung konfrontasi blok dan menentang hal apa pun yang meningkatkan risiko proliferasi nuklir dan memperburuk perlombaan senjata di Asia-Pasifik. Mengingat sejarah agresi militer Jepang yang tidak terlalu lama, tindakan militer dan keamanan Jepang juga masih diawasi secara ketat oleh negara-negara tetangganya di Asia dan komunitas internasional," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Selasa (9/4).
Diketahui tiga anggota AUKUS mengatakan sedang mempertimbangkan untuk dapat bekerja sama dengan Jepang dalam pakta keamanan AUKUS.
AUKUS adalah perjanjian trilateral yang diumumkan pada September 2021 antara Amerika Serikat, Inggris, Australia, di mana Canberra akan mendapatkan tiga kapal selam bertenaga nuklir kelas Virginia buatan AS.
AUKUS dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan masing-masing negara untuk mendukung kepentingan keamanan dan pertahanan, membangun hubungan bilateral yang berkelanjutan.
"Negara-negara harus memenuhi kewajiban internasional mereka dan menahan diri dari tindakan yang mengganggu perdamaian dan stabilitas di kawasan dan sekitarnya," tambah Mao Ning.
Jepang, menurut Mao Ning, perlu secara serius memikirkan ulang soal sejarah agresinya, menghentikan keterlibatan dalam kelompok kecil militer dan keamanan dan benar-benar memulai jalan menuju pembangunan yang damai.
"Tujuan sebenarnya dari AUKUS adalah untuk menghasut perpecahan blok dan konfrontasi militer melalui kerja sama militer untuk lingkaran eksklusif. Ini adalah mentalitas khas Perang Dingin," tegas Mao Ning.
Mao Ning juga mempertanyakan apa yang sebenarnya dilakukan Amerika Serikat dengan mengaitkan rencana kapal selam AUKUS dengan Taiwan.
"China bertekad untuk tetap menegakkan kedaulatan dan integritas wilayah. Tidak seorang pun boleh meremehkan atau salah menilainya. Tidak ada satu pun negara AUKUS yang merupakan pihak yang berkepentingan langsung terhadap masalah Laut Cina Selatan dan mereka tidak boleh ikut campur untuk menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi dan konsultasi," tambah Mao Ning.
Meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan baru-baru ini maupun konfrontasi di kawasan, menurut Mao Ning, terkait dengan upaya AS untuk mengkooptasi sekutu-sekutunya.
"China adalah kekuatan perdamaian dunia, kontributor pembangunan global, dan mendukung ketertiban tatanan internasional. Dalam masalah perdamaian dan keamanan, China memiliki rekor terbaik di antara negara-negara besar," ungkap Mao Ning.
Dalam kesepakatan AUKUS sendiri, kapal selam bertenaga nuklir yang akan diberi nama SSN AUKUS akan dilengkapi sejumlah kemampuan mutakhir dibanding kapal selam konvensional.
Di antaranya kapasitas untuk beroperasi dalam waktu lama tanpa perlu naik ke permukaan, sehingga menjadikan SSN AUKUS seperti "siluman" yang sulit terdeteksi.
Pakta ini menuai kritikan dari berbagai pihak. Indonesia turut bersuara soal rencana AUKUS. Kemlu RI telah meminta Australia untuk mematuhi kesepakatan non-proliferasi senjata nuklir dan Pengamanan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA).